Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie, yang dikenal sebagai BJ Habibie, lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Habibie pernah menjabat sebagai Presiden ke-3 selama sekitar 1 tahun 5 bulan. Masa jabatannya dimulai pada 21 Mei 1998 dan berakhir pada 20 Oktober 1999. Sebelum itu BJ Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia selama 2 bulan, dari 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998, sebelum kemudian menjadi Presiden ke-3 Indonesia.
B.J. Habibie memiliki gaya kepemimpinan demokratis. Gaya kepemimpinan demokratis B.J. Habibie sangat terlihat selama transisi Indonesia dari Orde Baru ke era Reformasi. Selama masa jabatannya, Habibie aktif mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, membuka akses untuk kebebasan berpendapat dan pers yang sebelumnya dibatasi. Dengan memberi ruang bagi rakyat untuk terlibat dalam politik, Habibie memastikan suara masyarakat didengar dan dipertimbangkan dalam kebijakan pemerintahan.
Habibie juga memainkan peran penting dalam reformasi politik dengan memperkenalkan sistem pemilihan umum multipartai yang lebih bebas dan adil. Ia mendukung pembentukan partai-partai politik baru dan memperluas pilihan bagi pemilih, yang menunjukkan komitmennya untuk membangun sistem politik yang lebih inklusif dan representatif.
Dalam pemerintahan, Habibie menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas. Ia meyakini bahwa pemerintahan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik dan menjalankan kebijakan dengan keterbukaan. Melalui reformasi yang mendukung pengawasan publik, Habibie berusaha mengurangi korupsi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintah. Selain itu, Habibie berkomitmen pada perlindungan hak asasi manusia dan pluralisme. Ia menciptakan iklim yang mendukung keberagaman pendapat dan hak individu, serta mendorong rekonsiliasi sosial. Dengan menghargai pluralitas dan memberi ruang bagi berbagai suara, Habibie memfasilitasi transisi Indonesia menuju sistem demokrasi yang lebih matang dan inklusif.
Selanjutnya gaya kepemimpinan yang tercermin dari Pak B.J Habibie yaitu gaya kepemimpinan transformational. Gaya kepemimpinan transformational BJ Habibie ditandai oleh visinya yang kuat dan menginspirasi, serta kemampuannya untuk memotivasi orang lain. Selama masa jabatannya, Habibie berfokus pada inovasi dan pembaharuan, memimpin perubahan signifikan dalam sektor teknologi dan industri. Ia dikenal karena kemampuannya untuk memberi contoh melalui dedikasinya terhadap kemajuan, serta dorongannya untuk mendorong ide-ide baru. Habibie menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kreativitas dan pertumbuhan, yang berkontribusi pada transformasi berbagai sektor di Indonesia.
Selain itu, kepemimpinan Habibie tidak hanya berorientasi pada hasil jangka pendek, tetapi juga pada perubahan positif yang berkelanjutan. Ia berupaya menciptakan dampak jangka panjang yang meningkatkan kapasitas dan kualitas bangsa secara keseluruhan. Dengan pendekatan yang berfokus pada transformasi dan pemberdayaan, Habibie berhasil mendorong kemajuan signifikan dalam pemerintahan dan industri Indonesia, menjadikannya sebagai pemimpin yang berpengaruh dalam era modernisasi dan reformasi negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H