Dalam kehidupan sehari-hari, teori pembelajaran sosial dan teori behavioristik Albert Bandura seringkali mempengaruhi cara kita belajar dan berinteraksi. Kedua teori ini tidak hanya terkait dalam lingkungan pendidikan formal seperti sekolah, namun juga dalam perilaku kita di rumah, di tempat kerja, dan di masyarakat. Namun, meski memiliki banyak dampak positif, penerapan kedua teori tersebut menghadirkan tantangan besar yang harus kita pahami.
Dampak positif dari teori perilaku belajar sosial Bandura
   Teori Bandura menekankan bahwa kita belajar dengan pengamatan (observasi). Hal ini terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari ketika kita meniru perilaku orang lain. Untuk memberi contoh, anak-anak belajar dari orang tua dan saudara kandung mereka tentang cara berinteraksi satu sama lain dalam lingkungan sosial dan dengan melakukan hal-hal sehari-hari. Di tempat kerja, karyawan baru sering kali belajar dari rekan kerja yang lebih berpengalaman dengan mengamati pekerjaan mereka dan menangani situasi. Sisi positifnya, pembelajaran visual memungkinkan Anda belajar lebih cepat tanpa memengaruhi situasi. Misalnya, di dunia digital, banyak dari kita yang mempelajari keterampilan baru melalui kursus video online, mulai dari memasak hingga memperbaiki peralatan. Hal ini menunjukkan bagaimana pengaruh teori Bandura dapat mengontrol kerja dan kecepatan transfer keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, konsep Self-Efficacy diri Bandura - keyakinan seseorang terhadap kemampuannya sendiri - penting dalam dunia yang kompetitif. Di tempat kerja, seseorang dengan harga diri yang tinggi lebih cenderung mengambil risiko, menemukan solusi kreatif, dan beradaptasi terhadap perubahan. Bandura mengajarkan bahwa keyakinan ini berasal dari pengamatan keberhasilan orang lain, yang mengarahkan kita untuk berusaha mencapai hal yang sama.
Dampak negatif teori perilaku belajar sosial Bandura
   Namun sisi negatif dari teori ini yang juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika kita tidak memilih pola yang telah kita lihat. Di era media sosial, kita sering dihadapkan pada selebriti atau influencer yang menjadi model tren kehidupan nyata dan perilaku konsumtif. Sayangnya, banyak orang, terutama generasi muda, tanpa disadari meniru gaya hidup influencer tersebut dan terjerumus ke dalam perilaku foya-foya yang tidak sesuai dengan penghasilannya.Selain itu, fenomena imitasi perilaku negatif juga terlihat dalam kasus kekerasan. Kekerasan di media dapat mendorong individu, khususnya anak-anak, untuk meniru perilaku tersebut. Hal ini mengingatkan kita pada eksperimen boneka Bobo yang dilakukan oleh Bandura, di mana anak-anak yang menyaksikan kekerasan akan meniru perilaku tersebut. Paparan media yang tidak tepat terhadap anak-anak dapat mengakibatkan perilaku kekerasan atau agresif, yang tercermin dalam kehidupan nyata.
Dampak positif teori Behavioristik
   Teori perilaku menekankan reinforcement dan punishment yang digunakan dalam kehidupan setiap hari. Misalnya, orang tua menggunakan konsep penguatan positif ketika anaknya berhasil melakukan sesuatu yang baik. Hal ini membantu anak memahami perilaku apa yang diinginkan dan mendorong mereka untuk mengulanginya. Demikian pula, menghukum anak ketika mereka melakukan kesalahan membantu mereka mempelajari batasan perilaku. Teori perilaku dapat digunakan dalam aplikasi praktis seperti sistem penghargaan dan insentif di tempat kerja. Penghargaan diberikan kepada karyawan yang mencapai sasarannya untuk mendorong mereka bekerja lebih efisien. Sistem ini berpotensi untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan lingkungan yang kompetitif dan terukur.
Dampak negatif teori Behavioristik
   Namun kelemahannya terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari. Ketergantungan yang berlebihan pada manfaat eksternal dapat menyebabkan hilangnya motivasi. Anak-anak dan pekerja termotivasi untuk bekerja atau belajar semata-mata untuk tujuan dibayar, bukan untuk kenikmatan mereka terhadap pekerjaan atau pengetahuan tentang pentingnya pekerjaan atau pelajaran itu. Pada akhirnya, mereka menjadi sangat bergantung pada imbalan eksternal sehingga mereka kehilangan tanggung jawab dan motivasi internal. Selain itu, penggunaan hukuman yang berlebihan dapat menyebabkan trauma dan efek-efek yang merugikan lainnya. Di rumah, jika orang tua menghukum anaknya, anak akan takut atau tertekan alih-alih ingin memperbaiki perilakunya. Di tempat kerja, hukuman seperti pemotongan gaji atau teguran di depan umum sering kali menimbulkan kemarahan, sehingga membuat karyawan merasa cemas dan kehilangan motivasi. Dalam jangka panjang, dampak-dampak ini merusak hubungan sosial dan produktivitas.
Kesimpulan
   Teori perilaku belajar sosial Bandura memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Teori Bandura menunjukkan pentingnya belajar melalui observasi dan bagaimana harga diri dibangun melalui pemodelan positif. Namun kita harus mewaspadai bahaya meniru perilaku buruk yang tersebar luas di media sosial dan lingkungan. Di sisi lain, teori behavirisme membantu menciptakan sistem belajar dan bekerja melalui penghargaan dan hukuman, namun dapat menghambat motivasi internal untuk menjadi lebih kuat. Penggunaan kedua konsep ini harus seimbang dengan mempertimbangkan konteks dan kebutuhan masing-masing orang agar dapat memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatifUntuk mencapai pemahaman yang berhasil, penting untuk memilih pola perilaku yang efektif dan mempertahankan motivasi internal sebagai pendorong utama pembelajaran dan kinerja.