Judul               : Keluarga Cemara
Penulis Naskah    : Yandy Laurens & Ginatri S. Noer
Sutradara          : Yandy Laurens
Pemeran           : 1. Adhisty Zara sebagai Euis
                     2. Widuri Puteri sebagai Ara
                     3. Ringgo Agus R. Sebagai Abah
                     4. Nirina Zubir sebagai Emak
Genre              : Drama Keluarga
Durasi              : 110 menit
Tahun Produksi    : 2018
Bagi penggemar drama keluarga yang menghangatkan hati, film Keluarga Cemara bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menambah koleksi tontonan Anda. Disutradarai oleh Yandy Laurens dan diadaptasi dari serial TV legendaris karya Arswendo Atmowiloto, film ini mengangkat kisah sederhana namun mendalam tentang perjuangan sebuah keluarga kecil yang tengah menghadapi krisis. Dalam film Keluarga Cemara, sutradara Yandy Laurens dan penulis naskah Ginatri S. Noer tidak hanya menyoroti kesulitan ekonomi yang dihadapi keluarga Abah dan Emak, tetapi juga menggali tema-tema seperti cinta keluarga, pengorbanan, dan nilai-nilai kehidupan yang lebih dalam. Â Dengan alur cerita yang ringan tapi penuh makna, film ini mampu mengajarkan banyak nilai kehidupan tanpa terasa menggurui. Ditambah lagi, akting para pemain yang natural, sinematografi yang indah, serta musik yang membuat suasana semakin emosional. Keluarga Cemara menjadi film yang cocok ditonton bersama keluarga atau saat anda butuh inspirasi untuk menghargai hal-hal kecil dalam hidup.
Sinopsis Film Keluarga Cemara
Keluarga Cemara menceritakan perjuangan Abah, Emak, dan kedua anak mereka, Euis dan Ara, yang kehilangan semua harta benda akibat terlilit utang. Awalnya mereka hidup berkecukupan di kota Jakarta, namun karena adanya konflik bisnis, yang membuat Abah ditipu oleh rekannya, hingga berdampak pada rumah dan aset mereka yang disita. Kondisi ini memaksa mereka pindah ke sebuah desa kecil di pinggiran Bogor, ke tempat  yang merupakan peninggalan ayah Abah dan telah di wariskan kepada Abah. Rumah itu merupakan tempat dimana Abah menghabiskan masa kecilnya.
Di desa tersebut, mereka harus memulai hidup dari nol dengan segala keterbatasan. Abah yang dulu sibuk bekerja di kota dan jarang mempunyai waktu untuk keluarga, Â kini bekerja sebagai tukang ojek, yang meskipun penghasilannya sederhana, justru membuatnya lebih sering berada di rumah bersama istri dan anak-anaknya. Emak, yang selama ini berperan sebagai penopang keluarga, harus beradaptasi dengan kehidupan yang jauh lebih sederhana. Ia menjadi ibu rumah tangga yang penuh kasih, menjaga semangat keluarga, dan mengajarkan Euis dan Ara untuk mensyukuri hal-hal kecil dalam hidup. Â Euis, sebagai anak sulung, kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru dan harus melepaskan gaya hidupnya sebagai anak kota. Sementara itu, Ara yang masih kecil dan polos mencoba menjalani hari-harinya dengan ceria, meski ia juga merasakan perubahan dalam hidupnya.
Ditengah kesulitan, keluarga ini sempat berpikir untuk kembali ke Jakarta dan menjual rumahnya karena kesulitan dalam beradaptasi. Akan tetapi, pada akhirnya mereka mengurungkan niat itu dan menyadari di rumah inilah mereka memahami tentang arti kasih sayang yang sebenarnya. Keluarga ini menyadari bahwa kebahagiaan sejatinya tidak terletak pada harta, melainkan terletak pada cinta, kebersamaan, dan dukungan satu sama lain. Kisah ini semakin menarik dengan hadirnya anak ketiga, yang membawa kebahagiaan dan harapan baru dalam keluarga tersebut, mengingatkan mereka bahwa meskipun hidup penuh cobaan, sebab cinta dan persatuan keluarga adalah yang terpenting.
Penokohan dalam Film Keluarga Cemara
Dalam Keluarga Cemara, setiap tokoh memiliki karakter yang unik dan saling melengkapi, yang membuat hubungan keluarga ini terasa sangat nyata.Â
Tokoh Abah digambarkan sebagai sosok kepala keluarga yang bertanggung jawab dan penuh pengorbanan. Meskipun dia harus bekerja keras sebagai tukang ojek untuk memenuhi kebutuhan keluarga setelah kehilangan segalanya, Abah selalu berusaha menjadi figur yang kuat bagi keluarganya. Namun, di balik ketegaran itu, Abah juga menunjukkan sisi lembutnya sebagai ayah yang peduli, meskipun terkadang terlalu sibuk bekerja hingga jarang punya waktu untuk anak-anaknya.
Adapun tokoh Emak, merupakan sosok ibu yang sangat penyabar dan penuh kasih sayang. Sebagai seorang ibu, Emak berusaha menjadi penopang emosional bagi keluarga, menjaga agar suasana rumah tetap hangat meski hidup mereka jauh dari kata mudah. Dia adalah sosok yang selalu bisa diandalkan, memberi rasa aman dan nyaman bagi anak-anaknya. Ketika Abah sibuk bekerja, Emak lah yang lebih banyak berinteraksi dengan Euis dan Ara, mengajari mereka tentang pentingnya kebersamaan dan menghargai hidup yang sederhana.
Selanjutnya tokoh Euis, anak sulung, digambarkan sebagai remaja yang keras kepala dan cenderung merasa frustrasi dengan perubahan drastis dalam hidupnya. Dia terbiasa hidup dalam kenyamanan kota Jakarta dan merasa kesulitan beradaptasi dengan kehidupan sederhana di desa. Namun, Euis juga memiliki sisi kuat, dan meskipun awalnya menolak, dia mulai menerima keadaan dan belajar untuk lebih menghargai keluarga dan kehidupan yang ada di sekitarnya. Karakter Euis menggambarkan proses pencarian jati diri dan belajar menerima kenyataan.
Terakhir, Ara, anak bungsu yang masih kecil, memiliki sifat ceria dan polos. Ara tidak sepenuhnya mengerti masalah yang menimpa keluarganya, tetapi dia menunjukkan kebahagiaan dengan cara yang sederhana. Meskipun sering kali ceroboh dan tidak terlalu paham situasi, Ara menjadi penyemangat bagi keluarganya dengan keceriaan dan kejujurannya yang mengingatkan mereka akan pentingnya menikmati hidup. Karakter Ara membawa nuansa ringan dan lucu, tetapi juga menunjukkan bagaimana anak-anak bisa menjadi sumber kebahagiaan dan kekuatan dalam keluarga.
Keempat karakter ini saling melengkapi satu sama lain, dan melalui dinamika hubungan mereka, film ini menunjukkan bagaimana tiap anggota keluarga, meskipun berbeda, memiliki peran penting dalam mengatasi kesulitan dan saling mendukung untuk bertahan dan berkembang bersama.
Keunggulan
Keunggulan film Keluarga Cemara terletak pada kemampuannya menggambarkan kisah yang penuh makna tentang kebersamaan keluarga, meski dalam situasi yang sederhana dan penuh tantangan. Terlepas dari situasi sulit atau bahagia, keluarga tetap menjadi tempat pulang yang paling berarti. Film ini berhasil mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dengan cara yang mudah dipahami dan menyentuh.
Salah satu adegan yang sangat menyentuh adalah saat Euis diberi kejutan ulang tahun oleh Abah di Rumah Sakit. Meskipun hanya diberi kue yang sederhana, momen itu penuh dengan kehangatan dan cinta, menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak selalu bergantung pada kemewahan. Selain itu, interaksi antara Abah dan Emak juga menjadi kekuatan utama film ini, seperti saat Abah yang sibuk bekerja akhirnya bisa lebih banyak meluangkan waktu bersama keluarga, memberi contoh bahwa kebersamaan adalah hal yang paling berharga. Film ini berhasil menyeimbangkan momen-momen emosional dan kebahagiaan keluarga yang sederhana, menjadikannya sangat menarik dan menginspirasi bagi siapapun yang menontonnya.
Kelemahan
Meskipun Keluarga Cemara memiliki banyak keunggulan, ada beberapa kelemahan yang bisa diperhatikan. Salah satunya adalah pengembangan karakter yang terasa kurang mendalam, terutama pada tokoh-tokoh pendukung seperti Ara. Karakternya yang ceria kadang terasa kurang digali lebih jauh, sehingga penonton mungkin merasa ada yang kurang dengan peran Ara dalam cerita. Selain itu, meskipun film ini penuh dengan momen emosional, alur ceritanya terasa agak lambat di beberapa bagian. Beberapa adegan yang fokus pada keseharian keluarga tanpa konflik besar bisa membuat cerita terasa berjalan pelan, yang mungkin membuat beberapa penonton merasa kurang tertarik di bagian-bagian tertentu. Begitu juga dengan kehadiran anak ketiga dalam keluarga, meskipun momen kelahirannya menambah kebahagiaan, peran anak ketiga ini terasa sedikit terabaikan dan tidak terlalu berpengaruh besar pada perkembangan cerita.
Kesimpulan
Dari film Keluarga Cemara, kita bisa mengambil pesan penting tentang arti kebersamaan dan keluarga. Meskipun hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana dan penuh dengan kesulitan, seperti yang dialami Abah, Emak, Euis dan Ara, mereka tetap saling mendukung dan berbagi cinta. Film ini mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada harta atau kemewahan, tetapi pada hubungan yang kuat dan saling menghargai satu sama lain. Selain itu, Keluarga Cemara juga mengingatkan kita bahwa dalam hidup yang sederhana, kita bisa menemukan kebahagiaan lewat hal-hal kecil, seperti kebersamaan, cinta, dan pengorbanan. Kekuatan keluarga dan persatuan adalah kunci untuk melewati setiap tantangan hidup. Film ini pun mengajarkan bahwa dalam keterbatasan, keluarga merupakan kekuatan terbesar yang membuat segalanya terasa cukup dan penuh makna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H