Mohon tunggu...
Annisa Syafiqah
Annisa Syafiqah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim

Tertarik dengan Isu mengenai Lingkungan Hidup, Teknologi serta Fotografi dan Videografi. Love to discuss about random thoughts

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Fulan Fehan: Memahami Warisan Budaya dalam Konteks Pariwisata Berkelanjutan

13 Februari 2024   23:17 Diperbarui: 16 Februari 2024   21:41 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lembah Fulan Fehan, terletak di kaki Gunung Lakaan, memikat setiap pengunjung dengan keindahan alamnya yang luar biasa. Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi saksi bisu akan pesona lembah ini yang terletak sekitar 26 kilometer dari Atambua, ibu kota Kabupaten Belu. Fulan Fehan bukan hanya destinasi wisata biasa, melainkan perpaduan indah antara padang sabana yang luas, kuda yang berkeliaran dengan bebas, dan pohon kaktus yang subur. Dalam konteks pariwisata berkelanjutan, Fulan Fehan menawarkan lebih dari sekadar panorama alam yang menakjubkan.

Lembah ini menjadi contoh nyata bagaimana warisan budaya dapat dijaga dan dihargai melalui pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Warisan budaya tidak hanya mencakup benda-benda bersejarah, tetapi juga melibatkan nilai-nilai, tradisi, dan hubungan antara manusia dan lingkungannya. Fulan Fehan, dengan keberagaman ekosistemnya, mengajarkan kita pentingnya merawat dan memahami warisan budaya dalam konteks keberlanjutan.

Sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, Fulan Fehan menawarkan pengalaman yang jauh lebih dalam daripada sekadar melihat pemandangan alam yang indah. Peninggalan sejarah seperti Benteng Ranu Hitu di puncak Bukit Makes dan Gunung Lakaan yang menjulang tinggi menjadi bagian penting dari pesona lembah ini. Menelusuri jejak-jejak sejarah ini, wisatawan dapat merasakan kekayaan budaya yang diwariskan oleh generasi sebelumnya.

Salah satu aspek yang menarik dari Fulan Fehan adalah keberadaan kuda yang bebas berkeliaran. Kehadiran mereka tidak hanya menjadi daya tarik visual, tetapi juga menciptakan keseimbangan ekologis di lembah ini. Dalam konteks pariwisata berkelanjutan, penting untuk menjaga keseimbangan antara interaksi manusia dan lingkungan. Upaya pelestarian dan pemeliharaan habitat alam adalah langkah penting untuk memastikan bahwa keberlanjutan ekologi dan warisan budaya dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Bukit Batu Maudemu di Desa Maudemu dan peninggalan bersejarah di puncaknya adalah contoh lain dari kekayaan warisan budaya di sekitar Fulan Fehan. Desa dan kuburan-kuburan bangsa Melus di puncak bukit menjadi saksi bisu dari jejak perjalanan sejarah yang berharga. Melalui upaya pelestarian dan promosi, Fulan Fehan dapat menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat lokal dan wisatawan tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap batu dan reruntuhan.

Air Terjun Mauhalek (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Air Terjun Mauhalek (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Tidak jauh dari Fulan Fehan, terdapat Air Terjun Sihata Mauhale di antara Desa Aitoun dan Desa serta Air Terjun Lesu Til di Weluli, Ibu Kota Kecamatan Lamaknen. Kedua air terjun ini tidak hanya memberikan keindahan alam yang luar biasa tetapi juga menyiratkan keberlanjutan sumber daya alam. Pemanfaatan yang bijak terhadap sumber daya air ini merupakan contoh nyata bagaimana pariwisata berkelanjutan dapat memberdayakan masyarakat lokal sambil menjaga ekosistem.

Di ujung Timur lembah, Kikit Gewen menjadi situs bersejarah yang berupa kuburan tua yang sangat sakral. Kehadiran situs ini menunjukkan betapa pentingnya warisan budaya dalam kehidupan masyarakat setempat. Pariwisata berkelanjutan di Fulan Fehan harus memastikan bahwa situs-situs bersejarah seperti Kikit Gewen tetap terjaga, dihormati, dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Dalam konteks pariwisata berkelanjutan, keterlibatan komunitas lokal sangat penting. Masyarakat setempat memiliki pengetahuan mendalam tentang nilai-nilai budaya dan ekologis di sekitar Fulan Fehan. Melibatkan mereka dalam pengelolaan destinasi wisata ini bukan hanya sebagai penonton, tetapi juga sebagai pemangku kepentingan yang berperan aktif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan budaya.

Pariwisata berkelanjutan di Fulan Fehan dapat menjadi pendorong untuk pembangunan ekonomi lokal. Melalui pengembangan infrastruktur yang berkelanjutan, keterlib industri lokal, dan promosi yang tepat, Fulan Fehan dapat menjadi destinasi yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan.

Dengan merawat dan memahami warisan budaya dalam konteks pariwisata berkelanjutan, Fulan Fehan tidak hanya akan menjadi destinasi wisata yang menarik tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal. Melalui pendekatan holistik ini, kita dapat memastikan bahwa pesona alam dan warisan budaya Fulan Fehan akan tetap abadi untuk dinikmati oleh generasi-generasi mendatang.

@annisasyafiqahnd a draft #fulanfehan #trip #foryourpage #fyp  Glimpse of Us - Joji

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun