Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (lahir pada tanggal 3 Maret 1811 – meninggal pada tahun 1881) adalah Adipati keempat Mangkunegaran yang memerintah dari tahun 1853 sampai 1881.
Mangkunegara IV lahir pada 3 Maret 1811 dengan nama Raden Mas Sudira. Mangkunegara IV adalah anak ketujuh dari Kanjeng Pangeran Harya Hadiwijaya I dan Bandara Raden Ajeng Sekeli yang merupakan anak dari Mangkunegara II.Â
Mangkunegara IV dikenal sebagai pemimpin yang berkepribadian kuat, cakap dalam memerintah, dan memiliki jiwa seni. Selama 28 tahun kepemimpinannya, ia telah mendorong kemajuan di bidang-bidang pemerintahan, ekonomi, sosial, dan budaya di wilayahnya.
Di bidang pemerintahan, Mangkunegara IV mendirikan lembaga selain Kasentanaan dan Legiun yang dikenal sebagai Kawedanan yang dipimpin oleh seorang wedana.[2] Selain itu, wilayah kekuasaan Mangkunegaran juga meluas hingga ke Sragen.
Mangkunegara IV juga memprakarsai berdirinya Stasiun Solo Balapan sebagai bagian pembangunan jalur rel kereta api Solo – Semarang, kanalisasi kota, serta penataan ruang kota.
Pada masa pemerintahannya, pihak istana Mangkunegaran menulis kurang lebih 42 buku, di antaranya Serat Wedhatama, dan beberapa komposisi gamelan. Salah satu karya komposisinya yang terkenal adalah Ketawang Puspawarna, yang turut dikirim ke luar angkasa melalui Piringan Emas Voyager di dalam pesawat antariksa nirawak Voyager I tahun 1977. Atas jasa kepujanggaannya, khususnya dalam penulisan Serat Wedhatama, MN IV mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari Pemerintah RI melalui Keppres RI nr. 33/TK/Tahun 2010 secara anumerta yang diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada perwakilan kerabatnya pada tanggal 3 November 2010. MN IV juga sempat menerjemahkan salah satu karya sastra Sunda Klasik berupa Wawacan yang berjudul Wawacan Panji Wulung karya Raden Haji Muhamad Musa yang ditulis tahun 1862 dari bahasa Sunda ke bahasa Jawa yang kemudian diterbitkan oleh Landsdrukkerij dalam bentuk buku pada tahun 1931.
Mangkunegara IV juga menciptkan Serat Darmalaksita atau Darmawasista yang berisi tentang ajaran bahwa derajat wanita setara dengan derajat pria, khususnya dalam meraih pendidikan, karir dan meraih cita-cita sesuai dengan impiannya.
Mangkunegara IV wafat tahun 1881 dan dikebumikan di Astana Girilayu. Dapat dikatakan bahwa pada masa pemerintahannya, Mangkunagaran berada pada puncak kebesarannya.Â