Mohon tunggu...
Annisa Shabrina
Annisa Shabrina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UINSU Kelompok KKN DR 64

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Mandi Pangir pada Etnis Jawa di Kecamatan Medan Amplas Kelurahan Sitirejo III

14 Agustus 2020   18:25 Diperbarui: 14 Agustus 2020   19:00 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"KAJIAN KEARIFAN LOKALTRADISI MANDI PANGIR PADA ETNIS JAWA DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS KELURAHAN SITI REJO III"
Annisa Shabrina (0309173134)
Pendidikan IPS, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, Indonesia
Email : nisashabrina88@gmail.com

Abstrak : Kebudayaan Mandi pangir adalah kegiatan mandi dengan cara tradisional dengan tidak menggunakan wewangian dari sabun mandi. Melainkan dari paket dedaunan dan rempah yang disebut pangir. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tradisi mandi pangir pada masyarakat Jawa di Kecamatan Medan Amplas Kelurahan Siti Rejo III. Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tradisi mandi pangir pada etnis jawa. Menggunakan pendekata kualitatif deskriptif. Penulisan ini didalamnya peneliti akan membahas salah satu kebudayaan atau tradisi dari Etnis Jawa perantauan yang sudah membaur disatu wilayah dengan beberapa etnis lainnya tetapi Etnis Jawa tersebut masih mempertahankan tradisi ataupun kebudayannya. Etnis Jawa yang berada di Kecamatan Medan Amplas masih mempertahankan tradisinya yaitu Tradisi Mandi Pangir. Tradisi yang dimaksud ini adalah tradisi untuk menyambut bulan ramadhan, yang merupakan tradisi mandi sebelum tanggal 1 ramadhan yang menggunakan air rebusan khusus, setelah sebelumnya dicampur dengan rempah-rempah yang khas. Tradisi mandi pangir ini kerap dilakukan oleh Etnis Jawa khususnya muslim yang berada di Kecamatan Medan Amplas.
Kata kunci : Kebudayaan, Tradisi, Etnisa Jawa, Mandi Pangir
Pendahuluan
Kebudayaan atau  tradisi  merupakan sesuatu hal yang sudah melekat dalam kehidupan manusia dari zaman dahulu. Kebudayaan adalah suatu carahidup yang berkembang dan dimiliki bersama-sama oleh sebuah kelompok orangyang diwariskan dari ke generasi ke generasi. Budaya tidak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang menganggapnya diwariskan secara genetis.
Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang. Tradisi yang telah membudayakan menjadi sumber berakhlak dan budi pekerti seseorang. Kebudayaan ataupun tradisi sangat penting dimiliki setiap orang, karena dengan kebudayaannya akan terlihat bagaimana seseorang itu akan bersikap dan bertingkah laku. (Ali Saminun. 2015)
Etnis Jawa dulunya tidak mengenal istilah nama mandi pangir tetapi mereka menyebutnya dengan istilah "padusan" yang mempunyai arti sama yaitumandi suci guna untuk membersihkan diri sebelum menyambut bulan Ramadhan. Kecamatan ini bukan hanya Etnis Jawa saja, melainkan ada beberapa suku yang memang sudah dari dulu tinggal di daerah tersebut.karena itulah tradisi-tradisi yang kental dari daerahnya sudah tidak melekat pada mereka. Seperti tradisimandi pangir tersebut, dulunya tradisi ini dinamakan Etnis Jawa sebagai istilah"padusan" tetapi karena sudah membaurnya beberapa Etnis di desa tersebut makanamanya bukan lagi "padusan" melainkan mandi pangir, tetapi memiliki masih memiliki makna yang sama. Etnis Jawa dulunya melakukan mandi tersebutdisebuah sungai yang dianggap mereka bisa menghanyutkan dosa tetapi karena di
Kecamatan Medan Amplas tidak terdapat sungai maka Etnis Jawa melakukannya di sumursecara bersama-sama. Tradisi "Padusan"ini dikenal dari bahasa jawa, yaitu dari Jawa Tengah yang kata dasarnya adalah "adus" yang berarti mandi. Padusan dalam ini bermakna proses aktivitas mandi. Dalam pengertian budaya, padusan merupakan tradisi masyarakat untuk membersihakan diri atau mandi besar dengan maksud mensucikan raga dan jiwa dalam rangka menyambut datangnya hari ataupun bulan istimewa, seperti Bulan Ramadhan. Tradisi ini diyakini telah diwariskan secara turun temurun dari para leluhur. Namun memang tidak ada aturan baku tentang bagaimana harus melakukan proses padusan. Biasanya tradisi ini dilkukan dengan berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air. Tradisi padusan ini memiliki makna pembersihan jiwa dan raga sehingga bersih secara lahir batin.
Pada ritual tradisi tersebut Etnis Jawa juga menggunakan beberapa bahan-bahan yang akan dipakai dalam proses mandi pangir. Bahan-bahan yang digunakan untuk mandipangir tersebut tentu mempunyai berbagai makna atau arti, dan dari setiap bahan mandi pangir itu adalah simbol dari harapan dan doa bagi Etnis Jawa. Tradisi Mandi Pangir yang dilakukan Etnis Jawa di Kecamatan Medan Amplas tersebut tidak sembarang orang yang melakukannya.
Landasan Teori
1.Tradisi
Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama. Dalam Kamus Bahasa Indonesia tradisi adalah adat kebiasaan  turuntemurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Jadi tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat dan akan diwariskan secara turun-temurun. Tradisi merupakan roh dari sebuah kebudayaan. Tanpa tradisi tidak mungkin suatu kebudayaan akan hidup dan langgeng. Dengan tradisi hubungan antara individu dengan masyarakatnya bisa harmonis. Dengan tradisi sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Jika tradisi dihilangkan maka ada harapan suatu kebudayaan akan berakhir pada saat itu juga. Setiap suatu tindakan atau perbuatan menjadi tradisi biasanya jika telah teruji tingkat efektivitas dan efisiensinya. Tentu saja telah teruji oleh berbagai kalangan dan waktu.(Fajri Arman. Vol 02 : 2015)
2.Kebudayaan
Ki Hajar Dewantara (2013 : 23) mengemukakan bahwa kata "kutur" aau "Kebudayaan" berarti buah dari keadaan manusia. Oelh karena itu adab sifatnya keluhuran budi, maka buah-buah dari keluhuran budi itu lalu dinamakan budaya. Kebudayaan merupakan hal yang komplek dan mencakup keseluruhan cara hidup manusia, warisan social deangan cara berpikir merasakan, berkeyakinan, dan berprilaku. (Maudia. 2018 : 37)
  Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaanperasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dipunyai oleh setiap manusia (Geertz, 1973).  
3.Etnis
Etnis merupakan sistem penggolongan manusia yang didasarkan pada kepercayaan yang dianut, nilai di masyarakat, kebiasaan, adat istiadat yang dijalankan, norma bahasa, sejarah manusia, wilayah geografis serta hubungan kekerabatan yang dimiliki. Dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa istilah etnis atau etnik memiliki makna sebagai suatu kelompok sosial masyarakat yang berada dalam sebuah sistem sosial atau sistem kebudayaan. Kelompok sosial ini memiliki arti dan kedudukan tertentu yang didasarkan pada faktor keturunan, adat istiadat, agama dan kepercayaan, sistem bahasa dan sebagainya. Selain itu, Frederich Barth mengartikan istilah etnis sebagai suatu kelompok manusia tertentu yang bersama karena memiliki kesamaan dalam hal ras, agama dan kepercayaan, asal-usul serta kombinasi dari kategori-kategori tersebut yang terikat pada sistem nilai budayanya sendiri. Etnisitas menajdi aspek yang penting dalam hubungan poitik, pada dasarnya term ini muncul karena menyangkut gagasan tentang perbedaan, dikotonomi dan mereka dan perbedaan atas klaim terhadap dasar, asal usul, dan karakteristik budaya. Etnisitas adalah hasil dari proses hubungan bukan karena orang luar dan dalam negeri., idak ada yang namanya etnisits.( Abed Abdullah. 2002 : 15)
4.Masyarakat/Etnis Jawa
Yang dimaksud masayarakat jawa atau Wong jowo yaitu masyarakat atau orang-orang yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang-orang yang menjunjung tinggi sifat-sifa luhur dan kebudayaan (termasuk sebagai seni, sastra dan keprcayaan) yang dimiliki dan dijunjung tinggi oleh masyarakat jawa. Apabila masyarakat atau orang jawa dalam artian pertama lebih bersifat pendukung (maka dari itu mungkin pula terdiri dari orang-orang brlanda, cina, amerika, auntrralia dan sebagainya). Maka dalam artian kedua kedua lebih bersifa georafikal atau antropologikal yang hanya menyangkut daerah tertentu atau suku bangsa tertentu, orang jawa sendiri yang idak atau belum mempunyai sifat-sifat luhur dan tidak atau belum menjunjung inggi kebudayaan jawa sering digunakan istilah-istilah during jawa, ora jawa, dudu jawa, dan lain-lain. (Soetrisno. 2013. Hal 31)
5.Mandi Pangir (Marpangir)
Mandi pangir adalah kegitan mandi dengan cara tradisional dengan tidak menggunakan wewangian dari sabun mandi atau cair. Melainkan dari paket dedaunan dan rempah yang disebut pangir. Paket pangir terdiri dari daun pandan, daun serai, daun limau, akar wangi, dan bungapinang, dan lain sebagainya. Jika sedang mudah ditemukan terkadang ada juga yang menambahkannya dengan akar kautsar dan embelu.
Marpangir berasal dari kata "'Pangir"' di tambah kata kerja "'Mar'" dalam bahasa indonesia "'Mar'" sama dengan '"Ber'" sedangkan '"Pangir'" dalam bahasa Indonesia adalah '"Ramuan'". Ramuannya sendiri terdiri terdiri dari Daun pandan,Bunga kenanga,Akar wangi dan Ampas kelapa yang dikeringkan terlebih dahulu kemudian di rebus,maka ramuanpun siap di pakai untuk Marpangir.Marpangir biasa dilakukan sendiri di rumah,tempat pemandian umum atau ramai-ramai marpangir di tempat-tempat wisata air.Tradisi mandi pangir atau yang biasa disebut marpangir merupakan tradisi mandi sebelum tanggal 1nramadhan, yang menggunkana air rebusan khusus setelah sebelumya dicapur dengan rempah-rempah.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, hal in diarahkan kepada usaha peneliti untuk mendeskripsikan secara luas, mendalam, alamiah dan orisinil. Dan penyajian data dalam bentuk kalimat atau nasrasi bukan angka. Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan menggunakan metode ilmiah untuk mengungkapkan suatu fenomena dengan cara mendeskripsikan data dan fakta melalui kata-kata secara menyeluruh terhadap subjek penelitan. (Mulyana. 2008:151). Penelitian ini dilaksanakan di daerah sekitaran Kecamaan Medan Amplas Keluarahan Siti Rejo III, pemilihan lokasi ini berdasarkan asumsi penelitibahwa pada daerah ini terdapat kearifan local yaitu tradisi mandi pangir.  Waktu penelitian antara sekitar 2 minggu. Dalam proses menentukan subjek penelitian, maka peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel. Subjek penelitian ini adalah masyarakat yang berada di lingkungan Kelurahan Sitirjo III Kecamaan Medan Amplas.
Hasil dan Pembahasan
 
Tradisi mandi  diketahui adalah leburan tradisi umat hindu sebelum masuk islam ke Indonesia. Terutama masyarakat Hindu Kuno di Sumatera Utara. Setelah islam masuk awalanya marpangir hanya dilakukan oleh masyarakat batak muslim Suku Mandailing Natal di rumah masing-masing atau beramai-ramai ketempat pemnadian dengan aliran sungai. Hingga akhirnya masyarakat kota medan yang rutin  melakukan tradisi ini. Tradisi marpangir dipercaya untuk menghapus dosa. Meski begitu seiring berjalannya ajaran islam, marpangir dilakukan lebih kepada antusiasisme masyarakat menyambut bulan suci ramadhan. Tradisi ini juga merupakan sunnah agar tubuh kembali bersih dan suci karena dengan mandi pangir tersebut dapat menghilangkan hadas besar dan menghanyutkan dosa-dosa.
Dengan membuat badan menjadi lebih wangi dan bersih, dipercaya akan memperlancar pelaksanaan ibadah puasa terutama saa melaksanakan shalat tarawih. Karena wewangian memberikan rasa nyaman dan sejuk.  Mandi pangir juga dipercaya masyarakat jawa yang ada di kelurahan siti rejo III bermanfaat  dan alami ketimbang mandi pakai sabun wangu kimiawi jelang bulan suci. Sehingga membut percaya diri saat menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Masyarakat jawa didaerah ini juga percaya, ini wujud peduli menjaga dan meneruskan warisan budaya selama tidak berentangan dengan ajaran agama karena zaman erus berunah, tapi jangan sampai krisis budaya karena bangsa ini lahir dari tradisi yang dilakukan nenek moyang secara turun temurun yang harus diakui saat ini banyak yang hilang akibat arus globalisasi, pengaruh budaya asing dam penyebaran agama.
