Gemerlap lampu neon menghiasi Makassar, malam ini kota para Daeng begitu romantis. Beberapa gedung yang telah mencakar langit, lampunya masih merona menghiasi beberapa sudut sudut kota Makassar, sejumlah lampu hias bertengger pada pohon pohon nan hijau semakin menjelasi jika kota ini sedang gemerlap, kota ini sedang bergeliat menuju ke angkasa.Gerak cepat Makassar untuk menjadi kota maju dan modern seperti detaknya jarum jam, detik demi detik perubahan terus melaju.Â
Begitu pula saya, sebagai warga yang telah berpuluh tahun berputar putar di kota angin Mamiri ini dapat menyaksikan begitu rupa segala drama, segala kemajuan atas kota ku, Makassar yang selalu menyimpan rindu bagi siapapun yang telah merasai suasana kota Makassar. Â
Di mulai era Malik B Masri, Makassar mencoba mengikuti gerak sebagaimana perkembangan sebuah kota. "Saya mengimpikan Makassar ini seperti Abu Dhabi", suatu waktu ketika Malik B Masri, walikota Makassar era Orde Baru terbang di atas langit Makassar, sesaat setelah hendak mendarat dari ber haji. Maka terjadilah geliat demi geliat itu. Â
Roda ekonomi Makassar semakin berputar pada zaman Ilham Arief Sirajuddin menitahkan dirinya sebagai walikota.  Ia seorang pemuda kala itu, yang memotong mata rantai usia sebagai pejabat atau sebagai orang nomor satu di kota Makassar. Sebagai pemuda, gelora  dan darah muda nya untuk melambungkan kota nya terus bergetar.Â
Drama demi drama untuk menggolkan visinya "Makassar Great Expectation" terus tercipta di tengah riunya Masyarakat. Ia melabrak kebiasaan kebiasaan yang telah tumbuh berkembang di tengah tengah masyarakat demi visi nya membawa Makassar sejajar dengan kota kota lain di Indonesia. Mirip mirip apa yang telah dilakukan oleh The Legend Walikota Makassar, Daeng Patompo.
Kemarin 2019, baru saja Makassar merayakan hari lahirnya. Â Sebagai kota yang memiliki cerita pada masanya, maka sepantasnya Makassar tak boleh lagi tidur. Tentu kita sangat menyayangkan, pada bulan Juni 2018 yang baru saja setahun kita melewatinya, Makassar tak sukses memilih Walikota lima tahun kedepan. Â Toh walau seperti itu, geliat Makassar merangsek ke depan tetap saja berputar. "Makassar auto pilot".
Dari Warkop ke Warkop, cafe to cafe Makassar selalu memiliki cerita tersendiri. Â Seperti kisah Makassar yang lampau. Â Sebelum kembali ke nama Makassar, kota ini pernah dinamai Ujungpandang, saya pun pada masa masa itu memiliki segudang pengalaman menulis pada akhir sebuah alamat, Ujungpandang. Â
Kota ini pada abad ke 16 pernah tercatat sebagai salah satu kota terbesar di Asia Tenggara serta menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara melalui pelabuhannya.  Maka dari itu, wajar jika Makassar pernah pula menorehkan sejarah  sebagai Ibu Kota Indonesia Timur.  Sebagai kota yang memiliki ragam cerita, masa lalu yang spektakuler  selaiknya Makassar kembali merebut sejarah itu.
Meraih cita cita itu kembali telah pernah menjadi visi Walikota Makassar, Dhani Pomanto melalui "Makassar kota dunia" melanjutkan visi Walikota sebelumnya tentang impian "Makassar Great Expectation". Â Gerak perkembangan kota menuju kota dunia pun berputar.Â
Masyarakatnya ikut aktif membangun kota melalui cara dan pola mereka masing-masing. Merangkai kegiatan lokal, nasional hingga internasional kerapkali menghiasi halaman halaman media sosial, cafe cafe berdiri futuristik di berbagai sudut kota, hotel hotel segala bintang berdiri megah menyambut para tamu yang akan mencicipi segala kuliner Makassar.Â
Geliat lokasi wisata pun terus berbenah hingga Makassar seperti yang terlihat sekarang ini. Tak ada yang membedakan, dari para walikota sebelumnya. Daeng Patompo, Malik B Masri, Suwahyo, H. Baso Amiruddin, Ilham Arief Sirajuddin, Andi Hery Iskandar, Dhani Pomanto. Melalui tangan tangan dingin mereka, Makassar gemerlap, bertabur bintang.