Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Komite Nasional Program MAB-UNESCO Indonesia-BRIN, UNESCO Jakarta Office, ICESCO, Balai Taman Nasional Karimunjawa Balai Taman Nasional Gunung Merapi dan Balai Taman Nasional Gunung Merbabu menyelenggarakan pertemuan internasional dan pelatihan peningkatan kapasitas solusi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta dampak covid-19 terhadap konservasi keanekaragaman hayati dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk pemulihan ekonomi dan ekosistem di cagar biosfer mulai 14 Maret hingga 16 Maret 2023 di Semarang.
Pada kesempatan ini, Belantara Foundation diundang untuk memaparkan pembelajaran tentang kemitraan pengelolaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB), Riau kepada dunia internasional.
Belantara Foundation bermitra dengan pemangku kepentingan setempat dalam pengelolaan Cagar Biosfer GSK-BB. Pemangku kepentingan tersebut terdiri dari sektor pemerintah, swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang meliputi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, APP Sinarmas, Proforest, Earthworm, Winrock, Koalisi CORE dan WRI Indonesia. Setiap sektor memiliki peran pentingnya masing-masing yang berfokus pada program restorasi ekosistem, proteksi dan konservasi keanekaragaman hayati serta pemberdayaan masyarakat.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna menjelaskan bahwa sejak tahun 2020 hingga 2023, Belantara Foundation bersama pemangku kepentingan setempat telah merestorasi lahan gambut yang terdegradasi di kawasan Cagar Biosfer GSK-BB dengan menanam spesies pohon asli dan terancam punah. Hingga kini, total area yang telah direstorasi seluas 75 hektar.
Selain itu, Belantara Foundation juga mendukung LSM lokal untuk melestarikan gajah sumatra beserta habitatnya. Implementasi yang dilakukan yaitu membantu mengembangkan dan memberikan peningkatan kapasitas bagi enam kelompok masyarakat desa untuk memitigasi konflik manusia-gajah, membangun menara pemantauan, melakukan edukasi dan penyadartahuan di tujuh sekolah dasar yang berdampingan dengan habitat gajah, patroli mitigasi konflik manusia-gajah dengan luas area lebih kurang 88.000 hektar.
Tidak hanya itu, Belantara Foundation juga mendukung masyarakat lokal untuk mengembangkan mata pencaharian alternatif. Dukungan tersebut berupa memberikan peningkatan kapasitas untuk budidaya madu dan budidaya ubi kayu, memasang 45 papan nama yang menginformasikan bahaya kebakaran hutan, larangan pembakaran hutan, dan larangan penebangan liar.
"Di samping itu, Belantara Foundation juga mendukung dan mengembangkan Stasiun Penelitian Lahan Gambut Humus di Cagar Biosfer GSK-BB untuk penelitian jangka panjang tentang ekosistem lahan gambut dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Stasiun penelitian ini menyediakan fasilitas, infrastruktur, serta peningkatan kapasitas bagi mahasiswa, dosen, peneliti, praktisi, dan lainnya" ujar Dolly, yang juga sebagai Ketua LPPM Universitas Pakuan. "Kami berharap stasiun penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk melakukan kajian jangka panjang terkait ekologi dan keanekaragaman hayati hutan gambut. Kami mengundang mitra yang punya komitmen terkait hal ini", lanjut Dolly.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Komite Nasional MAB UNESCO Indonesia-BRIN, Y. Purwanto menegaskan bahwa pengelolaan Cagar Biosfer GSK-BB harus dilakukan secara bersama-sama.