Mohon tunggu...
Anny Izzatul Mujahidah
Anny Izzatul Mujahidah Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis untuk berbagi dan menggerakkan hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Arogansi dan Manusia (Kanjuruhan, Kami Turut Berduka)

8 Oktober 2022   00:24 Diperbarui: 8 Oktober 2022   00:34 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image dari Postingan Tere Liye

Tragedi besar di Kanjuruhan, Malang begitu memilukan. Ratusan korban meninggal, banyak lagi luka-luka, dan ribuan menyimpan trauma.

Kalimat turut berduka cita, rasanya membutuhkan diksi yang lebih mendalam lagi bagaimana tuk menggambarkan emosi hati yang sedih, duka, kehilangan, kekecewaan, dan amarah.

Mereka yang disana, para  anak dan remaja, sanak keluarga dan saudara tak ada hak atas kehilangan yang telah terjadi. Mereka warga sipil, pihak yang seharusnya senantiasa dalam lindungan bagi lembaga terstruktur yang kewajibannya memberi perlindungan.

Dan benar, keadilan harus diperjuangkan dan ditegakkan. Keadilan atas mereka yang tak bersalah yang menjadi korban. Ini bukan hanya soal sepak bola, tetapi ini soal manusia.

Manusia, dikaruniai dengan akal, pikiran dan nurani. Tapi arogansi menjadi satu sisi dari tiap kelahiran anak manusia. Karena kita manusia, seharusnya kita tahu bagaimana memperlakukan manusia lainnya. Karena kita manusia seharusnya kita tahu bagaimana hati manusia merasa.

Manusia, makhluk sempurna yang Allah ciptakan, sempurna karena akalnya. Sempurna karena akal itu akan menjadi pengarah dari setiap-setiap perasaan, termasuk arogansi.

Akal itu murni, putih bersih, sehingga Allah beri arahan yang tepat bagaimana ia berjalan, yaitu wahyu, supaya ia tak tersesat nantinya. Akal, berjalanlah bersama wahyu Tuhanmu. Tundukkan perasaan-perasaan yang tak seharusnya menguasai diri manusia, arogansi.

Baca juga: Puisi: Hasta Bicara

Karena itu kita melihat, karena arogansi Allah menenggelamkan Fir'aun bersama bala tentaranya pada masanya. Karena arogansi Allah mengubur Qarun bersama harta kekayaannya. Mereka tak berjalan bersama wahyu, merasa besar, merasa hebat, arogansi.

Kita manusia, satu jenis yang sama. Hendaknya kita menyadari, siapapun kita, berapapun kekayaan yang kita miliki, berapapun tahta yang kita kuasai. Sejatinya kita sama di mata Allah. Manusia.

Arogansi, justru membawa pada petaka. Belajarlah dari sesepuh Fira'un dan Qarun. Bala tentara mereka merasakan kepahitan yang Fir'aun dan Qarun rasakan juga. Jangan tertipu dengan arogansi, atau petaka kan menghampiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun