Selasa (28/02/2023), dalam rangka memperluas keterlibatan stakeholders sektor swasta, Belantara Foundation bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau, serta KPHP Minas Tahura, menggandeng ASKUL Corp., Marubeni Flx, Asia Pulp & Paper Japan Ltd. (APPJ) dan APP Sinarmas untuk melakukan penanaman simbolis di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim (SSH), Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Provinsi Riau.
Kerja sama yang dilakukan mengenai program restorasi atau pemulihan hutan. Hal ini sejalan dengan beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan / SDGs dan melestarikan jenis pohon yang terancam punah. DLHK Provinsi Riau bersama Belantara Foundation telah mencanangkan kegiatan tersebut pada pertengahan tahun lalu. Jenis pohon yang digunakan antara lain balangeran (Shorea balangeran) dan meranti bunga (Shorea leprosula) sebanyak 20 pohon, yang keduanya termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.
Tahura SSH merupakan kawasan hutan konservasi yang berada di wilayah Kampar, Siak, dan Pekanbaru, Provinsi Riau. Tahura SSH memiliki keanekaragaman spesies flora dan fauna yang cukup tinggi. Sedikitnya terdapat 127 spesies tumbuhan asli di kawasan hutan tersebut, 42 spesies burung, 4 spesies reptilia, dan 16 spesies mamalia.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna mengungkapkan bahwa sejak pertengahan tahun 2022, kami telah mulai melakukan penanaman di Tahura SSH. Kami memilih Tahura SSH sebagai area program pemulihan hutan dalam rangka mendukung Provinsi Riau dalam upayanya berkontribusi ke dalam pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Pulau Sumatra.
Selain itu, pemulihan hutan dapat mengembalikan berbagai fungsi yang kita perlukan, seperti memperbaiki kualitas lingkungan, pengaturan tata air, maupun iklim mikro ekosistem hutan. Manfaat yang akan dirasakan berupa pengurangan risiko kerusakan lingkungan, seperti erosi, tanah longsor, tercemarnya sumber air, turunnya muka air tanah, kebakaran lahan, dan polusi udara. Selain itu, kualitas udara, kualitas air, pohon, tanah, serta habitat dan populasi satwa liar lebih terjaga bahkan manusia dan makhluk hidup lainnya ternyata dapat hidup berdampingan.
"Sesuai dengan misi dari UNSDGs yaitu No one left behind dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan kolaborasi multipihak, salah satunya dengan menggandeng  sektor swasta dari Jepang untuk mendukung gerakan pemulihan hutan di Pulau Sumatra khususnya di Provinsi Riau", kata Dolly yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.
Senada dengan Dolly, Kepala DLHK Propinsi Riau, Mamun Murod mengemukakan bahwa upaya untuk memulihkan ekosistem hutan, khususnya di Tahura SSH menjadi tanggung jawab bersama. Tak hanya pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat saja, pihak swasta dan masyarakat juga harus berpartisipasi aktif dalam upaya tersebut.
"Dengan adanya pemulihan hutan, maka ekosistem hutan dapat berkontribusi untuk upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta mendukung pemenuhan NDC Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon di Provinsi Riau", ujar Mamun.
Pada kesempatan yang sama, Kepala KPHP Minas Tahura, Matnuril mengatakan, "Upaya ini diharapkan akan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi penambahan luasan kawasan hutan yang dipulihkan di Provinsi Riau". KPHP Minas Tahura menyambut baik dan mendukung penuh upaya pemulihan hutan di Tahura SSH yang dilakukan bersama Belantara Foundation dan pemangkukepantingan lainnya.
Ketua Kelompok Tani Hutan Tahura SSH, Dana Syahputra mengatakan bahwa program pemulihan hutan yang dilakukan bersama Belantara Foundation ini dapat membantu masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan hutan yang terdegradasi secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.