Mohon tunggu...
Annitha Putri Sabrina
Annitha Putri Sabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Matematika,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya memiliki hobi menciptakan suatu karya tulis dan suka berimajinasi,disi lain saya juga suka melakukan hal berbau kesenian seperti menari saman,basket,dan lain-lain.Lalu,basic bidang saya di matematika karena gemar berhitung.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Peran Keluarga Dalam Mendukung Pembelajaran Matematika Anak

11 Desember 2024   08:29 Diperbarui: 11 Desember 2024   08:29 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: https://images.app.goo.gl/k959oU1zNQxrwCxg8

    Keluarga adalah lingkungan pertama tempat anak belajar dan berkembang. Orang tua memegang peranan penting dalam membentuk sikap dan kebiasaan belajar anak, termasuk dalam belajar matematika. Orang tua yang mendukung pembelajaran anak, baik melalui penguatan materi yang telah diajarkan di sekolah maupun dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif di rumah.Keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari berbagai aktivitas, mulai dari hal-hal sederhana seperti menghitung uang hingga dalam proses pengambilan keputusan yang kompleks. 

   Menurut Halasan Simanullang,yang meneliti tentang peran lingkungan keluarga dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak. Serta menurut sebuah penelitian, kemampuan matematis yang baik berhubungan langsung dengan keberhasilan individu dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi dan sains. Di samping itu, matematika juga menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan analitis, yang sangat penting dalam memecahkan masalah sehari-hari.Meskipun penting, banyak anak yang menghadapi tantangan dalam belajar matematika. Kesulitan ini sering kali disebabkan oleh persepsi bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Sebuah studi menunjukkan bahwa banyak anak yang merasa cemas saat berhadapan dengan soal matematika, yang pada akhirnya mempengaruhi performa mereka di kelas. 

   Selain itu, faktor lain seperti metode pengajaran yang kurang efektif dan kurangnya dukungan dari lingkungan juga berperan dalam menurunkan motivasi belajar matematika.Namun, permasalahan yang paling kompleks adalah rendahnya keterlibatan orang tua dalam mendukung pembelajaran matematika anak di rumah. Banyak orang tua merasa bahwa matematika adalah bidang yang terlalu teknis dan rumit, sehingga mereka enggan untuk terlibat lebih dalam. Sebagian orang tua mungkin tidak memiliki kepercayaan diri atau pengetahuan yang memadai untuk membantu anak-anak mereka dalam mengatasi kesulitan matematika. Akibatnya, anak-anak sering kali menghadapi tantangan dalam belajar matematika tanpa dukungan yang memadai dari orang tua, yang seharusnya berperan sebagai pendamping utama dalam proses belajar mereka.Di sinilah peran orang tua menjadi sangat penting. 

   Orang tua tidak hanya berfungsi sebagai pendamping, tetapi juga sebagai motivator utama dalam proses belajar anak. Sebuah artikel mengungkapkan bahwa dukungan orang tua yang aktif dalam pendidikan anak dapat meningkatkan rasa percaya diri anak dalam menghadapi pelajaran matematika. Dengan demikian, keterlibatan orang tua tidak hanya sebatas membantu anak memahami materi, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung di rumah.Lebih jauh lagi, peran orang tua sebagai pendamping belajar di rumah sangat berpengaruh terhadap perkembangan akademik anak. 

   Menurut Desforges dan Abouchaar (2003), keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil belajar anak, khususnya dalam mata pelajaran yang memerlukan pemahaman konsep seperti matematika. Dengan bimbingan dan dukungan yang tepat, anak-anak cenderung lebih termotivasi untuk belajar dan lebih mudah mengatasi tantangan yang mereka hadapi dalam memahami konsep-konsep matematika.Matematika ini sendiri menjadi mata pelajaran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, namun sering kali menjadi tantangan bagi banyak siswa. Di tengah berbagai kesulitan tersebut, orang tua memiliki peran yang sangat vital dalam mendukung anak-anak mereka untuk berhasil dalam belajar matematika. 

   Agar terlibat aktif dalam proses pendidikan, orang tua dapat membantu anak mengatasi rasa takut dan kebingungan terhadap matematika, sehingga mereka dapat lebih menikmati proses berhitung dan mencapai hasil yang optimal.Pemberian contoh nyata dalam penerapan matematika juga merupakan langkah penting yang dapat dilakukan oleh orang tua. Anak-anak sering kali mempelajari konsep matematika di sekolah secara teoretis, tanpa melihat aplikasi praktisnya. Dengan memberikan contoh-contoh nyata, orang tua dapat membantu anak melihat bagaimana matematika digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat mengajak anak berbelanja, orang tua bisa mengajak anak menghitung total belanjaan, membandingkan diskon, atau menghitung kembalian. Aktivitas sederhana ini tidak hanya membantu anak memahami konsep matematika seperti penjumlahan, pengurangan, dan persentase, tetapi juga mengajarkan mereka tentang nilai uang dan cara mengelola keuangan.

    Penelitian yang dilakukan oleh Sheldon dan Epstein (2005) menunjukkan bahwa ketika orang tua aktif memberikan contoh nyata dalam penerapan matematika, anak-anak lebih cenderung menunjukkan minat yang lebih besar terhadap matematika dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang konsep-konsep matematika yang mereka pelajari di sekolah. 

   Seperti pengalaman pribadi dari saudara,saudara saya termasuk anak yang kurang menyukai pembelajaran matematika.Dia juga termasuk anak yang susah untuk cepat dalam berhitung dan cepat dalam berlogika matematika.Pada saat ini,siswa-siswa sedang dihadapkan UAS( ujian akhir semester) ganjil tahun 2024/2025 yang disinilah kemampuan belajar diuji seberapa paham siswa tersebut.Sudah pasti pembelajaran matematika pun menjadi salah satu pelajaran yang di ujikan.Adik saya selalu merasa cemas jika ujian matematika sudah mendekat,rasa malas untuk mencoba semua latihan matematika dirasakan adik saya.Untungnya,adik saya mendapatkan dukungan penuh dari pihak ibunya yang selalu semangat dalam mengajarkan matematika.Setiap hari adik saya diberikan latihan agar mengasah logikanya dalam berhitung cepat.Berbagai cara dilakukan ibunya seperti menyita handphone selama mengerjakan latihan, memberi waktu menghafal rumus lalu di setorkan, dan mengajarkan melalui benda nyata disekitar sebagai contoh. Prinsip-prinsip yang diberikan ibu dari adik saya ini sangat berguna untuk kedisplinan dalam belajar dan sangat berpengaruh terhadap nilai matematika adik saya.

    Memberikan pujian dan dukungan positif merupakan salah satu strategi efektif yang dapat diterapkan oleh orang tua untuk membangun minat dan motivasi anak dalam belajar matematika. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gunderson et al. (2013), jenis pujian yang diberikan orang tua dapat mempengaruhi cara pandang anak terhadap kemampuan mereka sendiri. Pujian yang berfokus pada usaha anak, seperti "Kamu sudah bekerja keras untuk menyelesaikan soal ini," dapat membantu anak mengembangkan mindset berkembang (growth mindset), yaitu keyakinan bahwa kemampuan dapat ditingkatkan melalui usaha dan ketekunan. Orang tua memiliki peran dalam membentuk sikap anak terhadap matematika, baik melalui pemberian pujian dan dukungan positif, membuat pembelajaran menjadi menyenangkan, maupun memfasilitasi eksplorasi dan penemuan konsep-konsep baru. 

     Selain teori-teori tersebut, literatur tentang kecemasan matematika juga relevan dalam membahas peran orang tua dalam mendukung pembelajaran matematika anak. Math anxiety, atau kecemasan terhadap matematika, adalah fenomena yang umum terjadi di kalangan siswa dan dapat menghambat prestasi akademik mereka.Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami kecemasan matematika cenderung menghindari mata pelajaran ini dan menunjukkan performa yang rendah. Namun, dukungan yang diberikan oleh orang tua dapat membantu mengurangi kecemasan ini dan meningkatkan rasa percaya diri anak dalam belajar matematika.Lebih jauh lagi, penelitian yang dilakukan oleh Soni dan Kumari (2015) menyoroti pentingnya sikap dan kepercayaan diri orang tua dalam matematika. Penelitian ini menemukan bahwa sikap positif orang tua terhadap matematika dan keterlibatan mereka dalam pembelajaran anak dapat mengurangi dampak negatif kecemasan matematika pada anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun