Di era digital saat ini, kita sering kali terjebak dalam serangkaian layar yang mengganggu fokus kita. Bagaimana cara kita mengatasi hal ini dan meningkatkan kualitas hidup kita? Artikel ini membahas pengalaman pribadi, eksperimen, dan saran praktis untuk melawan distraksi dan meningkatkan fokus.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia modern tidak lepas dari perangkat digital. Dari bangun pagi hingga tidur malam, hidup ini dipenuhi dengan layar.Â
Banyak orang merasa bahwa hal ini normal, tetapi semakin lama, perilaku ini menimbulkan gangguan, baik secara mental maupun fisik. Salah satu perilaku yang meresahkan adalah kebiasaan menghabiskan waktu berlebihan di depan layar ponsel atau komputer.
Layar digital adalah pisau bermata dua, dapat memberi informasi namun juga menyita perhatian.
Ketika mencoba untuk mengurangi penggunaan ponsel, kebanyakan orang akan merasa cemas atau kehilangan sesuatu. Namun, dengan membatasi penggunaan ponsel selama 30 menit sehari, seseorang bisa menemukan bahwa dalam seminggu, perhatian bisa meningkat. Fokus menjadi lebih kuat, dan banyak ide kreatif yang muncul. Hal ini memicu rasa ingin tahu tentang apa yang membuat kita sulit fokus di era digital ini.
Kurangnya fokus bukan hanya tentang gangguan, tetapi juga tentang otak yang terlalu distimulasi.
Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perhatian terhadap suatu hal di depan komputer hanya berlangsung selama 40 detik. Ketika ada gangguan seperti notifikasi, fokus bisa berkurang hingga 35 detik. Ternyata, masalahnya bukan hanya karena kita teralihkan, tetapi karena otak terlalu distimulasi.
Otak selalu mencari distraksi karena setiap kali menemukan hal baru di media sosial atau email, kita mendapatkan dopamine, zat kimia yang memicu rasa senang.
Tentu saja, kondisi ini tidak ideal. Oleh karena itu, beberapa orang mencoba melakukan eksperimen untuk menciptakan kebosanan. Misalnya, meminta saran dari pembaca blog tentang hal yang paling membosankan untuk dilakukan, kemudian melakukan aktivitas tersebut selama satu jam setiap hari selama sebulan.
Aktivitas seperti membaca syarat dan ketentuan iTunes, menunggu di jalur telepon layanan pelanggan, hingga menonton jam berdetak. Meskipun terdengar aneh, eksperimen ini menunjukkan bahwa fokus dapat meningkat, dan lebih banyak ide kreatif yang muncul.
Kebosanan adalah benih kreativitas, memberikan ruang bagi otak untuk beristirahat dan mencipta.
Ketika otak diberikan waktu untuk beristirahat, perhatian akan lebih terarah. Ketika pikiran mengembara, manusia biasanya memikirkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Bahkan, kita memikirkan masa depan hampir 50% dari waktu ketika pikiran mengembara. Ini mengapa ide-ide terbaik sering muncul saat sedang mandi atau berjalan-jalan.