Madinah dikenal dengan nama Yatsrib. Nama ini diyakini berasal dari pendirinya, seorang keturunan Nabi Nuh. Sejak zaman dahulu hingga sekarang, Madinah tetap dikenal sebagai penghasil kurma terbaik, lebih unggul dibandingkan dengan daerah lain seperti Provinsi Qasim, Unaizah, dan Mesir.Penduduk awal kota Yatsrib terdiri dari tiga kabilah besar yang sering tidak akur; yaitu Amaliq, kelompok-kelompok kecil dari Yahudi, dan kabilah Qahthani dari Yaman yang dikenal sebagai Aus dan Khazraj.
Dahulu, kota yang kita kenal sebagaiHijrahnya Rasulullah ke kota ini membawa perubahan besar, termasuk perubahan nama dari Yatsrib menjadi Madinah atau Madinah An-Nabawiyyah (Kota Nabi). Peristiwa hijrahnya Rasulullah ke Madinah menjadi momen bersejarah yang diabadikan oleh umat Islam sebagai awal penanggalan Hijriyah.
Pasca hijrahnya Rasulullah, Madinah mengalami perkembangan yang pesat dalam perekonomian dan kehidupan sosial. Toleransi antar umat beragama di kota ini menjadi contoh teladan, sehingga banyak cendekiawan muslim menggunakan slogan "menuju generasi madani". Kemakmuran masyarakat Madinah pada saat itu membuat banyak orang merasa iri.
Namun, penting untuk diingat bahwa toleransi beragama di Madinah tetap memiliki batas dan aturan yang jelas. Rasulullah memberikan sanksi tegas terhadap pihak yang melanggar perjanjian, termasuk mengusir kabilah Yahudi yang berkhianat. Kisah pengusiran Bani Qainuqa', Bani Nadhir, dan Bani Quraishah adalah contoh nyata bahwa toleransi yang diajarkan Rasulullah tidak berarti tanpa batas.
Sejak hijrahnya Nabi hingga sekarang, Madinah dikenal sebagai kota pelajar. Ribuan mahasiswa dari seluruh dunia datang untuk belajar di universitas dan halaqah ilmiah yang tersebar di penjuru kota. Selain itu, Madinah juga menjadi pusat percetakan mushaf Al-Qur'an dan penyusunan perpustakaan digital. Penduduknya yang santun dan ramah menambah daya tarik kota ini.
Perbedaan karakter penduduk antara Madinah dan Mekkah juga terlihat dalam keseharian. Di Mekkah, bunyi klakson mobil sering terdengar meskipun dari kejauhan. Namun, di Madinah, pengemudi lebih memilih menginjak rem daripada membunyikan klakson. Logat berbicara penduduk Madinah pun lebih lembut dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Arab.
Madinah bukan hanya kota dengan sejarah panjang dan penting dalam Islam, tetapi juga kota yang terus berkembang sebagai pusat pendidikan dan percetakan Al-Qur'an. Toleransi yang diterapkan di kota ini diatur dengan jelas, menunjukkan bahwa kehidupan madani yang ideal adalah yang berpegang pada aturan dan keadilan.
Sumber Bacaan: Menjadi Muthawif Anda di Tanah Suci - Rafiq Jauhary
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H