Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi global disebabkan karena virus corona ini telah menciptakan kepanikan luar biasa di sekitar 200 Negara yang ada di dunia. Beberapa fenomena seperti omzet penjualan yang menurun, terjadinya PHK besar-besaran, dan lain sebagainya sedang dan sudah menghantam perekenomian kita.Â
Namun di sisi lain, Saya melihat dengan mata kepala sendiri, ada beberapa tenant (sebutan untuk startup binaan inkubator bisnis) dari Inkubator Bisnis Science Techno Park (STP) IPB yang tetap bertahan karena memiliki mindset yang tepat dalam menghadapi zaman yang penuh dengan ketidakpastian ini dan ikut membantu penanggulangan wabah Covid-19 atau yang lebih kita kenal dengan Corona.
Seperti pada tenant BIKI (Berkah Inovasi Kreatif Indonesia) yang fokus pada membangun integrated technological innovations di bidang pertanian yang memproduksi produk bernilai tambah tinggi, ramah lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat, selama Corona permintaan dan omzet penjualan mereka naik sampai dengan 30% atau kira-kira 20-50 juta setiap harinya. CEO PT. BIKI, Hafid Rosidin menerangkan, "Pada awalnya kapasitas produksi maksimal perusahaan kami bisa memproduksi 1000 pcs Hand Sanitizer per hari dari bahan Chitosan (kulit udang, kepiting dan semua yang berasal dari Crustaceae 100% alami). Setelah adanya wabah Corona, kami mulai menambah personil dan alat produksi serta mengatur sistem kerja shift sehingga kapasitas per hari bisa memproduksi sampai 4000 pcs Hand Sanitizer".
Ada juga tenant STP IPB yang bernama Ecodoe yang pada awalnya menjual paket seminar kit, di tengah pandemi Covid-19 ini kemudian menjadi early seller untuk produk-produk relevan dengan penanggulangan wabah Covid-19. "Karena banyak komunitas penjahit yang dinaungi Ecodoe, kami mengarahkan mereka untuk produksi masker kain dan baju APD. Hanya dalam 3 hari launching tanpa biaya iklan, kami bisa menerima lebih dari 200.000 pcs permintaan", begitu penuturan Laras selaku CEO Ecodoe.
Ecodoe bahkan menyalurkan donasi ke beberapa lembaga seperti Kurir Kebaikan yang realisasinya dilakukan di Bogor, Jakarta dan Kota Batu Malang, serta donasi APD dan hand sanitizer langsung ke RSIA dan beberapa tenaga medis di Jawa Barat.
"Omzet Maret sebenarnya tumbuh naik 26% dibandingkan Februari. Untuk produk emergency kit Covid-19 banyak dibeli oleh konsumen dari luar Jawa. Sedangkan produk utama kami sebenarnya fokus di Jawa dan kota-kota besar di Indonesia. Hal ini cukup menyedihkan jika dilihat realitas di lapangan bahwa akses masyarakat luar Jawa akan produk atau fasilitas kesehatan masih sangat minim dan mahal. Kalaupun ada konsumen dari Jawa yg membeli alkes kami, biasanya justru dari kabupaten yang cukup terpencil karena mayoritas di sana langka sekali produk-produk ini", tambah Beliau menerangkan.
Lalu, ada Rumah Rumput Laut (RRL) yang melakukan strategi gebrakan dengan melakukan sale semua produk, dengan tujuan memberikan kesan dengan adanya potongan harga agar produk Wedlyn menemani kegiatan selama #dirumahsaja, lalu melakukan kemitraan (partnership) jasa dengan tenant lain agar karyawan Wedlyn tetap memiliki penghasilan. RRL juga me-launching antiseptic gel yang merupakan produk partnership dengan tenant lain. RRL menjadi tempat produksi, jasa produksi dan penggunaan merk Wedlyn. Terbukti, penjualan antiseptic gel dengan harga terjangkau membuahkan hasil tingginya pembelian.