Dongeng Century
(WARNING: Nama dan Peristiwa dalam cerita ini hanyalah kebetulan, asal-asalan, alias tidak nyata )
Pemirsa dimohon tenang, bioskop Indonesia segera dimulai:
Alkisah, di sebuah negeri Dedemit, hidup tiga orang saudara kembar. Mereka adalah Sri, Budi, dan Yono. Ketiganya saling sayang menyayangi. Maklum, selisih usia saat dilahirkan hanya terpaut 6,7 detik. Oya, ibu mereka bernama Ibu Pertiwi. Sedangkan sang ayah bernama Toyib. Ibu Pertiwi sedih sekali karena udah 65 kali lebaran ini, bang Toyib nggak pulang-pulang. (Aduh, ikutan sedih ya pemirsa?)
Okey, lanjut. Ibu Pertiwi ini sebenarnya sangat baik. Buktinya, berkat didikannya, Sri menjadi sosok wanita yang cantik dan cerdas, Budi menjadi lelaki pintar dan santun. Sedangkan Yono yang akrab di sapa Si BuYung ini terbentuk menjadi sosok pria lembut dan suka tebar pesona. Konon, pacar Si Buyung ini bernama Citra. Tentu saja bukan Bunga Citra Lestari.
Meski tampak kalem dan lembut, Si Buyung doyan berkompetisi. Ambisi menjadi juara sangat melekat dalam dirinya. Apapun caranya, tak peduli haram atau curang. Yang penting bisa meraih satu kata: MENANG! Sebagai saudara kembar yang baik, tentu saja Sri, Budi dan juga kerabat dekat lainnya sangat mendukung ambisi Si Buyung ini. Prinsipnya, ABS alias Asal Buyung Senang. Ini terbukti, kompetisi lima tahunan yg bernama AFI (Akademi Feresiden Ituituaja) ini pernah dimenangkan oleh Si Buyung. Hebat kan coy?
Untuk memenangkan kompetisi bergengsi ini tentu saja tidak mudah. Penonton wajib disogok, wasit harus disuap, dan penjaga pintu masuk arena kompetisi perlu dikasih permen. Kompetisi pertama yang pernah dimenangkan Si Buyung ini terbilang tidaklah sulit. Ini karena beliau sukses tebar pesona. Penonton, wasit, dan petugas-petugas lainnya tak begitu banyak dibagi jatah karena terlanjur jatuh cinta sama Si Buyung yang mengaku sering dizolimi ini. Hmmm... beruntung benar ya Si Buyung?
Namun, dikompetesi yang kedua kalinya, Si Buyung tampak kesulitan. Pesonanya mulai luntur. Isi kantongnya pun mulai kurus. Aduh, gimana ini? Si Buyung benar-benar panik. Tak ingin melihat saudara kembarnya larut dalam kesedihan, Sri dan Budi akhirnya turun tangan. Dengan segala macam daya upaya dan jampi-jampi, simsalabim.... dan brankas hasil penjualan karcis penonton bernama Century berisi 6,7 Triliun perak ini bisa terbuka dengan sendirinya. Mereka berpelukan mesra dan gembira ria atas kesuksesan ini. Ciluuukkk? baaaa..... Si Buyung pun menang lagi di kompetisi AFI untuk kedua kalinya. Konon, rival beratnya bernama Megawangi pusing tujuh keliling. Aduh bu... sabar ya. Malaysia masih jauh...
Hmmm.. penonton heran atas kemenangan kedua kali Si Buyung. Padahal, Si Buyung kan paling miskin diantara semua peserta? Kira-kira, duit dari mana buat sogok orang-orang? Penonton bikin tim khusus bernama Pantat untuk usut kejanggalan ini. Perlu diketahui, Dewan Pantat Rusak (DPR) ini juga melibatkan rival-rival team Si Buyung. Mereka kerja siang dan malam untuk usut kasus ini (Pemirsa, saya takjub sekali atas kegigihan dan kerja keras tim Pantat ini). Sri dan Budi disikat habis-habisan.
Dan hasil akhir kerja keras omong kosong ini= NOL! Ini karena Sri diamankan Si Buyung di rumah Paman Sam. Sedangkan si Budi selamat karena penonton malah mulai tergoda nonton Film berjudul Terorisme, Drama yang dibintangi Pendekar Susno, Uji coba bom lokal bernama Elpiji M Top, Film action yang dibintangi Ariel, Gonggongan piaraan Si Buyung bernama Rusuh Siitumpul dan satu lagi:Bos dari team GOKAR yang dulu sangat ngotot usut kasus ini, Abunawas, si pengusaha lumpur, malah mau jadi Office Boy di kantor Serketariat Bersemi! Suit.. suit.... Rupanya si Abu takut juga kutil pajaknya dicubit Si Buyung! (Kalo dicubit, kan tatit mas? kata Abu.. hehehe).
Kini, penonton hanya gigit jari, mengelus dada. Tim Pantat yang plentat plentot tinggal kenangan. Konon, mereka terserang amnesia akut dan impotensi yang parah meski mak Erot sudah pernah turun tangan. Kasus bobolnya Brankas Century makin dilupakan. Gaungnya hilang nyaris tak terdengar. Wuss.. wuss.. wuss.. Harap maklum, Dewan Pantat Rusak ini segera dianugerahi sebuah kandang yang bernilai Rp. 1,6 Triliun! “Ehem.. ehem.. mau dunk?” kata Ibu Petiwi yang makin dilupakan anak-anak durhaka ini.