Kabupaten Magelang (07/02), Dusun Klipoh merupakan salah satu Dusun yang terletak di Desa Karanganyar, Kecamatan Borobudur, dengan jarak sekitar 3 kilometer dari Candi Borobudur. Desa Karanganyar masuk ke dalam 20 desa wisata berkelanjutan di Borobudur. Hal tersebut tidak mengherankan apabila potensi wisata di daerah ini yaitu gerabah memiliki daya tarik yang luar biasa bagi wisatawan. Namun, dibalik keindahan gerabah Dusun Klipoh, gerabah menyimpan  cerita masa lalu yang sangat menarik perhatian penulis.
Annisya Hernawati (21) Mahasiswa Antropologi Sosial Universitas Diponegoro turut membantu masyarakat Dusun Klipoh dalam penulisan (booklet) dan publikasi sejarah perkembangan gerabah. Penulisan berkaitan dengan sejarah perkembangan gerabah, relief gerabah di Candi Borobudur, peralatan tradisional yang digunakan, dan macam-macam produk kerajinan dari tanah liat. Gerabah menjadi salah satu peninggalan berharga bagi masyarakat Dusun Klipoh atau Banjaran 1. Sejarah terbentuknya Dusun Klipoh berkaitan erat dengan perkembangan kerajinan gerabah. Namun, di era ini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui cerita dibalik adanya gerabah. Padahal sejarah sudah menjadi budaya yang tidak dapat di lupakan, hal itu dikarenakan mengandung nilai kesakralan yang patut untuk dilestarikan. Sejarah lokal memiliki potensi penting yang dapat menunjukkan kepribadian atau karakteristik daerah tersebut.
Menurut cerita dari Bapak Supoyo salah satu pengrajin gerabah (04/02), Sejarah Dusun Klipoh bermula dari kedatangan seorang perempuan di sebuah alas (hutan). Beliau merupakan seorang janda yang memiliki gelar tinggi dari Kerajaan Medang. Adanya permasalahan yang terjadi di kerajaan, membuat beliau serta pendhereknya (pengikutnya) harus meninggalkan kerajaan dan berpindah ke wilayah yang saat ini disebut Klipoh. Wilayah tersebut kemudian menjadi tempat tinggalnya yang hingga kini dapat diketahui dari tekstur tanah dan kedekatan dengan sumber air. Karena alasan tersebut, warga sekitar memberi nama kepada perempuan tersebut dengan sebutan Nyai Kalipah. Kalipah sendiri terdiri dari dua kata, yakni kali dan pohe. Kali berarti sungai dan pohe berarti tempatnya sehingga kalipah memiliki makna yaitu sungai sebagai tempat tinggalnya. Namun, sampai saat ini tidak ada yang tahu nama asli Nyai Kalipah dikarenakan era Kerajaan Medang masuk ke Jawa sekitar tahun 723 – 929 M. Nyai Kalipah merupakan orang pertama yang mengajarkan dan mengembangkan gerabah di wilayah tempat tinggalnya. Karena keahliannya dalam membuat gerabah, beliau memimpin para pengikutnya untuk membangun sebuah perkampungan yang diberi nama Dusun Klipoh.
Sampai saat ini kerajinan gerabah terus bertahan dan berkembang di Dusun Klipoh sebagai salah satu seni dan budaya yang wajib di lestarikan. Saat ini industri kerajinan gerabah menjadi mayoritas mata pencaharian utama masyarakat di Dusun Klipoh. Selain itu industri gerabah juga dikembangkan menjadi industri pariwisata yang telah berhasil meningkatkan ekonomi warga sekitar. Kemampuan membuat gerabah ini ditularkan secara turun temurun.
Terdapat tiga relief yang di tuliskan, yang pertama di pagar langkan sisi bawah lorong 1 bidang H dan I, digambarkan beberapa orang beraktivitas dengan menggunakan gerabah, ada cerita yang berkembang dimasyarakat, bahwa gerabah digunakan untuk memasak makanan dan menyimpan bahan makanan para pekerja dalam proses pembuatan Candi Borobudur, dan gerabahnya sendiri diambil dari hasil pembuatan warga Dusun Klipoh. Relief kedua, menggambarkan adanya pembagian kerja berdasarkan gender yaitu tugas mengangkat alat dan bahan untuk laki-laki dan tugas membentuk gerabah untuk perempuan. Relief Ketiga, Sejarah perkembangan gerabah di Dusun Klipoh didukung dengan temuan gerabah melalui ekskavasi arkeologis pada saat proyek pemugaran Candi Borobudur. 10 periuk atau gerabah ditemukan di lereng Bukit Borobudur sebelah barat daya pada tahun 1974 oleh arkeolog proyek pemugaran candi.
Peralatan tradisional yang digunakan untuk membuat gerabah antara lain perbot (alat putar), babasan (tempat air), cungkah (pengait gerabah), dalim (kain pengalus), entik (wadah dari anyaman bambu), garon (tongkat panjang untuk mengumpulkan abu), kerik (besi pengupas), ilir (kipas), pacul (cangkul), secang (pecahan keramik), serat (guntingan benang), sorok (alat pengumpul abu dan larahan), tatap (alat penepuk gerabah), watu usik atau kisik (batu untuk memberi kesan mengkilap), malon (batu pemukul gerabah).
Macam-macam produk gerabah di Dusun Klipoh antara lain anglo, blengker, celengan, cowek, cuwo, kekep, kendi, kendil, klenting, kolong, kwali, mendeng, padasan, sentir, terbang gerabah, kolong, vas bunga, tempat pensil, pot bunga, gelas, teko, asbak, dan lain sebagainya.
Penulisan kembali sejarah gerabah menjadi langkah awal untuk menyadarkan masyarakat bahwa sejarah gerabah di Dusun Klipoh patut untuk di jaga kelestariaannya. Sejarah memang hanya menceritakan apa yang terjadi di masa lampau saja, akan tetapi sejarah akan berpengaruh besar bagi kehidupan manusia di masa depan.