Mohon tunggu...
Annisa Rizkyta
Annisa Rizkyta Mohon Tunggu... Lainnya - Hubungan Internasional, Universitas Jember

Education, Politics, Socio-cultural, Public Diplomacy, Life style.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bridging Borders: Bagaimana People-to-People Diplomacy Menumbuhkan Minat Masyarakat Vietnam terhadap Bahasa dan Budaya Indonesia

13 Mei 2023   09:07 Diperbarui: 13 Mei 2023   09:25 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Delegasi OYTW 2022 bersama Mahasiswa USSH (Vietnam)

Tahun lalu, saya diberi kesempatan untuk menginjakkan kaki di luar negeri. Akan tetapi, saya tidak pernah membayangkan bahwa Vietnam akan menjadi negara pertama yang saya kunjungi. Melalui program "Outstanding Youth for the World (OYTW) 2022" yang digagas oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, saya bisa merasakan berada di negeri orang dan sebanyak mungkin berinteraksi dengan warganya dalam rangka menjalankan people-to-people diplomacy. Hal ini sangat sejalan dengan apa yang saya pelajari di bangku kuliah, yakni di Jurusan Hubungan Internasional.

People-to-people diplomacy sendiri merupakan bentuk diplomasi publik yang bertujuan untuk membangun dan memperkuat hubungan antara individu dan komunitas dari berbagai negara. Diplomasi ini melibatkan interaksi dan komunikasi langsung antara orang-orang dari negara yang berbeda untuk mempromosikan sikap saling pengertian, kerja sama, dan pertukaran budaya. Outstanding Youth for the World 2022 merupakan salah satu program yang memberikan kesempatan bagi delegasinya untuk belajar tentang budaya satu sama lain, berbagi pengalaman, dan membangun hubungan berdasarkan rasa saling menghormati dan memahami.

Ho Chi Minh City (HCMC) merupakan destinasi yang dipilih oleh penyelenggara OYTW tahun lalu untuk mengimplementasikan people-to-people diplomacy. Dalam kesempatan tersebut, Kemenlu RI berkolaborasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di HCMC. HCMC sendiri adalah kota terbesar dan menjadi pusat bisnis, budaya, serta pendidikan di Vietnam. Kota ini menjadi rumah bagi bisnis domestik maupun internasional, termasuk sejumlah perusahaan multinasional.

HCMC juga menjadi pusat transportasi utama yang menghubungkan Vietnam ke seluruh dunia. Di sisi lain, kota yang masih sering disebut "Saigon" ini menjadi landmark budaya dan sejarah bagi Vietnam yang bisa dilihat dari museum, kuil, dan arsitektur kolonial yang masih berdiri kokoh. Selain itu, kota ini juga menaungi banyak institusi pendidikan bergengsi yang mampu menarik minat pelajar dari berbagai kota dan negara.

Di tengah hiruk-pikuk Ho Chi Minh City, saya dan peserta lain yang notabenenya mahasiswa dipertemukan dengan pemuda Vietnam di salah satu perguruan tinggi nasional di sana, yakni University of Social Sciences & Humanities (USSH). Saat melakukan kunjungan, seorang pembawa acara dengan kebaya oranye menarik perhatian saya karena ia mampu memandu acara dengan menggunakan bahasa Indonesia meskipun kental dengan aksen Vietnamnya. Namanya Thai Viet Bao Ngan, mahasiswi Jurusan Studi Indonesia di USSH. Ketika bertemu dengan orang Indonesia, ia lebih senang memperkenalkan dirinya sebagai Paramita, nama yang diberikan oleh dosennya dulu yang berasal dari Indonesia.

Ketika saya bertanya mengapa ia mau belajar Bahasa Indonesia, Paramita mengatakan bahwa dirinya tertarik dengan keindahan alam Indonesia, khususnya di Pulau Bali. Setelah berbincang dengan teman-teman Indonesianya, ia semakin tertarik untuk belajar bahasa dan budaya Indonesia. Selama kuliah, ia fokus mempelajari itu tidak hanya di kelas, tapi juga melalui internet seperti menonton video YouTube dan mendengarkan podcast berbahasa Indonesia. Ia juga mengikuti beberapa lomba yang berhubungan dengan Indonesia untuk meningkatkan wawasannya.

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Konsul Jenderal RI di Ho Chi Minh City, Bapak Agustaviano Sofjan, terdapat sekitar 600 warga Indonesia yang tinggal di wilayah ini. Oleh karena itu, hubungan antara Vietnam dan Indonesia diharapkan dapat terjalin dengan lebih baik. Paramita bahkan menyampaikan bahwa ia ingin lebih banyak orang Vietnam yang tahu tentang budaya Indonesia dan sebaliknya. Berkaitan dengan hal ini, KJRI maupun Pemerintah Vietnam sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya dalam mewujudkan kerja sama dan pertukaran budaya antar dua negara.

Interaksi antara Diaspora Indonesia, Delegasi OYTW, dan Mahasiswa Vietnam
Interaksi antara Diaspora Indonesia, Delegasi OYTW, dan Mahasiswa Vietnam

Melalui media sosial pribadinya, Konjen RI di Ho Chi Minh City sering mengunggah banyak kegiatan yang memperlihatkan hubungan erat antara Indonesia dan Vietnam di HCMC, antara lain: menghadiri dan mengadakan festival budaya (kuliner, seni tari, pakaian tradisional, dan lain-lain); mendukung kolaborasi business-to-business (B2B) antara Indonesia dan Vietnam; memfasilitasi kerja sama antara perguruan tinggi di Indonesia dan Vietnam; dan menjembatani hubungan people-to-people dengan merangkul masyarakat Indonesia yang berkunjung ke Ho Chi Minh City dengan agendanya masing-masing.

Sampai saat ini, memang belum ada tolak ukur yang baku bagi keberhasilan diplomasi publik suatu negara. Meskipun begitu, opini publik adalah salah satu aspek yang bisa diperhitungkan. Melalui apa yang saya lihat, alami, dan rasakan saat berkunjung ke Vietnam, saya mendapati bahwa Indonesia sudah mulai dikenal dan diminati oleh masyarakat Vietnam. Adanya sejumlah universitas di Vietnam yang mempunyai Jurusan Studi Indonesia atau sekedar menerapkan pembelajaran mengenai Indonesia adalah salah satu bukti dari perkembangan diplomasi publik Indonesia di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun