Tahun 2020 adalah tahun politik, sebab akan dilakukan pemilihan secara serentak pada  270 daerah di  seluruh Indonesia untuk memilih gbernur dan wakil, bupati dan wakilnya, dan walikota.Â
Proses itu sudah dimulai sejak pendaftaran para calon ke KPU. Malahan sebelum pendaftaran saja,kita sudah  meihat ada  baliho yang terpasang di mana-mana, dengan wajah-wajah tampan dan ayu dari para calon yang terpampang di sudut-sudut jalan, dan di tempat-tempat ramai serta strategis lainnya.Â
Selain baliho, wajah-wajah tampan dan ayu itu juga terlihat di Koran. Pertanyaan  bagi kita sekarang, apakah mereka adalah calon pemimpin yang pantas atau layak untuk memimpin daerah di mana kita berada ? Kalau kita jawab bahwa mereka pantas dan layak menjadi pemimpin kita, apa ukurannya ?
Kata teman saya, kebetulan  beliau adalah seorang guru PKN, begini, "sekarang ini bukan soal pantas atau tidak pantas, yang pasti semua warga negara Indonesia, berhak dan layak untuk dicalonkan sebagai pemimpin di daerah atau Nasional.Â
Tapi tidak semua orang menjadi yang terpilih dan biasa yang terpilih adalah mereka yang punya uang. " Bagaimana pendapat Yitro soal calon seorang pemimpin yang layak dipilih ?
Manejemen Tukang Bakso
Suatu hari Yitro mertua Musa, yang tinggal di Midian datang menjenguk menantunya Musa yang sedang berada  di Padang Gurun  dengan membawa serta Zipora dan kedua anak Musa yakni : Gersom dan Eliezer. Sebelumnya, karena disibukkan dengan urusan memperjuangkan kemerdekaan atau kebebasan umat  yang begitu berat maka Musa mengantar istri dan anak-anaknya  untuk tinggal beberapa waktu bersama mertuanya yang juga seorang imam di Midian. Â
Perjumpaan dengan istri dan anak-anaknya  pasti  mendatangkan kegembiraan dan sukacita bagi keluarga Musa, sebab sudah sekian lama tidak bertemu dengan orang-orang  yang dikasihinya  dan juga mertuanya.
Pada keesokan harinya, Yitro mertua Musa, memperhatikan apa yang dilakukan oleh menantunya Musa yang adalah seorang pemimpin  dalam memimpin dan melayani umat yang baru saja bebas dari penjajahan atau dari perbudakan di Mesir. Â
Sepanjang hari Musa duduk menjawab dan menyelesaikan semua persoalan umat yang dipimpinnya itu seorang diri. Melihat cara Musa menjalankan tugas dan tanggungjawab kepemimpinan yang hanya seorang diri, Yitro mertua Musa memberikan catatan kritisnya. Katanya,"tidak baik seperti yang kau lakukan itu." Â
Rupanya Yitro tidak hanya sekedar seorang pengamat  yang setia, melainkan seorang  manejer yang baik. Makanya dalam pandangan sekilas saja, Yitro melihat ada ketidakberesan dalam kepemimpinan yang dijalani oleh Musa.