Mohon tunggu...
Annisa SuciSukmawati
Annisa SuciSukmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Istilah Childfree Melejit, Apakah Hanya Pop Culture atau Sebuah Pilihan Hidup?

6 Januari 2023   12:22 Diperbarui: 6 Januari 2023   12:55 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isu childfree membawa dampak yang signifikan di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) di Indonesia terus menurun. Pada 2021, TFR Indonesia sebesar 2,2 namun pada 2022, TFR Indonesia tercatat sebesar 2,1. Indonesia diprediksi akan alami resesi ditahun-tahun berikutnya.

Di Indonesia, mayoritas beranggapan bahwa menikah bertujuan untuk memiliki anak, perempuan dituntut untuk segera mempunyai momongan untuk mendapatkan predikat "bahagia". Pada faktanya, memilih untuk childfree tidak terbatas pada gender, namun seringkali orang menganggap bahwa hal tersebut merupakan masalah perempuan. Sehingga banyak dari mereka yang mulai vokal dalam menyampaikan opininya mengenai stigma negatif dari childfree.

Ramainya isu tersebut memunculkan komunitas baru, contohnya adalah akun Instagram @childfreelife.id. Pada bio Instagramnya tertulis, "Pusat informasi & berkumpul bagi orang-orang yang memutuskan untuk tidak memiliki anak". Akun tersebut memiliki 2.499 pengikut, menandakan bahwa sudah banyak orang yang mengikuti komunitas serupa karena merasa relate dengan konten yang disediakan. Berkat maraknya kelompok masyarakat yang membagikan opini persuasif tentang childfree, tak sedikit orang yang pada akhirnya memilih untuk tidak menikah. Keputusan tersebut juga berdampak pada kemungkinan meningkatnya jumlah free sex. Pemahaman yang semakin liberal menjadikan pola pikir masyarakat semakin bebas.

Pembahasan mengenai childfree bukanlah sebuah "tren" baru dikalangan masyarakat negara Barat. Namun, sebuah hal yang baru melejit di Indonesia saat istilah tersebut menjadi trending topic di berbagai media sosial. Walaupun hingga saat ini masih menjadi minoritas, banyak komunitas childfree yang lahir di Indonesia. Pengambilan keputusan mengenai childfree tentu memerlukan banyak pertimbangan dan proses panjang agar seseorang dapat menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi, baik dalam dirinya, keluarga, maupun lingkungan. Tak sedikit orang yang menganggap "penganut" childfree adalah orang yang egois dan merasa Fear of Missing Out (FOMO). Apakah childfree merupakan pilihan hidup atau hanya sebuah budaya populer?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun