Mohon tunggu...
Andi Fitriyanto
Andi Fitriyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Humanisme di Atas Segala Isme

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anarkisme: Sebuah Manifesto

20 Juni 2024   21:43 Diperbarui: 21 Juni 2024   02:50 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Andi Fitriyanto

Bukan! Anarki bukan kerusakan dan kekacauan.

Bukan! Anarkis bukan perusak dan pengacau.

Bukan! Bedakan anarkisme dengan vandalisme dan brutalisme.

Perjuangan anarki bukan memperjuangkan masyarakat tanpa aturan melainkan masyarakat yang teratur tanpa otoritarian, hegemon dan despot. Menyelami 'anarkisme' akan mengantarkan individu kepada kata 'setara', sebuah nomina abstrak yang inheren dengan kata nirkelas, nirstrata, nirkasta, nirhierarki, nirkuasa, niradikuasa hingga niradikodrati yang berarti anti terhadap segala bentuk dominasi, hegemoni dan supremasi. Alergi terhadap segala bentuk fasisme, bigotri dan diskriminasi. 'Setara' adalah kelinieran literasi dan kognisi, koheren dengan kebebasan dan kemerdekaan, terbebas dan merdeka dari fobia-fobia picik dan dungu berbasis fakta-fakta yang cacat, keliru dan absurd.

Semua berawal dari sini, dari rekognisi akan literasi; amunisi transenden dari pergulatan narasi yang mengkreasi peradaban hingga detik ini. Tiba saatnya menegasi teorema-teorema sesat pikir, bualan-bualan delusi dan fiksi, mendiskreditkan narasi-narasi arkais dan dogma-dogma destruktif demi menggapai substansi dan aktualisasi diri. Tiba saatnya bergerilya menebar kontranarasi, menjejali benak dengan narasi konstruktif, menabur ide-ide rasional dan menuai gagasan-gagasan valid. Atas nama kesetaraan dan kemanusiaan lantas menyematkannya dalam ritus dan kredo yang konkret. Tiba saatnya untuk berani mengeradikasi popularisasi kedunguan sistemis, berani mengebumikan popularitas, berani menggagas kebenaran intersubjektif positif dan konstruktif serta berani untuk tidak populer.

Demi konsensus ideal komunal, demi redefinisi kebebasan, kemerdekaan dan kesejahteraan, demi aliansi poros-poros politis, ideologis, saintifik dan filosofis yang pedagogis, andragogis dan heutagogis, demi manifestasi utopia atas nama humanisme yang selaiknya gagah berdiri di atas segala isme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun