Nah, bagi yang berpikir seperti itu, mungkin penjelasan dari Prof. Jeffrey Lang bisa membantu. Mantan atheis yang kemudian menjadi mualaf ini, pernah menceritakan perjalanannya memeluk Islam. Dalam proses pencerahan itu ia menemukan bahwa Al-Qur'an selalu menekankan 3 point penting untuk mendapat keimanan.
Point pertama, Intellect , kemampuan manusia untuk menggunakan akal pikiran. Kedua, Choice , kemampuan manusia untuk memilih mana yang benar dan yang salah. Ketiga, Suffering , keadaan ketika manusia harus mengalami penderitaan di muka bumi. Ia menjelaskan, yang menarik adalah poin ketiga, yaitu suffering (mengalami penderitaan).
Prof. Lang mengatakan bahwa dalam hal suffering ini Islam berbeda konsep dengan agama-agama lain. Ada agama lain yang menawarkan konsep penyelamatan (salvation), yaitu dengan cara Tuhan turun ke dunia untuk menebus dosa umatnya.
Ada agama yang menawarkan latihan meditasi agar bisa melalui kesulitan tanpa mengalami rasa derita. Ada agama yang mengatakan bahwa suffering adalah hukuman buat manusia.
Namun Islam mengatakan lain, dalam Al-Qur'an justru dikatakan bahwa manusia harus mengalami suffering untuk mendapatkan iman. Silakan renungi ayat-ayat berikut dari sekian banyak ayat yang lain:
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." (QS Al-Balad [90]:4)
"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang bersamanya berkata, 'Kapankah datang pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." (QS Al-Baqarah [2]: 214).
Dijelaskan pula bahwa memang tidak ada Surga di dunia ini buat orang beriman, yang ada sebaliknya, jalan yang mendaki lagi sukar. Buat orang-orang yang tidak beriman, jalan mendaki lagi sukar ini cukup menakutkan sehingga mereka menjauhinya. Namun orang-orang beriman justru dengan rela hati menempuhnya.
Apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? Salah satunya adalah menolong sesama saudara yang menderita. Itu artinya mengalahkan ego dan keserakahan, untuk kemudian berbagi dengan orang lain. Itu juga diartikan kita harus tengok kanan dan kiri (seperti filosofi salam terakhir disaat sholat) serta melangkah ke tempat-tempat orang membutuhkan pertolongan.
Jadi, berhati-hatilah bila Sahabat Kompasiana saat ini sedang dimanja dengan kemudahan dan fasilitas. Seperti halnya filosofi naik sepeda, ketika jalan menanjak dan terasa berat perjuangan dalam mengayuh, itu sejatinya hidup Anda sedang bergerak menuju ke atas (naik kelas), sedang jika jalan menurun terus, drastis, jangan cepat terlena, karena bisa saja hidup.
Sahabat sedang bergerak ke bawah (mengalami kemunduran). Jangan biarkan keluarga dan anak Anda ikut termanjakan. Sebab bila mereka ikut termanjakan, mereka tidak akan siap mengalami suffering. Padahal manusia (beriman atau tidak) ditakdirkan untuk mengalami momen-momen suffering di dunia ini.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!