Mohon tunggu...
Anshar Saud
Anshar Saud Mohon Tunggu... Apoteker - dad, husband, mureed, Khudi

Pluviophile

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Karena Pikiran itu seperti Otot

4 Mei 2010   17:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:25 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_133328" align="aligncenter" width="226" caption="from www.rujakmanis.com"][/caption] Kemarin, setelah setahun tanpa kegiatan olahraga, saya kembali fitnes di sebuah klub fitnes Makassar. Keringat mengucur, kurang dari 30 menit, setelah mengayuh sepeda statis, latihan bench press, butterfly, sit up dan beberapa gerakan lain. Serasa, darah dalam pembuluhnya mengalir deras, lemak-lemak tubuh sedikit terbakar dan otot yang kendur menjadi terkontraksi. Betapa segar dan feel energizednya. Otot-otot tubuh kita, ketika diberi beban, perlahan-lahan akan menjadi kuat. Tapi badan atletis tidak tercapai dengan satu atau beberapa kali latihan saja. Ia mesti dibiasakan dengan latihan beban yang proporsional (tidak berlebihan diluar kemampuan) untuk mengembang. Tahukah kita jika, otot para pencinta fitnes berkembang pada saat istirahatnya? pada saat tidak mengangangkat barbel atau machine di gym, tetapi pada saat mereka tidak latihan. Serabut-serabut otot yang pecah atau rusak pada saat diberi beban berat, justru akan mengembang dan bertambah tebal dan kuat justru pada saat kita tidur atau beristirahat. Saya bayangkan, ini tidak hanya terjadi pada badan kita saja, tetapi pada pikiran juga. Bahwa pikiran itu seperti otot, ia akan bertambah kuat dengan beban yang diterimanya. Justru manusia, dengan beban otot dan pikiran yang proporsional, tidak berlebihan, justru akan bertambah kuat dan bijaksana.  Sejalan dengan pepatah, 'tidak ada nelayan ulung yang dilahirkan dari lautan yang tenang'. Hukumnya sederhana, tantangan hidup justru membuat manusia kuat. Kata Nietzsche, "apa yang tidak membunuhku, justru membuatku semakin kuat". Begitulah hukum sebab akibat yang berlaku di dunia. Jika ingin sehat, berbadan bagus, atletis dan proporsional, berolah ragalah. Beri beban yang cukup untuk tubuh yang kita ingin bentuk. Pecahkan masalah dengan daya pikir kita, niscaya kapasitas mental dan pikiran kita semakin besar. Di dunia fitnes, otot apa yang sering kita latih, maka bagian itu pulalah yang akan berkembang. Jika kita melatih otot bisep hampir setiap hari, maka bayangkanlah bagaimana hasilnya otot bisep dibanding otot lain yang kurang kita latih dalam 2 bulan misalnya. Masuk akal kan?. Pelajaran yang saya dapat selanjutnya adalah 'Kita mendapatkan apa yang kita usahakan'. Bagian otot yang sering kita latih akan semakin berkembang. Begitu juga dengan pikiran kita, apa yang sering kita pikirkan maka itulah yang akan kita dapatkan. Tubuh proporsional adalah hasil dari olahraga kita sendiri. Pikiran kita terbuka jika sering kita latih. Jangan berharap, tubuh anda bugar tanpa anda sendiri mengerjakan apa-apa. Jim Rohn, seorang filsuf manajemen pernah berkata 'anda tidak mungkin menyuruh orang lain push up untuk anda, dan berharap anda yang menjadi bugar'. Jadi, berolah ragalah untuk kebugaran anda sendiri, karena sekaya-kayanya anda, tidak mungkin bisa membayar orang lain untuk kesehatan diri anda. Kreatiflah memecahkan beban atau masalah hidup yang anda hadapi, niscaya kepercayaan dan kesadaran diri juga semakin berkembang. Jadi kawanku, seberat apapun beban pikiranmu, sekeras apapun berat hidupmu,  aku beritahukan kau sebuah kabar baik. Hadapilah ia!, Nasib selalu berpihak kepada siapa yang berani menanggung beban hidup. Karena pikiran itu seperti otot : Bagian mana yang sering kita latih maka bagian itulah yang berkembang. Dan Ia akan semakin kuat jika terus dilatih dan diberi beban. Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun