Mohon tunggu...
Annisa Nurul Koesmarini
Annisa Nurul Koesmarini Mohon Tunggu... Wirausaha - Do Good, Feel Good

Saya Senang Membaca-Menulis-Menonton-Berbisnis Jika membaca diibarat menemukan harta karun. Maka menulis seperti menjaga harta karun itu tetap abadi. Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya - Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepenggal Kisah di Wonocolo, Lumbung Energi Penggerak Pembangunan Negeri

1 Desember 2016   22:54 Diperbarui: 14 Desember 2016   15:21 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Salah satu pompa yang kami temui di perjalanan menuju Desa Wisata Wonocolo (sumber: dokpri)

Dalam pengelolaan desa wisata Wonocolo sebagai pusat wisata migas pertama di Indonesia, kami juga melihat Pertamina banyak menggandeng Paguyuban Warga Desa Wonocolo, terutama dalam penanaman pepohonan sebagai bentuk komitmen gerakan penghijauan di sekitar lokasi sumur-sumur tua. Sehingga, lokasi sumur tua yang biasanya berhawa panas (apalagi ketika musim kemarau), menjadi sedikit lebih sejuk dan asri dengan adanya beberapa penghijauan di sekeliling lokasi sumur tua.

Besar harapan saya agar Pertamina sebagai BUMN milik Indonesia yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi, terus berusaha secara konsisten, berkolaborasi dan bersinergi dengan masyarakat lokal dalam menyediakan dan mendistribusikan energi, seperti minyak, gas, dan energi terbarukan lainnya ke seluruh pelosok daerah di Indonesia selama 24 jam non stop.

Sehingga kelangkaan BBM (Bahan Bakar Minyak) dan gas elpiji tidak terjadi lagi. Selain berkutat di dunia migas, Pertamina juga bisa mulai berkecimpung di dunia pendidikan dengan membantu membangun museum energi dengan adanya sajian informatif seperti pemutaran film ataupun diorama yang mengisahkan sejarah penmbangan minyak di Indonesia dari zaman Belanda hingga kini. Energi dalam hal ini berupa migas maupun energi terbarukan lainnya seperti panas bumi atau geothermal.

Saya juga berharap, kawasan desa wisata migas bisa dikembangkan di tempat-tempat lainnya (selain di Wonocolo ini), sehingga banyak orang bisa belajar tentang pengolahan minyak secara tradisional maupun modern dan dengan adanya desa wisata, tentu pendapatan masyarakat sekitar juga bisa bertambah dari segi pengelolaan pariwisata-nya.

Banyak pelajar dan mahasiswa dari seluruh Indonesia bisa belajar mengenai energi yang terbarukan (renewable energy resources) maupun yang tidak terbarukan (non-renewable energy resources). Sehingga pada akhirnya, orang-orang yang berkunjung ke desa wisata migas Wonocolo ini bisa melihat langsung (bahkan mungkin bisa diajak terlibat langsung) bagaimana cara menghasilkan minyak mentah, mengolahnya, dan mendistribusikannya. Orang-orang yang berkunjung ke desa wisata ini juga dapat memahami perjuangan teman-teman yang bekerja di Pertamina maupun teman-teman yang bekerja di pengeboran minyak sumur tua ini dalam menghasilkan bensin dan solar yang kita nikmati saat ini di SPBU-SPBU Pertamina yang ada di kota kita masing-masing.

Gambar 10. Infografis Alur Produksi hingga Lifting Minyak dan Gas Bumi (sumber: www.beritabojonegoro.com)
Gambar 10. Infografis Alur Produksi hingga Lifting Minyak dan Gas Bumi (sumber: www.beritabojonegoro.com)
Dengan melihat langsung seperti ini, kami melihat langsung proses ‘menghadirkan’ bensin dan solar ke SPBU-SPBU yang selama ini kami sambangi untuk mengisi energy untuk kendaraan tempur kami, prosesnya tidaklah mudah seperti yang kami pikirkan sebelumnya, semua ada proses yang harus dilewati. Kami juga bisa mengambil hikmahnya dari melihat desa wisata Wonocolo ini, agar bisa menghemat pemakaian BBM (Bahan Bakar Minyak) yang biasa kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Mungkin buat teman-teman mahasiswa yang bergerak di dunia sains, terutama sekali spesialis di teknik, setelah berkunjung ke Wonocolo, bisa timbul inspirasi untuk mengembangkan kemungkinan-kemungkinan adanya temuan energi terbarukan lainnya, misalnya energi panas bumi (geothermal) yang juga bisa dikembangkan di Desa Wisata Wonocolo ini.  

Perjalanan dari kisah ini diakhiri dengan berfoto-foto di spot fotografi dengan tulisan besar Wonocolo. Di seberangnya, kami juga melihat tulisan besar ‘Teksas Wonocolo’ layaknya tulisan Hollywood di  perbukitan. Buat kami yang pertama kali datang kemari, agak aneh melihat tulisan Teksas. Yang saya tahu ada Negara bagian di Amerika, Texas. Pikir saya, apakah itu tulisan yang di bahasa Indonesia-kan?. Setelah bertanya dengan penduduk sekitar, terjawablah sudah, ternyata tulisan Teksas Wonocolo ini sengaja ditulis seperti itu oleh Bupati Bojonegoro, yang dikenal dengan nama Kang Yoto, agar memberikan kesan keunikan dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung kesini.

Gambar 11. Berfoto di depan tulisan Wonocolo (sumber: dokpri)
Gambar 11. Berfoto di depan tulisan Wonocolo (sumber: dokpri)
Teksas Wonocolo juga terinspirasi dari kondisi di Texas, salah satu Negara bagian di Amerika Serikat yang terkenal juga sebagai penghasil minyak dan gas bumi. Tulisan Teksas ternyata juga merupakan singkatan dari “Tekad Selalu Aman dan Sejahtera”, yang merupakan pengejawantahan dari harapan bersama agar tempat ini selalu aman dan sejahtera. Aamiin…

Kita doakan selalu ya guys, semoga desa wisata migas di Wonocolo ini bisa menjadi contoh panutan (role model) bagi pola kolaborasi kerjasama dan sinergi yang baik antara masyarakat lokal dengan Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertugas menyediakan energi selama 24 jam ke seluruh pelosok Indonesia demi berkontribusi untuk membangun Indonesia.

Sukses terus untuk Pertamina…Saya doakan juga semoga ada proyek selanjutnya untuk pembuatan kompleks atau desa wisata migas selanjutnya (selain di Wonocolo ini) ataupun wisata energi terbarukan lainnya di Indonesia, sehingga pendapatan tidak hanya didapatkan dari pengelolaan migas saja, melainkan juga dari sisi pengelolaan pariwisata berbasis edukasi.

Twitter : https://twitter.com/nisabolelebo

Facebook : https://www.facebook.com/annisanurulkoesmarini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun