Mohon tunggu...
Kawula Muda
Kawula Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Anak muda ya muda

Biografi anak muda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyelisik Pilpres AS

3 November 2020   20:30 Diperbarui: 5 November 2020   00:12 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemilu Amerika memang selalu menjadi bahasan menarik,dan tidak pernah terlepas dari hot isu seluruh media,bukan hanya dinegara kita,tapi mungkin dunia cakupannya. Mungkin karena Amerika adalah the great nation,yang gerak geriknya diamati dan dijadikan dasar untuk penentu kebijakan negara negara lain. Amerika telah memegang kendali dunia,setelah usainya perang dunia 2. Dolar menjadi sumber kekuatan besarnya,karena dipergunakan sebagai alat tukar internasional.

Terlepas dari Yuan cina yang melakukan manuver-manuvernya. Kembali soal pemilu tadi,kita pasti sudah tidak asing dengan 2 partai politik Amerika,yaitu Republik dan Demokrat. Amerika memang memakai sistem Dwi partai dalam melaksanakan proses politik. Kita tidak akan masuk pada persaingan Joe Biden dan Donald Trump,tapi kita lebih menekankan pada sistem pemilihan presidennya.

Tentu jika bicara pemilihan kita akan membahas yang namanya electoral college. Jadi apa sebenarnya Electoral College itu? Electoral College adalah lembaga yang didirikan sejak pertama kali Konstitusi Amerika Serikat ditulis pada abad ke-18. 

Electoral College didirikan karena pada zaman itu mayoritas penduduk AS masih bersifat agraris dan komunikasi terbatas sehingga tidak semua orang dapat mengetahui mana calon yang baik atau kurang baik, sehingga sebagai solusi para penulis konstitusi atau framers mencetuskan ide dimana seorang pemilih tidak memilih calon presiden secara langsung melainkan memilih elector dari negara bagian mereka. Sehingga kemenangan electoral vote di setiap negara bagian sangat diperlukan bagi para kandidat.

Pada pelaksanaannya,elector-elector ini pun sejak kampanye sudah menentukan pilihannya kepada salah satu calon presiden. Sehingga rakyat pun tahu elector mana yang harus dipilih dengan mengacu pada keberpihakannya terhadap salah satu calon. Jumlah elector sendiri sama dengan jumlah konggres AS yaitu 535(435 anggota Parlemen ditambah 100 Senator). Negara bagian yang memiliki jumlah elector paling banyak adalah:California (55), Texas (38), Florida (29), dan New York (29).

Tetapi setiap calon presiden beserta tim sukses biasanya punya analisis dan kalkulasi sendiri, karena suara elector setiap negara bagian sangat menentukan kemenangan. Hal ini mendorong calon-calon Presiden biasanya cenderung berkampanye secara ekstensif di negara bagian dengan jumlah electoral vote yang banyak dan di negara bagian yang disebut sebagai swing state dimana Republik maupun Demokrat tidak selalu dominan. 

Mengapa electoral vote sangat penting di Amerika??. Untuk menjawabnya kita ambil contoh di New York misal. Jika dari 29 elector,15 untuk Joe Biden dan 14 untuk Donald Trump maka New York menjadi milik Joe Biden dengan kemenangan mutlak yaitu 29 elector. Jangan dikira mihak Joe Biden lhoo,ini hanya ilustrasi untuk membantu pemahaman.

Tapi apakah mungkin suara rakyat terbanyak tidak sesuai dengan suara electoral vote?. Memang  electoral vote dipengaruhi oleh pilihan rakyat,tetapi pada akhirnya yang dipakai sebagai kalkulasi kemenangan adalah jumlah electoral vote yang didapat pada setiap negara bagian. Dengan menggunakan aturan yang dicontohkan tadi.

Agar lebih jelas mari bicara pada realitas pemilu 2016, Donald Trump meraih 306 suara sedangkan Hillary hanya meraih 232. Sangat jauh kan? Bagaimana dengan suara rakyat keseluruhan? Dilansir dari politico.com hingga tanggal 23 November kemarin, Hillary berhasil mendapat 64,223,958 suara, dibandingkan dengan Presiden Terpilih Trump 62,206,395. DUA JUTA, benar sekali dua juta suara keunggulan Hillary. 

Akan tetapi  Trump menang jauh di electoral college,namun suara populer masih dimenangkan Clinton lebih dari dua juta suara. Sehingga karena perolehan electoral Trump lebih unggul daripada Hillary,maka yang dinyatakan menang adalah Trump sebagai pemegang electoral terbanyak.

Hal ini memperlihatkan dengan jelas bagaimana sistem pemilu AS masih kurang demokratis dibandingkan dengan negara-negara lain. Mengacu pada bagaimana sistem pemilihan yang diterapkan,partisipasi rakyat memang dilaksanakan,tetapi sudahkah pilihan rakyat menentukan siapa yang jadi pemimpin?. Apakah saat ini rakyat amerika masih belum siap untuk melakukan pemilihan secara langsung?. Silahkan dijawab sendiri,saya nggak ikut-ikut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun