Doktrin radikalisme masih menjadi ancaman nyata bagi masyarakat Indonesia saat ini. Berbagai aksi teror yang kita saksikan belakangan ini menunjukan bahwa doktrin radikalisme berhasil merasuk ke pikiran generasi bangsa ini. Jika tidak dilakukan pencegahan sedini mungkin, bukan hal yang mustahil ancaman radikalisme tersebut semakin membesar dan menguasasi negeri ini.
Untuk mencegah meluasnya doktrin radikalisme tersebut, dibutuhkan semangat ekstra dari berbagai kalangan untuk mensosialisaikan pentingnya membangun kultur moderat, terutama kepada anak-anak muda. Karena diusia yang masih "labil", anak muda sangat rentan dengan doktrin radikalisme menguasai dirinya.
Karena itu, sebagai pemerhati keislaman di Indonesia, saya mengapresiasi tokoh masyarakat Kota Palembang, H. Mularis Djahri yang dalam berbagai kesempatan selalu mewanti-wanti kepada warga Kota Palembang, khususnya kaum muda untuk membangun kultur moderat.
Bagi saya, itu adalah langkah konkrit dari seorang tokoh yang menginginkan masa depan bangsa ini diisi oleh orang-orang yang memiliki pikiran moderat. Sehingga kerukunan dan perdamaian dapat terus terjaga. Saya sepakat dengan beliau, bahwa berpikiran moderat adalah kunci dari kerukunan dan perdamaian. Karena pemikiran ekstrim atau intoleran hanya akan memecah belah bangsa. Kalau umatnya terpecah belah, kerukunan serta perdamaian tidak mungkin kita dapatkan.
Segala uraian Mularis Djahri dalam acara "Temu Warga Bersama Mularis-Lury" yang digelar di Warung Ayam Bakar Mas Kumis, di Kawasan Komplek OPI, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang, (15/7), patut kita perhatikan. Pasalnya, apa yang disampaikan beliau bahwa saat ini dunia sedang dilanda wabah menakutkan dan amat berbahaya nyata dihadapan mata.
Sebuah gerakan baik yang teorganisir maupun individu yang berujung pada kerusakan, kematian dan kehancuran, yang seringkali mengatasnamakan perintah tuhan menyebar diseluruh peloksok tanah air Indonesia. Teologi teror telah terjadi di banyak lokasi. Berbagai bentuk teror tersebut jelas menakutkan dan berbahaya bagi keutuhan dunia, serta mengacaukan ketertiban dan kedamaian hidup manusia.
Kemudian, kita pantas berbangga diri karena memiliki tokoh lain di Kota Palembang yang juga suka mengelu-elukan soal pentingnya masyrakat untuk sama-sama mengamalkan agama secara benar agar tidak terjerumus ke dalam aktivitas yang berbahaya, baik membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Â Ia adalah Lury Lury Alex Noerdin, baginya menempatkan etika atau akhlak adalah hal utama dalam kehidupan. Karena memang yang diperintahkan agama kaitannya dengan hidup bermasyarakat adalah menjaga akhlak yang mulya.
Sebagai generasi muda, kita patut waspada dengan ancaman narkoba dan kegiatan ekstrimisme yang meneror seperti yang disampaikan oleh Lury. Bahwa baik narkoba maupun terorisme amatlah berbahaya, keduanya sangat bisa menghancurkan bangsa.
Bagi Lury agama jangan diperlakukan laksana monumen yang beku, kaku, dingin dan mencekam tetapi harus disikapi dengan iman yang aktif dan dinamis. Karena dalam hidup bermasyarakat kita bertemu, bergaul dan berbaur dengan berbagai macam orang. Dimana setiap orang memiliki pandangan dan kepentingan masing-masing. Jika tidak disikapi dengan baik maka akan timbul benturan kepentingan yang menyebabkan perselisihan dan kericuhan. Dalam menyikapi perbedaan itulah penting bagi kita mencari jalan tengah dan menghindari perilaku atau sikap yang ekstrem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H