Mohon tunggu...
Annisa Rahmawaty
Annisa Rahmawaty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Mahasiswa S1 Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Layanan Dukungan Psikososial bagi Korban Gempa Bumi di Kertasari oleh Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

14 Oktober 2024   07:47 Diperbarui: 14 Oktober 2024   08:09 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Panitia

Bandung -- Gempa bumi berskala 5.0 Magnitudo melanda Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, pada Rabu (18/09/2024). Gempa ini dipicu oleh patahan atau sesar Kertasari yang baru ditemukan. Berdasarkan data dari posko utama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, terdapat delapan desa di Kecamatan Kertasari yang terdampak gempa.

Ratusan rumah mengalami kerusakan, termasuk beberapa fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas, dan masjid dengan tingkat kerusakan yang beragam; ringan, sedang, berat, hingga hancur total. Ratusan warga mengalami luka ringan, sedang, dan berat. Selain itu, banyak warga mengalami kecemasan berlebihan, syok, bahkan putus asa akibat bencana ini.

Layanan dukungan psikososial diperlukan untuk membantu mencegah reaksi psikologis yang lebih buruk pasca bencana dan mengurangi beban psikologis korban. Menindaklanjuti hal ini, mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung memberikan layanan dukungan psikososial kepada korban gempa Kertasari pada Sabtu (28/09/2024) dan Minggu (29/09/2024). Kegiatan ini dimulai pukul 10.00 WIB hingga 12.30 WIB di tenda pengungsian RW 23 Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.

Layanan konseling ditujukan kepada anak-anak dan orang dewasa. Para relawan memberikan konseling kelompok melalui permainan yang menyenangkan kepada anak-anak korban bencana untuk membantu mereka mengurangi trauma. Anak-anak diajak untuk mengungkapkan perasaan dan emosi mereka.

Untuk orang dewasa, layanan yang diberikan berupa terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Metode ini dilakukan dengan mengetuk ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh sambil memberikan afirmasi positif. Tujuannya adalah untuk menstimulasi titik meridian di tubuh, merasakan masalah yang dihadapi, serta membantu menyelesaikan permasalahan fisik dan psikis untuk meraih kedamaian, ketenangan, dan penerimaan.

Kegiatan ini mendapat respons positif dari para korban bencana. Kesadaran akan penerimaan takdir yang ditetapkan Tuhan mulai timbul, termasuk menerima bencana alam yang mereka alami. Anak-anak pun merasa terhibur dengan kedatangan para relawan.

Para mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang berpartisipasi sebagai trauma healer dan relawan merasa sangat senang dan haru atas kegiatan ini. Mereka berharap dapat terus memberikan bantuan dan dukungan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun