Mohon tunggu...
Annis Naim
Annis Naim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Difafriends, Les Privat Jogja, Magister Pendidikan Luar Biasa UNY

Konsen Pendidikan Khusus dan Pendidikan Inklusi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pilih SLB atau Sekolah Inklusi?

17 Mei 2023   20:42 Diperbarui: 17 Mei 2023   20:49 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Adobe Express

Saat ini banyak bermunculan lembaga pendidikan atau sekolah bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia, baik sekolah khusus atau dikenal sebagai Sekolah Luar Biasa (SLB) maupun sekolah inklusi. Berbagai kekhususan yang terjadi pada anak yang mendorong banyaknya bermunculan sekolah-sekolah ini. Bagi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus terkadang mengalami dilema antara sekolah luar biasa atau sekolah inklusi. Berikut beberapa hal yang dapat dijadikan tambahan pengetahuan untuk orangtua sebelum memilih sekolah untuk anak.

Pertama berkaitan dengan tujuan adanya sekolah, SLB bertujuan memberikan layanan khusus kepada anak-anak berkebutuhan khusus secara terpisah dari anak-anak tanpa kebutuhan khusus. Fokus utama SLB yaitu pada pengajaran dan dukungan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu anak. Sedangkan sekolah inklusi bertujuan menyediakan Pendidikan yang inklusif bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, dengan menempatkannya dalam kelas regular bersama dengan anak-anak tanpa kebutuhan khusus. Fokus utama inklusi adalah pada pengajaran yang responsive, keberagaman, dan partisipasi aktif anak-anak dengan kebutuhan khusus dalam lingkungan Pendidikan umum.

Selain itu ada beberapa kelebihan dan kekurangan di SLB maupun sekolah inklusi. SLB berkonsentrasi pada lingkungan yang terfokus pada kebutuhan anak-anak dengan dukungan dan kurikulum yang disesuaikan. Hal ini memungkinkan pendekatan yang lebih spesifik dan intensif terhadap kebutuhan pendidikan mereka. 

Selain itu di SLB anak akan ditangani oleh ahli yang terlatih yaitu guru yang memiliki pelatihan khusus dalam mendidik anak berkebutuhan khusus. Sehingga mereka dapat memberikan pendekatan yang efektif dan responsif. 

Kemudian bagi anak berkebutuhan khusus, mereka akan mendapatkan dukungan sosial karena memiliki kesempatan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan sesama teman sebaya yang menghadapi tantangan serupa. Adanya SLB memang memberikan banyak penanganan dan pendidikan yang tepat bagi abk, namun ternyata masih ada stigma di masyarakat terkait SLB. Anak -- anak dengan kebutuhan khusus mendapatkan stigmatisasi dan isolasi sosial.

Sekolah inklusi mendorong kesetaraan dan penerimaan sosial dengan menyatukan anak-anak dengan kebutuhan khusus dan tanpa kebutuhan khusus dalam satu lingkungan. Hal ini membantu mengurangi stigma dan menciptakan pengalaman belajar yang inklusif bagi semua siswa. Anak-anak dengan kebutuhan khusus di sekolah inklusi memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan beragam teman sebaya. Hal ini mendukung perkembangan keterampilan sosial, persahabatan, dan pemahaman yang lebih baik tentang keragaman. 

Selain itu sekolah inklusi membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus untuk belajar dan berinteraksi dalam lingkungan yang mencerminkan kehidupan sehari-hari. Hal ini membantu mereka mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk hidup mandiri dan berpartisipasi dalam masyarakat yang inklusif. Meskipun begitu sekolah inklusi sering menghadapi tantangan dalam menyediakan sumber daya dan dukungan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan individua nak.

Perlu diperhatikan bahwa pendekatan Pendidikan dapat bervariasi tiap sekolah. Selain itu pemilihan sekolah harus dilihat kembali pada kebutuhan anak masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun