Mohon tunggu...
ansi paga
ansi paga Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Seorang Wanita Buruh Pabrik Tak Bernama

10 Juni 2016   18:11 Diperbarui: 10 Juni 2016   18:12 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Munaroh adalah salah seorang buruh sebuah pabrik mainan tak bernama di kawasan industri Cadas, Tangerang. Di depan pabrik itu tidak ada identitas yang layaknya dimiliki oleh sebuah pabrik. Sejak awal Munaroh bekerja, pabrik itu memang tidak memiliki nama. Dia tidak pernah mempertanyakan nama pabriknya, baginya itu tidak penting. Bagi seorang Munaroh, setiap bulan bisa menerima gaji adalah hal yang penting.

Sudah 5 tahun Munaroh bekerja di pabrik mainan tersebut. Sudah 5 tahun Munaroh yang tamatan SMA bekerja sebagai pembuat boneka. Kenaikan jabatan sudah dirasakan oleh Munaroh. Dari seorang buruh harian lepas yang digaji setiap 2 minggu, sekarang Munaroh menjadi buruh tetap yang digaji setiap bulan. Dari seorang tenaga penjahit manual, sekarang Munaroh dibantu oleh mesin penjahit untuk membuat sebuah boneka.

Seiring jabatan yang berganti, gaji yang diterima Munarohpun mengalami kenaikan. Dahulu, Munaroh dibayar berdasarkan jumlah boneka yang bisa dibuat dalam 1 hari. Biasanya Munaroh hanya bisa membuat 3 boneka. Setiap boneka yang dihasilkan, Munaroh menerima bayaran sebesar Rp.10.000,00, jadi dalam 1 hari Munaroh bisa menghasilkan uang sebesar Rp.30.000,00. Akan tetapi, sekarang Munaroh bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp.75.000,00 per hari. Jumlah yang lumayan besar untuk seorang Munaroh. Akan tetapi jika dihitung, penghasilan per bulan Munaroh dengan 24 hari kerja adalah Rp.1.800.000. Sementara menurut Surat Keputusan Gubernur mengenai upah minimum kabupaten Tangerang sebesar Rp.3.021.650.

Di pabrik tempat Munaroh bekerja ada istilah cuti atau sakit, yang ada hanyalah ijin kerja. Jadi apabila sakit ringan, Munaroh lebih memilih bekerja. Hal ini dilakukan Munaroh karena gajinya akan dipotong sesuai jumlah hari ijin. Apalagi dari kantornya tidak ada fasilitas kesehatan seperti BPJS Kesehatan atau “Medical Claim”.  

Apa yang ada ya disyukuri Mbak. Cari pekerjaan sekarang susah.”Begitulah akhir dari percakapan dengan Munaroh.  Beberapa saat kemudian, Munaroh pamit karena ojek langganannya sudah datang untuk membawa Munaroh pulang pada keluarganya di rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun