Pendahuluan
      Memangnya kenapa jika wanita memiliki warna kulit hitam, berambut keriting, kurus, dan hidung pesek. Kita tidak punya hak untuk memutuskan bahwa wanita tersebut jelek, kita tidak punya wewenang untuk mengejek dan menghina wanita tersebut. Rasa percaya diri pada umumnya dimiliki oleh setiap orang, namu kepercayaan diri pada setiap orang ini bersifat variatif. Seseorang dapat memiliki rasa kepercayaan diri yang lebih dan kurang, dan diantara keduanya memiliki perbedaan sikap. Seseorang yang tidak pernah diberi apresiasi dan sering dihina akan sadar terhadap kekurangan yang dimilikinya, kemudian rasa sadar akan kekurangannya tersebut mempengaruhi pikiran dan rasa percaya diri seseorang, karena mereka berpikir bahwa mereka akan dihina terus menerus ketika melakukan sesuatu didepan umum, sedangkan seseorang yang terbiasa hidup dengan pujian akan sadar terhadap kelebihan yang dimiliki dan rasa percaya dirinya akan meningkat, karena yakin dia akan mendapatkan pujian setelah itu. Faktanya diantara dua orang tersebut tetap memiliki kekurangan dan kelebihan masing -- masing yang tidak mereka sadari, mereka hanya fokus kepada apa yang dikatakan orang lain tanpa menggali sendiri potensi yang sudah dimiliki.. Oleh karena itu, kita harus membangun sendiri standar yang kita inginkan tanpa melibatkan pandangan orang lain terhadap diri kita, karena yang paling tahu tentang kita adalah diri kita sendiri dan orang lain hanya bisa memberikan presepsi berdasarkan apa yang mereka lihat. Wanita Indonesia telah lama terperangkap dalam stigma tentang standar kecantikan, di mana sebagian besar dari mereka menilai bahwa "cantik" hanya bisa dianugerahkan pada wanita yang berkulit putih, kurus, langsing, dan tinggi. Memaknai cantik, apakah cantik hanya sekedar fisik saja?Â
Isi
     Standar kecantikan tidak nyata adanya dan tidak benar -- benar ada. Standar kecantikan yang dimaksud dalam hal ini adalah patokan kecantikan yang dipercayai oleh sebagian besar wanita. Wanita sangat mengagungkan dan rela melakukan  apapun untuk bisa bisa tampil mulus, putih, dan badan proposional demi memenuhi standar kecantikan yang menjadi idaman kebanyakan orang. Presepsi kecantikan proporsional menurut kebanyakan wanita yakni berpostur tinggi, kurus, memiliki warna kulit putih, dan bersih seperti sosok role model yang mereka anggap sempurna memenuhi seluruh standar kecantikan yang ada. Lalu sebenarnya standar kecantikan itu yang seperti apa? Apakah orang yang tidak memiliki postur tinggi bisa dikatakan jelek? Apakah orang yang memiliki warna kulit gelap tidak bisa dianggap cantik? Lalu apa pengaruh presepsi tentang standar kecantikan terhadap tingkat kepercayaan diri dan kesehatan mental wanita?.
Kulit Putih Mendominasi Presepsi Terkait Standar Kecantikan di Indonesia
      Zaman boleh berubah, tetapi memiliki kulit putih tetap menjadi standar utama kecantikan. Kenapa kita terus mengobsesikan kulit putih? Apakah karena banyak statement yang beredar seperti itu?. Padahal nyatanya standar kecantikan bisa berubah -- ubah. Setiap perempuan memiliki keunikan tersendiri. Keinginan wanita untuk putih agar terlihat lebih cantik itu hanya dampak dari marketing. Wanita percaya cantik itu harus putih karena mendengar pendapat orang lain. Hal ini semakin melekat di benak wanita karena iklan dan berbagai penawaran dari media maupun klinik kecantikan. Tidak dipungkiri lagi bahwa iklan produk kecantikan masih ban yak yang memberikan iming -- iming kulit putih, bukan kulit sehat. Penilain orang terhadap kecantikan itu tidak selalu dikaitkan dengan warna kulit, lalu kenapa mindset ini bisa muncul, karena adanya pendapat, stigma, dan informasi yang berkembang dan beredar di masyarakat terkait kecantikan yang diasosiakan dengan kulit putih. Hal itu diserap oleh sebagian masyarakat, sehingga memengaruhi orang khususnya wanita untuk memiliki kulit putih agar terlihat cantik. Stereotip yang bahkan tidak asing lagi dan seringkali terdengar dalam pergaulan sehari -- hari "Coba kalau kamu putih sedikit, pasti kamu bakal cantik", "Coba kulit kamu gak hitam, pasti kamu sudah punya pacar". Seberapa sering ungkapan -- ungkapan itu muncul? Mungkin sebagian orang memandang sebagai hal biasa, namun terus terang saja pernyataan tersebut merupakan sebuah penjajahan terhadap fisik wanita karena wanita dijerumuskan dalam sebuah standar konservatif yang membuat mereka merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisi fisik mereka sendiri.Padahal seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara multikultural dan heterogen yang didalamnya hidup berbagai macam suku bangsa, agama, adat istiadat, etnis, dan ras. Wanita -- wanita di Indonesia tidak hanya terlahir dengan kulit putih, tetapi ada juga yang terlahir dengan kulit kuning langsat, kulit hitam, kulit sawo matang, dan lain sebagainya. Cantik tidak identik dengan putih. Cantik tidak harus putih. Apapun warna kulitnya, wanita itu cantik apa adanya. Beauty does not exclusively correlate with looks, because it is how you feel inside.
Percaya Diri itu Dibuat Bukan Ditentukan
      Jangan menyalahkan ketika masih banyak wanita yang selalu minder karena terpatok pada sudut pandang orang lain terhadap diirinya. Edukasi terkait standar kecantikan dan bagaimana harus menanggapi presepsi akan hal itu masih sangat kurang. Banyak sekali masyarakat yang belum paham mengenai makna sebenarnya standar kecantikan dan bahkan memberikan stigma yang dapat membunuh rasa percaya diri seseorang. Tidak bisa dipungkiri, standar kecantikan selalu menjadi momok yang mendegradasi jati diri wanita. Tidak sedikit wanita yang menilai dirinya tidak cantik karena berkulit gelap, tidak sedikit wanita menilai dirinya jelek karena memiliki rambut keriting, dan tidak sedikit wanita yang merendahkan diri karena memiliki tubuh gemuk. Kita harus aware, karena ternyata masih banyak wanita yang belum bisa berdamai dengan diri mereka sendiri, dan sepatutnya kita juga berhak menolak stigma -- stigma menjatuhkan yang tak kunjung hilang dari kehidupan. Oleh karena itu, perlu adanya batas tegas yang menggaris bawahi bahwa cantik tidak harus putih, kurus, langsing, mancung. Semua wanita cantik selama mereka bisa nyaman dengan diri mereka sendiri. Cantik itu relatif, maka dari itu kita tidak perlu memenuhi standar kecantikan menurut orang lain, sudah pasti tidak akan bisa karena setiap orang akan memiliki presepsi yang berbeda. Cukup jadi diri sendiri dan tentukan standar kecantikanmu sendiri.Â
Presepsi Dapat Membunuh Dengan Rasa Insecurity
       Selalu membenci penampilan fisik diri sendiri, tubuh gemuk, tinggi tanggung, kulit sawo matang, rambut pun juga keriting. Merasa dirinya jelek dan pada akhirnya membuatnya insecure bahkan jarang melihat pantulan dirinya di cermin. Masih banyak kasus perundungan di bangku sekolah dengan mengaitkan penampilan fisik. Tumbuh besar dengan perundungan otomatis menyetir cara seseorang menilai dirinya sendiri. Terobsesi ingin menjadi seseorang yang bukan dirinya sendiri dan di Indonesia masih banyak wanita yang berpikir seperti itu. Obsesi seseorang untuk merubah dirinya akan berakibat fatal jika dia tidak sanggup melakukannya dengan baik, karena dalam hal ini juga harus didukung oleh faktor ekonomi yang memadai, ketika seseorang gagal dan tidak bisa memenuhi ekspetasi sesorang maka akan muncul rasa kecewa, rasa kecewa tersebut yang dibiarkan lama kelamaan akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Berawal dari presepsi seseorang, dilanjut dengan rasa insecure serta terobsesi ingin mengubah dirinya dan dapat berujung pada rusaknya mental seseorang. Tidak jarang terdapat kasus wanita bunuh diri karena merasa kurang percaya diri, penyebabnya adalah dia terperangkap oleh presepsi orang lain terhadap dirinya, jika dia bisa membuat standar kecantikannya sendiri, maka hal itu tidak akan terjadi karena dia bisa mencintai dirinya sendiri dan tau harus mendefinisikan cantik menurutnya yang seperti apa.
Lawan Presepsi Dengan Cantik Menurut Versimu Sendiri
      Kamu cantik dengan kulit putihmu, kamu juga cantik dengan kulit gelapmu, kamu cantik dengan rambut ikalmu, kamu juga cantik dengan proporsi badanmu, kamu cantik dengan segala sesuatu yang ada ditubuhmu. Jangan pernah merendahkan dirimu sendiri dan ketauhilah, kamu semua adalah wanita hebat dan dirimu amat berharga. Sayangilah dirimu sendiri dan identitasmu sebagai wanita dengan cara membuktikan bahwa standar kecantikan tidak lah benar. Standar kecantikan adalah hal yang cair sehingga dapat berubah -- ubah. Standar kecantikan tentu tidak perlu harus terus menerus diikuti karena setiap wanita memiliki keunikan tersendiri. Hal ini menjadi upaya untuk membentuk kesadaran bersama bahwa standar kecantikan tidak harus ada karena hal ini bisa saja membelenggu wanita untuk banyak aspek utamanya mengenai pandangan terhadap dirinya sendiri. Insecurerity menjadi hal yang timbul karena adanya standar kecantikan ini. Seseorang bisa saja mengabaikan dirinya sendiri dan melakukan hal -- hal negatif karena hal terebut. Media pun telah banyak melakukan inovasi dengan menghadirkan wanita yang beragam kepada publik dan ini pun menjadi sebuah kemajuan yang akan membuat banyak wanita secure pada akhirnya. Dukungan sesama wanita pun menjadi hal yan diharapkan hadir dalam membahas standar kecantikan, karena bisa jadi dengan tidak hadirnya dukungan sesama wanita fenomena standar kecantikan akan terus melanggengkan eksistensisnya apalagi zaman sekarang yang di mana arus informas begitu cepat.
Melawan Presepsi dengan Pemberdayaan Wanita
Wanita bukan budak kebodohan, bagaimana wanita sering kali dipaksa mengikuti standar kecantikan yang tidak realistis, yang pada akhirnya membatasi dan merendahkan nilai sejati mereka. Wanita harus menolak pemikiran sempit tentang kecantikan dan merangkul keberagaman. Gerakan sosial dan kampanye pemberdayaan wanita juga berguna unuk mengubah presepsi masyarakat tentang wanita, membantu mereka untuk membangun keyakinan diri yang lebih kuat dan menghadapi tantangan tanpa terpengaruh oleh ekspetasi sosial yang kaku dan tidak adil
Penutup
      Seperti pedang api yang tajam dan membakar, presepsi atau pandangan orang lain dapat sangat kuat dan tajam dalam memengaruhi perasaan dan kepercayaan diri seorang wanita. Presepsi negatif atau standar yang diberlakukan oleh masyarakat bisa menghancurkan rasa percaya diri seorang wanita yang seringkali terpapar ekspetasi sosial.Â
       Pernyataan ini mencerminkan bagaimana presepsi yang salah dan tekanan sosial bisa sangat memengaruhi kesejahteraan emosional dan mental wanita, membuat pentingnya menghargai diri sendiri dan mengembangkan rasa percaya diri yang tidak bergantung pada penilaian eksternal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H