Di tengah pesatnya penetrasi internet dan meningkatnya kebutuhan akan pendidikan berkualitas, Indonesia telah menyaksikan pertumbuhan eksponensial dalam jumlah startup EdTech. Dari memberikan akses pendidikan yang lebih luas hingga mengatasi ketidaksetaraan global, startup EdTech telah menjadi pemain kunci dalam mereformasi landskap pendidikan di Indonesia. Kali ini kita akan membahas bagaimana startup EdTech memanfaatkan pendekatan Resource-Based View (RBV) untuk tidak hanya bertahan tetapi juga unggul dalam ekosistem digital yang kompetitif.Â
Indonesia, sebuah negara kepulauan besar dengan lebih dari 17.000 pulau, menghadapi berbagai tantangan dalam menyediakan akses pendidikan yang merata bagi seluruh penduduknya. Di era digital saat ini, dimana informasi bergerak secepat kilat melalui internet, teknologi pendidikan atau EdTech muncul sebagai salah satu solusi paling menjanjikan untuk mengatasi batasan geografis dan sumber daya pendidikan.
Sejak awal tahun 2020, dunia, termasuk Indonesia, dihadapkan pada pandemi COVID-19 yang mengubah banyak aspek kehidupan, salah satunya adalah cara kita belajar. Sekolah dan universitas terpaksa beralih ke pembelajaran online untuk mencegah penyebaran virus. Situasi ini secara tidak langsung mempercepat pertumbuhan sektor EdTech di Indonesia.
Startup EdTech di Indonesia mengambil peran kunci dalam transformasi pendidikan digital. Dengan pendekatan yang dikenal sebagai Resource-Based View (RBV), banyak dari startup ini tidak hanya bertahan di masa krisis, tetapi juga berhasil menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. RBV adalah kerangka kerja yang memfokuskan pada penggunaan sumber daya internal perusahaan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, sebagai dasar untuk mengembangkan keunggulan kompetitif.
Pendekatan ini sangat relevan di Indonesia, dimana startup EdTech harus beroperasi dalam lingkungan yang sangat kompetitif dan dinamis. Dengan internet yang kini menjangkau lebih dari 73.7% populasi, startup EdTech memiliki peluang yang luas untuk berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan pengguna internet tercepat di dunia, dimana pengguna internet aktif mencapai 204.7 juta pada awal 2022.
Memanfaatkan teknologi digital, startup EdTech di Indonesia mampu menyediakan akses pendidikan yang lebih luas, inklusif, dan efisien. Platform seperti Ruangguru, Zenius, dan Sekolah.mu telah menjadi beberapa contoh sukses yang memanfaatkan teknologi untuk memberikan materi pembelajaran yang interaktif, menyenangkan, dan mudah diakses oleh siswa di seluruh Indonesia.
Keunggulan kompetitif startup EdTech Indonesia tidak hanya terletak pada teknologinya yang canggih, tetapi juga pada kemampuan mereka dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya intelektual dan sumber daya manusia yang ada. Menurut studi, sumber daya intangibel seperti keahlian, merek, dan hak paten menjadi kunci dalam membentuk basis kompetensi inti yang memungkinkan startup EdTech mengembangkan produk dan layanan yang unik.
Selain itu, kolaborasi dengan pemerintah dan sektor swasta juga menjadi faktor penting dalam pengembangan EdTech di Indonesia. Pemerintah Indonesia, melalui berbagai inisiatif seperti Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, telah memberikan dukungan substansial untuk pertumbuhan ekosistem digital, termasuk sektor EdTech. Ini mencakup tidak hanya pendanaan tetapi juga pembangunan infrastruktur digital dan regulasi yang mendukung inovasi serta kewirausahaan.
Pandemi telah mengajarkan kita banyak hal, terutama pentingnya adaptasi dan fleksibilitas. Startup EdTech yang mampu menyesuaikan model bisnisnya untuk lebih responsif terhadap kebutuhan pasar dan kondisi saat ini akan lebih mungkin untuk bertahan dan berkembang. Model bisnis yang mampu menyediakan solusi pembelajaran yang skalabel, terjangkau, dan efektif adalah kunci dalam memenangkan hati konsumen Indonesia.
Kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (machine learning) juga membuka pintu baru untuk personalisasi pembelajaran. Startup EdTech yang mengintegrasikan teknologi ini dalam platform mereka mampu memberikan pengalaman belajar yang lebih adaptif dan personal, meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar siswa.
Namun, tidak semua tantangan bisa diatasi dengan teknologi saja. Isu seperti kesenjangan digital, aksesibilitas internet di daerah terpencil, dan literasi digital tetap menjadi hambatan yang harus dihadapi. Ini memerlukan pendekatan yang lebih holistik dan kolaboratif antara semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan masyarakat umum, untuk memastikan bahwa manfaat EdTech dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.