Mohon tunggu...
Annissa Miftahusnika Islami M
Annissa Miftahusnika Islami M Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Permasalahan Bank Muamalat pada 2017 serta Kondisinya Saat Ini

22 Mei 2023   12:56 Diperbarui: 22 Mei 2023   13:34 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Permasalah yang terjadi pada Bank Muamalat sejak 2017 sampai dengan 2022 lalu menjadi perhatian banyak pihak. Isu permasalahan ini mulai muncul sejak ditutupnya banyak Kantor Cabang sampai dengan kas, penutupan sejumlah gerai ATM, serta PHK yang dilakukan kepada pegawai dari Bank Muamalat itu sendiri. Melihat dari aspek keuangan permasalahan utama yang tengah dihadapi oleh Bank Muamalat ini berkaitan dengan permodalan. Tercacat sejak tahun 2015 para pemegang saham lama tidak dapat meningkatkan porsi permodalannya.

Akibatnya pada tahun 2017 terjadi penurunan pada permodalan sebesar 11,58%. Pertumbuhan positif pada rasio CAR Bank Muamalat ini baru terjadi di tahun 2022 dengan peningkatan sebesar 34,4% dari periode sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada akhir 2021 lalu Bank Muamalat sendiri sudah mendapatkan suntikan dana yang berasal dari BPKH. Suntikan dana yang bersumber dari pihak luar menjadi hal yang paling efektif untuk dapat meningkatkan permodalan Bank Muamalat yang selanjutnya akan dapat menjalankan lagi program-program yang dimilikinya.

Permasalahan lain dalam aspek keuangan yang juga mempengaruhi besaran permodalan ini adalah tingginya rasio NPF pada Bank Muamalat. Di mana angka tertingginya yang menyentuh angka 7,11% atau jauh di atas 4% pada 2015. Peningkatan NPF ini dikarenakan kesalahan strategi bisnis yang dijalankan oleh manajemen Bank Muamalat yang memfokuskan pemberian kredit pada sektor korporate. 

Penyaluran dana pada korporate ini menjadi salah satu kekeliruan dari pihak manajemen dalam memilih strategi bisnisnya. Hal tersebut dikarenakan jumlah usaha ritel merupakan bentuk usaha mendominasi sektor usaha di Indonesia sampai hampir 90%. Besaran rasio NPF Bank Muamalat sendiri antara 2017 sampai 2022 terus mengalami fluktuasi yang pada tahun 2017 sendiri mencapai rasio di atas 4%.  Penurunan NPF secara signifiikan baru terjadi di tahun 2022 yang mana menyentuh angka 0,86%.

Pembiayaan bermasalah yang menyebabkan kredit macet ini dapat di atasi dengan perubahan strategi bisnis yang merubah fokus pemberian pinjaman kepada sektor ritel. Pemberian pinjaman kepada pihak korporate yang besar menyebabkan kondisi Bank Muamalat menjadi riskan karena pemberian pinjaman yang tidak terdiversifikasi. Selanjutnya, dalam pemberian pinjaman Bank Muamalat harus lebih seletif dan ketat dalam memberikan pinjaman dan menghitung risiko di masa mendatang. 

Restrukturisasi pinjaman juga diperlukan untuk dapat mengurangi kredit macet. Serta untuk prinsip kehati-hatian, kerjasama dengan Lembaga penjamin juga harus dilakukan untuk dapat menghadapi kemungkinan terburuk seperti potensi terganggunya stabilitas pada perbankan yang bersangkutan.  

Seperti yang telah dibahas permasalahan keuangan yang dihadapi oleh Bank Muamalat tidak lepas dari kesalahan pemilihan strategi bisnis yang dijalankan. Evaluasi dan perbaikan dari sisi Sumber Daya Manusia juga perlu dilakukan oleh Bank Muamalat. Hal ini dikarenakan peran dari SDM dalam suatu perusahaan merupakan hal yang utama agar aspek keuangan dapat dikelola dengan baik dan nantinya akan memberikan pengembalian yang sesuai dan meningkatkan keberlangsungan suatu perusahaan. Beberapa permasalahan yang terjadi juga menyebabkan pengunduran diri pada beberapa posisi penting di Bank Muamalat pada tahun 2022 lalu.

Selain dari permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya inovasi dalam produk-produk yang dimiliki oleh Bank Muamalat menjadi penting. Hal ini dikarenakan produk pembiayaan yang diberikan pada pihak korporate menjadi masalah besar. Melihat besarnya sektor ritel di Indonesia Bank Muamalat dapat mengembangkan dan memfokuskan produknya pada sektor ini. Besarnya minat masyarakat di Indonesia akan Ibadah Haji dapat juga menjadi kesempatan besar bagi Bank Muamalat. Pesatnya persaingan perbankan saat ini membuat Bank Muamalat juga harus dapat mengimbangi kemajuan dari perbankan konvensional lainnya. Salah satu inovasi yang memiliki potensi besar saat ini adalah transaksi online. 

Adanya pandemi Covid-19 lalu menyebabkan meningkatnya transaksi online mulai dari transaksi sehari-hari sampai dengan pembukaan rekening yang bahkan dapat dilakukan melalui chanel online yang dimiliki perbankan. Maka dari itu, pengembangan infrastruktur pada chanel online seperti internet banking bagi perusahaan dan mobile banking bagi individu harus dilakukan secara massif oleh pihak Bank Muamalat agar tidak membuatnya tertinggal dari perbankan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun