Ada kabar baik bagi penggemar sepakbola dalam negeri. Kompetisi BRI Liga 1 kembali bergulir setelah dihentikan Presiden Jokowi pasca tragedi Kanjuruhan 1 Oktober yang lalu. Meskipun digelar secara sistem bubble (terpusat) dan tanpa penonton, bergulirnya kembali disambut baik oleh para penggemar sepakbola dalam negeri. Pasalnya, rata-rata penggemar sepakbola dalam negeri sudah lama menantikan hadirnya hiburan rakyat berkelas dan tidak kaleng-kaleng seperti drama Ikatan Cinta yang berjilid-jilid itu. Tetapi disisi lain, ada satu kelompok yang kerjaanya cuma demo kayak kadrun, siapakah dia? Dia adalah Aremania. Kenapa Aremania ini kerjaanya cuma Demo menuntuk hak-hak mereka terkait tragedi Kanjuruhan. Dan, mereka meminta agar pihak Kepolisian yang menembakkan gas airmata dihukum berat seperti Ferdy Sambo itu.Â
Penulis yang awalnya menaruh respek ke Aremania dan Arema karena tragedi Kanjuruhan dan berkabung atas nama kemanusiaan. Berubah jadi tidak respek dan risih. Pasalnya, suppoter Arema atau Aremania kerjaanya tiap weekend selalu demo disudut bahkan di Jalan utama Kota Malang. Mereka tidak berfikir, apakah jika mereka demo terus menerus tuntutan mereka didengar oleh para pemangku kebijakan? Jelas belum tentu! ataukah mereka enggan berfikir jika mereka demo terus menerus apakah tidak menganggu jalanan?Â
Semisal ada Ambulance atau mobil umum mau lewat dan membawa pasien atau seseorang yang harus secepatnya dibawa ke Rumah Sakit dan satu-satunya jalan tercepat digunakan malah digunakan demo oleh Aremania? kalau misalnya ada sesuatu yang mengancam nyawa atau terjadi apa-apa terhadap pasien atau seseorang yang dibawa ke Rumah Sakit itu sampai meninggal dunia, apakah Aremania mau tanggungjawab? Penulis malah tidak yakin, Aremania mau tanggungjawab! sebab mereka hanya memikirkan kelompoknya sendiri. Mirip sama gerombolan Kadrun entah itu FPI, HTI atau Bahkan Geng PA 212 itu. Tetapi setelah penulis amati tingkah mereka di social media, kelakukan mereka makin lama seperti ISIS, Jema'ah Islamiyah atau bahkan Jema'ah Ansharut Daulah.Â
Untuk itulah, penulis menyarankan agar Aremania secepatnya menyadari perbuatannya. Jangan terus-terusan menyalahkan orang lain. Padahal kalau mereka meminta hak-hak yang mereka suarakan pada demo-demo yang mereka lakukan. Semuanya sudah dilakukan oleh TGIPF yang diketuai Menkopolhukam Mahfud MD. Kalau TGIPF sudah bekerja, harusnya Aremania ya introspeksi! bukan Demo melulu meminta keadilan. Jika penulis simpulkan dari tragedi Kanjuruhan, tragedi itu tidak akan terjadi jika tidak ada aremania yang turun ke lapangan atau melempari Pemain Persebaya dengan batu karena tidak terima atas kekalahan di kandang sendiri. Setuju kaaann? Maka dari itu, kita berdo'a semoga tragedi ini tidak terulang lagi dan tidak ada lagi supporter yang bermental barbar dan teroris seperti Aremania. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H