Mengusung julukan "Manu Meo Malaka", dengan semboyan "Laka Tebes" dan chant "hoda", PS Malaka diyakini mampu bersaing dan dapat membuktikan kualitasnya di kancah persepakbolaan NTT, baik itu dalam ajang  El Tari Memorial Cup, Piala Gubernur, maupun Soeratin Cup.
"Manu Meo" diasosiasikan sebagai "Ayam Jantan", yang merupakan sebuah simbol ketangkasan. Istilah Meo sendiri merujuk pada kisah panjang sejarah perjuangan rakyat malaka dalam mempertahankan tanah tempat tinggal mereka.Â
Meo (Tetun; pahlawan, pejuang) juga sebuah intepretasi dari makna jantan, jago, kekar, kuat. Predikat yang pantas disematkan untuk mereka setiap kali mereka memenangkan pertempuran melawan musuh.
Merujuk pada nama tim PS Malaka, istilah ini menjadi cocok apabila kita uraikan secara sosio-historis, betapa orang-orang harus berjuang untuk mempertahankan kedaulatan.Â
PS Malaka sebagai satu kekuatan baru di persepakbolaan NTT akan terus berjuang dam bekerja keras untuk mampu membuktikan kekuatan mereka sebagai tim berkualitas yang tidak bisa dianggap enteng.Â
Manu Meo Malaka atau Ayam Jantan Malaka, adalah mereka yang benar-benar punya niat besar, punya kemampuan untuk bisa membuktikan diri.Â
PS Malaka seperti halnya Ayam Jantan dari selatan pulau Timor, tanah sepakbola, tanah yang juga melahirkan banyak talenta berbakat. Mereka adalah Meo yang berjuang di lapangan hijau.
Berikut, beberapa kutipan atau kiasan yang berkaitan erat dengan sisi simbolik ayam dengan kehidupan manusia yang dijelaskan dalam pantun atau 'Kananuk Fehan':
["Manu mutin ai kmodok rani ro ulun Kokorek naseta ro foin la'o"]
Ayam putih berkaki kuning hinggap di ujung perahu, Ia berkokok lebih dahulu barulah perahu berjalan. Artinya: Bapak atau Ayahlah yang menjadi nahkoda dalam keluarga