Di Kelurahan Siti Rjo III saya mewawancarai seorang informan, beliau mengatakan bahwa tradisi mandi pangir masih sering dilakukan sebelum menuju bulan Ramadhan. Prosesi Biasanya dulu kami melakukan mandi ini dengan pergi kesungai dan sumur dengan beramai-ramai mandi dengan air yang sudah kami racik. Cara membuatnya cukup mudah, dengan merebus bahan-bahan seperti rempah-rempah, pandan pangir dan lainnya. Kemudian air tersebut digunakan untuk mandi dan untuk menyucikan diri sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Tetapi seiring dengan berkembangnya zaman dan majunya zaman, kami tidak lagi melakukannya disungaai dan sumur, melainkan kami hanya melakukan dirumah masing-masing. Karena sumur tersebut juga tidak lagi terpakai, dan sudah menjadi kegiatan yang lain yang dilakukan masyarakat jawa di daerah kelurahan Sitirejo III.
Mandi Pangir bagi masyarakat yang ada di kelurahan Siti Rejo III mempunyai makna yang mendalam yakni bersuci sehari sebelum Ramadhan. Biasanya dilakukan ketika petang sebelum Ramadhan berlangsung. Tua-muda turun ke sungai dan mandi bersama.Mandi Pangir artinya membasuh diri dengan ramuan rebusan bahan alami seperti, daun pandan dan bunga bungaan yang membuat wangi tubuh. Tradisi ini berlangsung sejak turun menurun di kalangan Masyarakat Kota Medan. Tradisi dilakukan hampir di seluruh kabupaten/kota yang ada, dengan nama berbeda satu sama lain. Contohnya saja Mandi Pangir lebih dikenal oleh masyarakat Kabupaten pelalawan Di Pekanbaru, tradisi ini dinamakan Belimau Manis.
Kebanyakan orang  kegiatan Mandi Pangir ini merupakan ritual wajib yang harus dilakukan. Selain mandi di sungai dengan Ramuan yang dianggap sebagai penyucian fisik, ajang ini juga dijadikan sarana untuk memperkuat rasa persaudaraan sesama muslim dengan saling mengunjungi dan meminta maaf. Namun sanagat disayangkan pada saat ini,  tradisi ini semakin menyalahi, dulu ada batasan antara lelaki dan perempuan. Sekarang semua bercampur baur. Tidak lagi menunjukkan mensucikan diri yang sebenarnya,  Mandi Pengir adalah sebuah upacara tradisional yang istimewa bagi masyarakat Di kelurahan Siti Rejo III untuk menyambut bulan suci Ramadan. Acara ini biasanya dilaksanakan sehari menjelang masuknya bulan puasa. Upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa, juga merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri. Mandi Pangir sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang dicampur Ramuan yang oleh masyarakat setempat disebut Pangir.  
Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penelitian yang berjudul Tradisi Mandi Pangir pada Etnis Jawa di Kecamatan Medan Amplas Kelurahan Sitirejo III adalah sebagai berikut:
1.Etnis jawa masih mempertahankan tradisi mandi pangir karena itu sudah menjadi tradisi dari dulu hingga sekarang, dan bagi etnis jawa juga mandi pangir sebelum puasa itu di sunnah kan agar tubuh kembali bersih dan suci karena dengan mandi pangir tersebut dapat menghilangkan hadas besar dan menghanyutkan dosa-dosa.
2.Tradisi mandi pangir ini mengandung banyak nilai sakral, meskipun mereka melakukannya tidak dengan sesajen ataupun  sebagainya. Tetapi terlihat memang mereka sangat mempercayai tempat yang sudah dianngap tua dan keramat untuk memohon doa-doa yang akan mereka panjatkan. Tempat itu juga sekarang tidak sembarang ditempati untuk kegiatan apapun, padahal dulunya sumur ini adalah sumur untuk mengambil air bersih setiap orang tetapi beralih untuk kegiatan khusus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun