Mohon tunggu...
Ansarullah Lawi
Ansarullah Lawi Mohon Tunggu... Dosen - Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Batam (ITEBA)

Pengampu Matakuliah Perancangan Produk dan Technopreneurship, Peneliti Ergonomi dan Lingkungan, Pengamat Politik, Pemerhati Pendidikan di Era Digitalisasi, Penggemar Desain Grafis, dll Semuanya dicoba untuk dirangkum dalam beberapa tulisan blog. Stay Tune! (^_^)v

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Profit Dunia & Akhirat: Meneladani Nabi dalam Dunia Bisnis Modern

12 April 2024   21:35 Diperbarui: 12 April 2024   21:37 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Menggunakan AI Generatif | ideogram.ai

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pada kesempatan ini, kita akan membahas dunia bisnis dari perspektif Islam, dimana setiap aspek kegiatan ekonomi tidak hanya diukur dari keberhasilannya secara material tapi juga kepatuhannya terhadap nilai-nilai Islam yang luhur. 

Dalam Islam, berbisnis bukan hanya tentang mencari keuntungan tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui praktik yang halal dan bertanggung jawab. Mari kita urai lebih dalam bagaimana prinsip-prinsip Islam mengintegrasikan kehidupan spiritual dan bisnis yang seimbang.

Dalam tijarah, atau perdagangan, Islam menekankan pentingnya kejujuran dan transparansi. Nabi Muhammad SAW, sebagai uswatun hasanah, atau teladan yang baik, mengajarkan kita bahwa seorang pedagang yang jujur akan berada di dalam naungan Allah pada hari kiamat. 

Ini merupakan pengingat bahwa dalam setiap transaksi, kejujuran bukan hanya sebuah pilihan tetapi sebuah kewajiban. Dari Nabi Muhammad SAW, kita mendapatkan hadis: "Seorang pedagang yang jujur dan dapat dipercaya akan bersama para nabi, orang-orang saleh, dan para syuhada di hari kiamat" (HR. Tirmidzi).

Riba, atau bunga, adalah salah satu elemen yang dilarang dalam bisnis menurut syariat Islam. Riba dianggap sebagai praktek yang menzalimi karena membebani salah satu pihak, terutama yang lebih lemah secara finansial. Seorang pengusaha Muslim diharapkan untuk menghindari bisnis yang berbasis riba dan mencari alternatif pendanaan yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti mudarabah atau musyarakah, yang mempromosikan risiko dan keuntungan bersama. Allah berfirman dalam Al-Quran: "Allah menghapuskan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekufuran, dan selalu berbuat dosa." (QS. Al-Baqarah: 276).

Selain kejujuran dan penghindaran riba, zakat dan sedekah juga merupakan bagian penting dari bisnis dalam Islam. Zakat, sebuah kewajiban keuangan untuk setiap Muslim yang mampu, dianggap sebagai cara untuk membersihkan harta dan sebagai salah satu cara Allah mengajarkan kepada kita untuk berbagi keberkahan dengan mereka yang kurang mampu. 

Melalui zakat, seorang pengusaha tidak hanya membantu masyarakat tetapi juga membersihkan hartanya dari hak-hak orang lain yang mungkin terselip dalam kekayaan yang diperoleh. Nabi Muhammad SAW berkata, "Sedekah tidak pernah mengurangi kekayaan." (HR. Muslim).

Dalam konteks memastikan produk halal dan tayyib, atau baik, pengusaha Muslim juga harus memastikan bahwa semua yang mereka tawarkan, tidak hanya halal dari sisi bahan atau cara produksi, tetapi juga 'tayyib', atau baik, yang menunjukkan tidak adanya kerusakan atau efek negatif pada konsumen dan lingkungan. Hal ini menegaskan tanggung jawab sosial dan ekologis yang harus dijunjung tinggi dalam praktik bisnis.

Mengambil inspirasi dari sahabat Nabi, seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf, kita melihat contoh nyata bagaimana kekayaan dapat digunakan untuk kebaikan. Utsman bin Affan dikenal akan kemurahan hatinya dan telah banyak berinvestasi dalam kebutuhan komunitas, seperti menyediakan air bagi umat Islam. Abdurrahman bin Auf, di sisi lain, terkenal dengan keterampilan perdagangannya dan bagaimana ia menggunakan kekayaan yang diperoleh untuk membantu yang membutuhkan dan mendukung kegiatan dakwah.

Dalam praktik bisnis sehari-hari, seorang pengusaha Muslim dituntut untuk tidak hanya fokus pada aspek material semata, tetapi juga pada aspek spiritual dan sosial dari tijarah. Contohnya, dalam sebuah transaksi jual beli, tidak mengambil keuntungan lebih dari yang sewajarnya dan selalu mengutamakan kebutuhan pelanggan di atas keuntungan pribadi. Juga penting untuk mengadakan evaluasi rutin terhadap praktek bisnis untuk memastikan bahwa semua operasi tetap berada dalam koridor syariah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun