selamat pagi,
bulan ramadhan yang suci ini selalu menjadi hari-hari yang penuh dengan inspirasi bukan ? hal itu juga yang mengajak saya untuk menuliskan apa yang pernah saya lalui dalam bulan ramadhan dua dan satu tahun yang lalu.
dalam bulan ramadhan kita mengenal keistimewaan pada sepuluh hari terakhir, yaitu terdapatnya lailatul qadar di salah satu malamnya. tentunya tak asing lagi apa itu lailatul qadar yaitu sebuah malam dimana Allah memberikan rahmat besarnya yang mana malam itu lebih baik dari seribu malam kita sembahyang. maka Rasulullah mencontohkan pada kita sebuah ibadah bernama iktikaf. ya! itu dia, sebuah ibadah berdiam dan tinggal di masjid sepanjang 10 hari terakhir ramadhan. untuk apa ? berdiam di masjid ini adalah kita sejenak menjauh dari dunia untuk refleksi diri atau bahasa lainnya bermuhasabah.
namun, hal ini bukan hal yang mudah apalagi untuk kita anak muda. sepuluh hari tinggal di masjid dan meninggalkan aktifitas "duniawi". tidak lagi sibuk buka bersama dengan teman-teman, ngabuburit ke tempat-tempat yang cozy, tidak lagi memikirkan pakaian baru untuk hari raya, tidak juga bermalas-malas kehabisan semangat karena sudah 20 hari puasa. tapi, jika benar-benar memahami betapa indahnya mendapat lailatul qadar dan tergiur mendapatkannya, pasti terdapat keinginan di dalam hati untuk beriktikaf.
tapi jangan membayangkan begitu boringnya menjalani iktikaf 10 kali 24 jam berada di dalam masjid dan tidak kemana-mana kecuali urusan darurat seperti kebutuhan perut untuk diisi dan dikosongkan ataupun hal lainnya yang tidak dapat dilakukan dalam masjid. saya pernah mengikuti sebuah iktikaf yang jauh dari kata membosankan. bahkan saya mengikutinya lagi tahun berikutnya.
iktikaf ini bernama pengajian iktikaf ramadhan di pondok mahasiswa budi mulia yogyakarta. jika kita membayangkan iktikaf dalam masjid adalah berdzikir (membaca tasbih, tahmid dan takbir) dan tilawah qur'an, tapi disini kita tidak hanya melakukan dzikir tersebut, kita jua melaksanakan dzikir yang berbeda. kita diajak mengingat Allah dengan memikirkan dan belajar tentang permasalahan sosial sebagai upaya refleksi keimanan terhadap sisi humanitas kita. seperti yang pernah saya ikuti adalah tentang pengentasan kemiskinan di Indonesia. kita diberi materi yang mengulas tuntas kemiskinan dari berbagai sisi yang semuanya dihubungkan dengan ajaran Islam. pembicara atau narasumber yang dihadirkan pun adalah tokoh dengan kapasitas yang tinggi pada bidangnya. sebut saja Eko Prasetyo, Syafi'i Ma'arif, Revrison Bashwir dan tokoh lain sesuai dengan tema. kemudian pada hari menjelang akhir kita akan dipertemukan dengan 4 tokoh dari gerakan mahasiswa berbasis agama Islam seperti KAMMI, HMI MPO, IMM dan PMII. kita akan membuat strategi bersama mengentaskan masalah bangsa tanpa lagi mengingat perbedaan gerakan yang seringnya selalu bersaing dalam hal massa, kader dan kekuasaan kampus.
begitulah, saya rasa aktivis gerakan mahasiswa berbasis islam ataupun aktivis gerakan mahasiswa tidak berbasis islam namun beragama islam perlu merasakan berbaur, sharing dan duduk bersama sebagai saudara untuk membincangkan (paling tidak sedikit merubah pola pikir) tentang masalah negara, bangsa dan agama. saya pikir, orang besar adalah orang yang mampu tetap berdiri diantara perbedaan dan mampu turut namun tidak larut dalam memberi sumbang pikir :)
selamat menjelang 10 hari terakhir, semoga kedamaian menyelimuti hati kita. hati yang tenteram hidupnya lancar :)
silakan kunjungi web-nya di  www.pir30.weebly.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H