Mohon tunggu...
annisa zora
annisa zora Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Seorang pelajar yang suka dengan segala hal yang berhubungan dengan kesenian

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Cerita Pendek Pahlawan dalam Hidup "Pintu Harapan"

23 November 2023   20:01 Diperbarui: 23 November 2023   20:37 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Di sebuah desa kecil yang terletak di pedalaman, hidup seorang pria bernama Abyaz. Abyaz adalah seorang pemuda bersemangat dengan impian besar. Meskipun hidup dalam keterbatasan, sejak dulu Ia memiliki tekad kuat untuk membuat perubahan positif dalam kehidupan anak-anak di desanya. Abyaz tumbuh dalam keluarga yang sederhana. Ayahnya bekerja sebagai petani, sedangkan ibunya adalah penjahit. Meskipun keluarganya tidak mampu membiayainya dalam pendidikan yang tinggi, Abyaz selalu memandang pendidikan sebagai kunci untuk mengubah suatu nasib. Ia tumbuh dengan rasa syukur karena dukungan dan cinta yang diberikan kedua orang tuanya.

Suatu hari, ketika Abyaz sedang berjalan-jalan di desanya, ia melihat anak-anak yang sedang bermain di sekitar. Namun, pandangan Abyaz terpanah pada sekelompok anak yang tampaknya tidak ikut bermain. Mereka duduk di bawah pohon rindang, menyimak dengan penuh rasa penasaran saat anak-anak yang lain bermain dengan asyik di lapangan sekolah.

Abyaz mendekati mereka dan bertanya, "Kenapa kalian tidak ikut bermain?" Salah satu dari mereka, seorang gadis kecil dengan mata penuh semangat namun bercahaya, menjawab, "Kami tidak bisa ikut bermain, Kak. Kami tidak bisa masuk sekolah karena tidak punya uang."Mendengar jawaban itu, hati Adi terenyuh. Ia menyadari bahwa pendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa yang hanya dapat dinikmati oleh mereka yang mampu. Dari saat itu, Abyaz memiliki impian besar yaitu membuka sekolah gratis untuk anak-anak di desanya yang kurang mampu.

Abyaz tahu bahwa mewujudkan impian tersebut tidak akan mudah. Ia membutuhkan dukungan dan sumber daya yang memadai. Tanpa ragu, Adi mulai menyusun rencana dan membicarakannya dengan orang tua dan beberapa tetangganya yang juga peduli terhadap pendidikan anak-anak desa. Meskipun awalnya banyak warga yang ragu, Abyaz berhasil membangun dukungan dan timbul semangat bersama untuk mewujudkan impian tersebut. Bersama dengan warga desa yang berjiwa sosial, mereka membentuk sebuah kelompok sukarelawan untuk membantu membangun sekolah baru. Mereka menamai sekolah itu "Pintu Harapan."

Abyaz juga berusaha mencari dukungan dari pemerintah setempat dan berbagai lembaga amal. Ia menulis surat dan membuat proposal yang berisi visi dan misinya. Setelah berbagai usaha, akhirnya, Pintu Harapan mendapatkan izin untuk dibangun di sebuah lahan yang disediakan oleh pemerintah desa. Dengan semangat gotong royong, warga desa bersama-sama membangun gedung sekolah sederhana. Mereka menggunakan bahan-bahan yang dapat ditemukan di sekitar desa dan mengandalkan keterampilan tangan mereka sendiri. Meskipun mungkin tidak seindah sekolah-sekolah modern, Pintu Harapan menjadi simbol harapan bagi anak-anak yang sebelumnya tidak memiliki akses ke pendidikan.

Saat hari pembukaan tiba, warga desa berkumpul di depan Pintu Harapan dengan rasa bangga dan haru. Abyaz menyaksikan impiannya menjadi kenyataan, tetapi ia sadar bahwa perjalanan belum selesai. Ia ingin Pintu Harapan menjadi lebih dari sekadar tempat untuk belajar, tetapi juga menjadi tempat untuk membentuk karakter dan mewujudkan potensi anak-anak desa.

Abyaz menjadi kepala sekolah sukarelawan di Pintu Harapan. Ia mengajak para guru setempat yang bersedia berbagi pengetahuan dan keterampilan mereka dengan anak-anak di desa. Meskipun gaji mereka tidak sebanding dengan guru-guru di sekolah swasta, semangat mereka untuk memberikan pendidikan berkualitas membuat Pintu Harapan menjadi tempat yang istimewa. Selain pelajaran formal, Abyaz juga mengenalkan program-program ekstrakurikuler yang dapat membantu mengembangkan bakat dan minat anak-anak. Mereka belajar seni, musik, dan olahraga tanpa biaya tambahan. Abyaz meyakini bahwa pendidikan harus mencakup seluruh aspek kehidupan, bukan hanya akademis semata.

Dengan berjalannya waktu, Pintu Harapan semakin dikenal sebagai sekolah yang kreatif dan peduli. Anak-anak yang sebelumnya terpinggirkan merasa diterima dan dihargai di sekolah ini. Beberapa lulusan Pintu Harapan bahkan melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi, meraih beasiswa berkat prestasi yang mereka raih. Namun, perjalanan Pintu Harapan tidak selalu mulus. Mereka masih menghadapi keterbatasan dalam fasilitas dan dana. Abyaz terus berjuang untuk mencari bantuan dan donasi dari berbagai pihak. Ia mengorganisir kegiatan amal, mengajak masyarakat desa serta orang-orang dari luar desa untuk ikut serta dalam mendukung pendidikan anak-anak.

Salah satu keberhasilan besar Pintu Harapan adalah ketika sebuah yayasan pendidikan internasional mendengar tentang usahanya. Mereka menyediakan beasiswa untuk beberapa siswa berprestasi dari Pintu Harapan, memberikan mereka kesempatan untuk mengejar impian mereka di perguruan tinggi. 

Pintu Harapan terus berkembang menjadi pusat pendidikan yang memberikan harapan bagi anak-anak di desa tersebut. Abyaz merasa bangga melihat perubahan positif yang telah terjadi. Ia menyadari bahwa menjadi pahlawan dalam hidup bukanlah sebatas tentang kekuatan super atau ketenaran, melainkan tentang keberanian untuk bermimpi dan menjadi bermanfaat serta bertindak untuk kebaikan bersama dan bagi para murid sekolah Pintu Harapan, Abyaz adalah sosok pahlawan dalam hidup yang dapat membantu mereka untuk meraih cita-cita dan masa depan yang lebih cerah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun