Mohon tunggu...
Annisa widad
Annisa widad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

KEMANA PERGINYA PERMAINAN TRADISIONAL ?

19 April 2015   19:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:54 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa kecil merupakan masa yang paling mengasyikan. Masa dimana sedang asyik bermain dengan teman sebaya memainkan berbagai macam permainan tradisional. Permaianan tradisonal lebih berperan pada mengembangakan kekuatan otot sehingga anak lebih cekatan. Betapa bahagianya anak ketika mereka bisa bermain permainan interaktif yang juga melatih perkembangan motorik meraka, ini adalah tugas seorang orang tua. Melatih perkembangan motorik anak perlu dilakukan sejak dini agar mereka kelak tumbuh menjadi anak yang cerdas, cekatan, lincah, sehat, dan memiliki daya pikir optimal. Karena anak yang sehat merupakan dambaan setiap orang tua manapun.

Tetapi seiring berjalannya waktu teknologi berkembang pesat, canggih, dan mudah untuk digunakan sehingga permainan tradisional yang dulunya sering dimainkan oleh anak-anak terlengser oleh permainan zaman sekarang. Anak-anak lebih senang bermain game online atau game digital ketimbang bermain di luar bersama temannya. Anak bisa berjam-jam berada di depan layar monitor untuk bermain game kesukannya. Akibatnya anak tidak memiliki kereatifitas, kesehatan anak pun perlu dipertanyakan karena belama-lama didepan layar monitor juga tidak baik bagi mata. Orang tua juga lebih senang anaknya bermain game digital karena menurut orang tua anak jadi sering dirumah dan tidak perlu khawatir anaknya akan bermain jauh dari rumah.

Sebenarnya sikap orang tua yang seperti itu sungguh disayangkan, mengapa demikian ? karena orang tua secara tidak langsung melatih mereka untuk bertindak konsumtif dan hedonis anak selalu merengek untuk minta dibelikan game yang terbaru. Mereka juga tidak dilatih untuk mengembangkan kreatifitas, tidak seperti anak zaman dahulu permainan masih bisa dilakukan mengunakan barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi, misalnya kertas yang sudah tidak dipakai bisa dibuat kapal-kapalan, pesawat-pesawatan, topi suster dan lain sebagainya. Dengan hanya menggunakan kertas yang sudah tidak dipakai mereka masih bisa bermain dengan temannya dengan rasa bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun