Mohon tunggu...
Annisa Ramadani
Annisa Ramadani Mohon Tunggu... Lainnya - Pribadi

Nulisnya suka-suka mood

Selanjutnya

Tutup

Nature

Upaya Konservasi Biodiversitas dengan Inovasi Teknologi: Belantara Foundation Pertemukan Akademisi dan Praktisi

6 April 2023   21:39 Diperbarui: 6 April 2023   21:43 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa (28/03/2023), Belantara Foundation menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Inovasi Teknologi untuk Konservasi Keanekaragaman Hayati" di Auditorium Rektorat Universitas Pakuan, Bogor. Kegiatan ini diselenggarakan bersama dengan LPPM Universitas Pakuan (Unpak), Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Unpak, FMIPA Unpak, Scientific for Endangered and Trafficked Species (SCENTS), Yayasan SINTAS Indonesia, Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI), Center for Transdisciplinary and Sustainable Science (CTSS) IPB University dan Forum Harimau Kita.

"Tujuan utama kegiatan ini untuk mengidentifikasi kebutuhan inovasi teknologi yang dibutuhkan guna mendukung pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversitas) di Indonesia, agar lebih efektif dan efisien. Setelah kebutuhan tersebut teridentifikasi, tentu ini akan menjadi peluang yang besar bagi insan akademik untuk turut berperan serta dalam mengembangkan teknologi yang dibutuhkan dalam riset-risetnya", papar Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna.

Beliau juga mengatakan bahwa, kami dengan beberapa kampus terus berupaya mendorong terciptanya kolaborasi antara dosen dengan pihak pengguna, agar luaran-luaran riset dosen dapat langsung diaplikasikan sesuai kebutuhan pengguna. Selain itu, diskusi yang mempertemukan praktisi konservasi dan akademisi ini menjadi sangat penting dalam membahas kebutuhan lapangan, serta mencari solusi teknologi yang dapat diaplikasikan agar biodiversitas Indonesia tetap lestari.

@Belantara Foundation
@Belantara Foundation

Saat ini, status biodiversitas di bumi semakin mengkhawatirkan merujuk pada laporan komprehensif, bertajuk Global Assessment Report on Biodiversity and Ecosystem Services 2019 oleh The Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES). Hal ini juga didukung oleh pernyataan para ilmuwan, bahwa lebih dari 80 persen biomassa satwa menyusui telah hilang dari bumi disebabkan oleh kerusakan ekosistem yang mengalami kerusakan 100 kali lebih cepat dari yang terjadi selama 10 juta tahun terakhir. Tanpa sadar, penurunan biomassa yang sangat signifikan ini, menyebabkan dampak dan kerugian yang sangat besar untuk seluruh biodiversitas di bumi.

Indonesia merupakan rumah bagi 10 persen tumbuhan berbunga, 15 persen serangga, 25 persen ikan, 16 persen amfibia, 17 persen burung, dan 12 persen mamalia dari seluruh yang ada di dunia. Ia juga menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat endemisitas biodiversitas yang sangat tinggi karena memiliki kondisi geologi dan iklim yang unik  (dikutip dalam dokumen Rencana Aksi dan Strategi Biodiversitas Indonesia 2015-2020).

 

Ancaman kehilangan habitat berupa degradasi dan deforestasi atau penggundulan hutan tidak luput di Indonesia. Akibatnya keberadaan biodiversitas kian menuju ambang kepunahan. Degradasi dan deforestasi tersebut terjadi terutama disebabkan oleh kerusakan habitat, baik karena bencana alam, kebakaran hutan, pencemaran lingkungan dan perubahan iklim, alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian, pertambangan, industri,  serta pemukiman masyarakat. Selain itu, yang juga tidak kalah penting adalah perburuan satwa liar yang didorong oleh perdagangan secara ilegal.

"Inovasi teknologi dapat berkontribusi secara signifikan dalam meningkatkan efektivitas upaya perlindungan dan konservasi biodiversitas di Indonesia. Akademisi di perguruan tinggi yang salah satu tugasnya melaksanakan penelitian, dituntut untuk menghasilkan sebuah karya riset yang dapat dimanfaatkan oleh para pengguna. Hasilnya dapat langsung dimanfaatkan, baik untuk kebutuhan monitoring maupun untuk mendukung upaya perlindungan habitat flora dan fauna, sehingga pelestarian biodiversitas di Indonesia menjadi lebih efektif", ujar Rektor Universitas Pakuan, Prof. Dr. Didik Notosudjono, M.Sc.

@Belantara Foundation
@Belantara Foundation

"Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University dijadikan sebagai pusat studi yang mengembangkan ilmu-ilmu terbaru tentang keberlanjutan. Peran teknologi dalam pengembangan ilmu tersebut sangat dilibatkan untuk kelestarian biodiversitas", pungkas Direktur CTSS IPB University, Prof. Dr. Damayanti Buchori.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun