Mohon tunggu...
Annisa Nurul Koesmarini
Annisa Nurul Koesmarini Mohon Tunggu... Wirausaha - Do Good, Feel Good

Saya Senang Membaca-Menulis-Menonton-Berbisnis Jika membaca diibarat menemukan harta karun. Maka menulis seperti menjaga harta karun itu tetap abadi. Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya - Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Antara Qatar, Literasi Keuangan, Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, serta Stabilitas Sistem Keuangan

22 November 2014   06:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:09 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika berbicara tentang stabilitas, terutama dalam lingkup keluarga. Hal yang saya tahu dan saya yakini bahwa keluarga akan lebih damai dan stabil jika urusan rumah tangga tidak mendapat terlalu banyak intervensi dari orang tua, dari mertua, dari orang ketiga, maupun pihak luar lainnya. Jadi urusan dalam negeri rumah tangga diselesaikan dulu dengan tuntas diantara pihak yang terlibat di dalamnya, yakni suami dan istri. Jika sudah memiliki anak, berarti ayah, ibu, dan anak. Maka dari itu memiliki rumah pribadi yang terpisah dari rumah orang tua dan rumah mertua adalah suatu keharusan. Bagaimanapun, juga seindah-indahnya PMI (Pondok Mertua Indah), tetap lebih indah rumah kita sendiri. Betul tidak?

Jika analogi tersebut kita terapkan dalam rumah tangga negara. Tentunya ada kesamaan yang saya yakini bahwa negara akan lebih damai dan stabil (terutama sekali dalam hal ini subjek yang akan kita bahas menyangkut sistem keuangan negara), jika tidak banyak pihak luar atau asing yang terlibat di dalam urusan rumah tangga negara kita, Indonesia. Sehingga tidak banyak kepentingan-kepentingan yang berbenturan di dalamnya.

Saya sendiri bukanlah orang yang anti asing. Tapi saya sangat setuju jika asing harus kita anggap sebagai pelengkap saja, bukan yang utama diprioritaskan apalagi didahulukan. Jika diidentikkan dengan makanan, saya bisa bilang asing itu ibarat makanan kerupuk. Tanpa kerupuk, kita tetap enak makan. Tapi kalau ada kerupuk, ya makan tambah nikmat lagi. Hehehe... Jadi, asing hanyalah pelengkap. Itu poin yang saya garis bawahi.

Kalau asing sebagai pelengkap saja, maka kebijakan-kebijakan strategis negara kita haruslah dibuat untuk mendukung hal ini. Sama halnya dengan negara Qatar yang saya bahas sekilas dalam format cerita di bawah ini.



Yang Perlu Anda Ketahui Dari Qatar

[caption id="attachment_377235" align="aligncenter" width="300" caption="Peta Lokasi Negara Qatar (sumber: http://riyadisugeng.files.wordpress.com)"][/caption]

Saya memiliki seorang rekanan bisnis yang sempat stay cukup lama untuk liburan bersama istrinya ke negara Qatar dan kemudian langsung disambung naik haji, karena kira-kira biaya dari Qatar ke Mekah Arab Saudi hanya 5 juta saja. Ia juga memiliki anak dan menantu yang juga tinggal di Qatar dan bekerja di Qatar Oil dan Qatar Chemical. Bisa dibilang artikel yang saya buat ini mengambil gambaran tentang Qatar dari cerita beliau disana.

Negara Qatar dikenal sebagai salah satu negara kaya di dunia. Bahkan di Arab Saudi sendiri, mobil yang memiliki plat asal negara Qatar yang masuk ke Arab untuk berhaji sering dianggap orang kaya. Tak jarang mobil dari Qatar ini suka di-‘palak’-in sama orang Arab. Kalau Anda tak tahu cara menangani orang Arab yang ‘meminta’ uang dengan cara halus itu, bisa-bisa Anda terlibat masalah dan di denda cukup besar, karena kita warga pendatang disana dan negara Arab terkenal strict dalam melindungi hak warga negaranya. Begitu pengakuan rekan saya ini ketika naik haji bersama keluarganya dengan menggunakan mobil dengan plat asal Qatar.

Qatar beribukota di Doha dan memiliki sistem pemerintahan monarki hingga kini. Kepala negaranya adalah seorang Emir Qatar yang bernama Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Sedangkan kepala pemerintahannya bernama Sheikh Abdullah bin Nasser bin Khalifa Al Thani. Sumber daya alam utama penggerak perekonomian di Qatar adalah minyak bumi dan gas alam yang bisa dibilang mampu menyerap mayoritas angkatan kerja di Qatar. Produk utama yang diproduksi Qatar meliputi olahan minyak bumi, gas alam cair, pupuk, petrokimia, dan baja. Dari berbekal sumber daya alamnya ini, mereka bisa dibilang sangat memanjakan dan menyejahterakan rakyatnya, seperti yang bisa kita lihat sampai sekarang. Saking sejahteranya, berdasarkan fakta yang saya dapat dari rekan bisnis saya itu, negara Qatar bisa memberikan tanah dan rumah seluas 3.000 meter untuk rakyat kurang mampu yang akan menikah. Tapi karena di Qatar tidak ada orang yang tidak mampu atau yang kurang mampu, maka mereka gengsi kalau dikasih, alhasil mereka membelinya. Bisa dibilang Zakat Infak Sedekah (ZIS) semuanya dikirimkan ke negara lain. Jika kotak amalnya bertuliskan Mesir, maka dikirim ke Mesir. Jika kotak amalnya bertuliskan Palestina, maka dikirim ke Palestina. Karena di Qatar tidak ada penduduk yang miskin. Sungguh amazing.

Saya jadi teringat dengan fakta di Indonesia, dimana banyak orang yang tidak mampu hanya bisa mengandalkan rumah kontrakan (karena membeli rumah sendiri mereka belum mampu), yang lebih parahnya lagi, demi mendekatkan tempat tinggal mereka dengan tempat bekerja mereka di Jakarta, banyak yang membangun pemukiman kumuh yang asal-asalan sehingga rentan dengan penyakit karena sanitasi tidak bersih dan sering kena banjir. Adapula yang tinggal di kolong jembatan yang jauh dari kata aman dan nyaman. Agaknya baru dari satu contoh ini saja, saya bisa bilang sangatlah jauh perbedaan kesejahteraan rakyat di Qatar dengan Indonesia. Coba kita simak lagi apa perbedaan kedua negara ini dan apa yang bisa kita pelajari dari Qatar.

Qatar memiliki taman-taman kota yang bersih dan nyaman, jalan yang mulus dan lebar-lebar. Jalan tolnya saja bisa 8 lajur dan yang pasti tolnya itu nggak ada yang macet, nggak ada yang bolong, dan nggak bayar kalau kita lewat alias tol gratis. Polisi nggak ada yang nangkring di jalan. Tapi kalau ada kejadian kecelakaan mereka langsung sigap muncul, karena CCTV ada dimana-mana. Kalau seandainya Anda iseng mencoba untuk melanggar rambu di jalan atau melanggar batas kecepatan maksimum di jalan, nggak bakalan ada polisi yang menyetop kendaraan Anda atau mengejar Anda. Tapi jangan aneh kalau besoknya ada surat tilang yang dilayangkan ke rumah Anda dan denda cukup besar telah menunggu Anda. Hehehe...

Tempat rekreasi di Qatar juga unik, bersih, dan pasti nggak bayar. Ada tempat rekreasi yang diperuntukkan untuk umum, lalu untuk keluarga yang sudah mempunyai anak, dan untuk yang masih lajang. Begitu mendengarnya saya langsung berpikir, mengapa ya harus seperti itu pembagiannya. Cuma setelah saya renungkan dan pikirkan lebih mendalam lagi memang pembagian itu baik dan benar, karena apa-apa yang baik buat dilihat orang dewasa, belum tentu baik buat dilihat oleh anak-anak, semua itu diberlakukan supaya dalam berekreasi warga Qatar merasa aman, nyaman, tertib dan teratur.

Di Qatar selain tempat rekreasi dan tol yang nggak bayar, listrik juga nggak bayar. Untuk rumah sakit rata-rata warganya berasuransi, seperti halnya program BPJS di Indonesia, namun ini layanannya bagus sekali. Hanya untuk sekolah swasta saja yang mesti bayar kata rekan saya ini. Sedangkan untuk sekolah negerinya dibiayai negara alias gratis dan mendapat layanan transportasi bis sekolah untuk antar jemput dan makan gratis di sekolah.

Dari semua hal di atas, ada 4 poin penting yang membuat saya tercengang bukan kepalang ketika membahas tentang Qatar dengan rekan saya ini. Poin pertama, Qatar sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat setiap warga negaranya, terutama wanita. Sampai-sampai jika di jalan Anda hendak mengambil foto pemandangan, namun tanpa disengaja Anda sempat mengambil sepotong gambar wanita asli Qatar dan kemudian wanita itu tidak suka Anda melakukan hal itu, maka ia bisa menuntut Anda ke pengadilan, Anda bisa dikenakan denda yang cukup besar. Laki-laki Qatar bisa memiliki istri dua hingga empat orang. Namun, istri yang pertama haruslah wanita asli Qatar. Sedangkan wanita Qatar sangat susah untuk bisa menikah dengan orang asing. Saya kira semua ketentuan ini pastinya dibuat ada manfaatnya, tidak mungkin tidak bermanfaat, yakni untuk menjaga harkat dan martabat wanita, menjaga garis keturunan biologis dan garis keturunan harta dengan baik.

[caption id="attachment_377236" align="aligncenter" width="300" caption="Wanita Qatar (sumber: http://feisafirmansyah.files.wordpress.com)"]

14165857531700150725
14165857531700150725
[/caption]

Poin kedua, harga bensin per liter di Qatar hanya 1 Riyal saja atau sekitar Rp.3.200,- kalau di-kurskan sekarang ke mata uang Rupiah. Padahal kelas bensinnya itu bisa kelas pertamax plus plus lho. Oktannya bisa mencapai 98 atau 99. Pantas saja mobil di Qatar mayoritas besar-besar cc-nya. Ditunjang dengan bensin yang murah, jalan yang lebar-lebar bin mulus dan ternyata disana juga tidak ada yang namanya pajak kendaraan bermotor. Sehingga harga mobil bisa relatif lebih murah.

Ya benar. Di Qatar tidak ada yang namanya pajak. Karena pajak dianggap haram. Ini saya masukkan ke dalam poin ketiga yang membuat saya tercengang. Bagaimana mungkin negara dengan layanan sosial dan fasilitas modern yang komplit seperti ini bisa hidup tanpa ada pemasukan dari pajak? Darimana uang untuk belanja pemerintahannya? Bayar gaji pejabat pemerintahan, dan lain-lainnya? Ini nanti saya coba kupas lebih dalam di segmen ‘Berguru dari Qatar’ya.

Poin keempat, tenaga kerja asing yang bekerja di Qatar setidaknya bisa punya dua mobil sekelas Fortuner dan Harier. Fakta ini didapatkan rekan bisnis saya ketika mewawancarai seorang tukang sapu berkebangsaan Filipina yang tampak turun dari mobil sekelas Fortuner. Singkat cerita, mobil itu adalah miliknya dan yang menyetir adalah istrinya tukang sapu tersebut. Menurut pengakuan tukang sapu tersebut, ia memiliki dua buah mobil yang kadang dipakai olehnya ataupun istrinya. Benar-benar amazing bukan?



Berguru dari Qatar

Dari kesemua fakta di atas tentang Qatar, saya kadang berpikir sembari bertanya dalam hati, mengapa bisa ada negara yang seperti itu sejahteranya? Sampai-sampai kalau saya bisa bilang, penggambaran kesejahteraan rakyat Qatar seperti sekeping surga dunia, padahal letaknya di daerah tandus gurun pasir yang panas seperti itu dan bisa dibilang sumber daya alam utamanya mengandalkan minyak dan gas alam untuk saat ini. Mengapa di Indonesia yang sumber daya alamnya lebih beragam (mulai dari yang ada di permukaan bumi, di dalam bumi, sampai yang ada di permukaan laut dan di dalam laut), belum bisa sejahtera seperti gambaran kondisi di Qatar saat ini? Ternyata ada dua hal yang saya temukan dari pernyataan rekan saya ini dan hampir bisa dipastikan inilah jawabannya. Yang pertama, di Qatar tidak ada yang korupsi atau menyalahgunakan kekuasaaan untuk kepentingan pribadi apalagi kepentingan politik semata. Semuanya jujur dan sesuai dengan aturan. Yang kedua, hak-hak setiap warga negaranya sangat dilindungi, pihak asing boleh mendirikan usaha di Qatar, tapi harus bekerja sama dengan orang asli Qatar dan bos utamanya harus orang asli Qatar. Tidak boleh tidak. Dua hal inilah yang merupakan kunci jawaban dari kemajuan negara Qatar, mereka bisa berdikari secara ekonomi sehingga bisa menyejahterakan rakyatnya dengan maksimal, sehingga stabilitas ekonomi dan sistem keuangan juga lebih mudah untuk dijaga. Jelas kita perlu banyak belajar agar kejadian pahit yang pernah terjadi di Indonesia tidak terulang lagi di kemudian hari dan kita juga perlu revolusi mental dan reformasi birokrasi besar-besaran untuk bisa menerapkan dua hal tersebut di negara kita.



Literasi Keuangan

Fenomena yang diprediksi oleh ekonom akan terjadi di waktu yang akan datang adalah bank sentral Amerika (The Fed) yang mengindikasikan rencana mereka untuk segera menaikkan suku bunga di tahun 2015 dan generasi baby boomers yang akan menapaki masa pensiunnya di tahun 2016 dan otomatis akan mengambil rekening pensiun mereka setiap bulannya dan memerlukan biaya pemeliharaan kesehatan yang besar untuk itu. Banyak pihak yang mengkhawatirkan akan terjadi capital out flow besar-besaran dan tentunya hal itu cukup mempengaruhi stabilitas sistem keuangan negara kita.

Kekhawatiran itu boleh-boleh saja, asalkan jangan terlalu berlebihan sehingga menutup mata kita terhadap pintu-pintu solusi yang ada dan bisa kita usahakan. Misalnya saja menuntaskan pembuatan kerangka kebijakan makroprudensial untuk mengatur sistem keuangan yang dituangkan ke dalam Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (UUJPSK), melakukan check and balance yang ketat terhadap bank-bank besar yang penting dan lembaga lain terkait bank, terutama dalam pengendalian likuiditas dan pertumbuhan kredit, menerapkan aturan komponen permodalan yang dikaitkan dengan siklus keuangan (countercyclical capital buffer), dan menyempurnakan ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) yang berbasis loan to deposit ratio.  Solusi lainnya yang saya rasa penting dan urgent sekali untuk dilakukan Bank Indonesia (BI) bersama-sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), lembaga keuangan non bank, dan institusi keuangan lainnya adalah memberikan edukasi untuk meningkatkan angka literasi keuangan (melek finansial) kepada seluruh warga negara kita. Edukasi yang sifatnya komprehensif, terstruktur, dan berkelanjutan. Terutama sekali untuk meningkatkan literasi keuangan wanita Indonesia yang terbilang cukup rendah di Asia. Padahal wanita diakui sangat memegang peranan penting dalam berbagai keputusan keuangan baik dalam lingkup rumah tangga maupun dalam lingkup bisnis.

Intinya, jikalau buta huruf diberantas dengan program pendidikan formal 9 tahun dan ditingkatkan menjadi pendidikan formal 12 tahun, maka buta finansial ini juga perlu diberantas dengan program yang terstruktur dan komprehensif layaknya program pemberantasan buta huruf. Formatnya bisa apa saja misalkan melalui jalur pendidikan informal, ataupun melalui event-event rutin yang digelar di tempat-tempat strategis. Kegiatannya bisa melalui seminar interaktif, lomba debat mahasiswa seputar dunia keuangan, simulasi dunia saham, talkshow ataupun kuis berhadiah di televisi yang membahas subjek ini, dan salah satunya dengan lomba menulis di kompasiana  ini. Saya kira kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seputar peningkatan literasi keuangan ini harus terus digalakkan rutin dan didukung oleh semua stakeholder dunia keuangan, agar setiap warga negara Indonesia bisa berpartisipasi secara aktif dalam mewujudkan kemandirian bangsa (contoh concrete-nya dengan berinvestasi membeli saham perusahaan-perusahaan milik Indonesia di bursa saham Indonesia berbekal tingkat literasi keuangan yang baik) demi terciptanya stabilitas sistem keuangan di masa depan yang lebih baik.



Pemberdayaan Zakat dan Wakaf

Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mayoritasnya adalah muslim, tentunya membuat potensi ekonomi dan keuangan syariah untuk bertumbuh lebih besar di Indonesia. Salah satu hal yang saat ini tengah dikembangkan di Indonesia adalah pengelolaan zakat dan wakaf yang berstandar internasional. Dari sumber detik finance menyebutkan bahwa zakat yang berhasil dikumpulkan setiap tahun baru mencapai Rp 3,7 triliun, sementara potensinya bisa mencapai Rp 217 triliun. Bayangkan jika dana Rp 217 triliun setahun tersebut dikelola dengan amanah dan profesional oleh lembaga zakat di Indonesia, digunakan untuk pengembangan pendidikan, kesehatan, usaha mikro kecil menengah (UMKM), pastinya pelan-pelan kebodohan, kemiskinan, ketidakberdayaan yang terjadi di Indonesia saat ini bisa diberantas secara sistemik sampai ke akar-akarnya.

Maka saya sangat setuju sekali pada program di beberapa lembaga pengelola zakat yang profesional (contohnya Rumah Zakat-RZ, Dompet Dhuafa-DD, dan lembaga lainnya) yang memberlakukan jika dengan kita berzakat mampu mengurangi jumlah pajak yang kita bayarkan per tahunnya. Karena setiap zakat, infak, sedekah, dan wakaf yang kita keluarkan selalu direkap secara komputerisasi oleh mereka dan dikirimkan via email ke alamat email kita. Awalnya niat mengharapkan pahala dan ridho Ilahi, eh tahunya dapat bonus tambahan bisa dapat pengurangan pajak. Kan lumayan. Hehehe...

Lembaga pengelola zakat dan wakaf ini saya harapkan juga bisa bekerjasama dengan institusi keuangan lainnya secara lebih intens (seperti halnya yang saya dengar hari ini di salah satu gerai Rumah Zakat di Bogor, bahwa ada program kerjasama Rumah Zakat dengan Adira Finance) ataupun dengan program-program pemberdayaaan masyarakat yang diinisiasi oleh masyarakat itu sendiri, salah satu contoh yang saya maksud adalah program klinik asuransi sampah yang digagas oleh dokter muda Gamal Albinsaid, dimana kita bisa mendapatkan akses layanan kesehatan primer dengan modal premi yang kita bayarkan berwujud sampah.

Saya juga sependapat dengan cita-cita Bank Indonesia (BI) untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat keuangan syariah dunia. Itu semua bisa terjadi, asalkan kita semua kompak dan bersatu. Banyak pihak yang menyebutkan bahwa keuangan syariah berlaku universal, karena tidak hanya umat muslim saja yang mengakui keunggulannya, banyak pula kalangan non muslim yang mengkajinya, menemukan kesesuaian dan mengakui keunggulannya, salah satu keunggulan keuangan syariah yang menarik perhatian khalayak karena didasarkan pada prinsip-prinsip etis yang diapresiasi setiap orang, yaitu gotong-royong dan keadilan.

Selain itu, banyak pula negara dengan populasi Muslim minoritas, seperti Singapura, Hong Kong, Korea, dan Australia, menganggap keuangan syariah menjadi bagian yang kian penting dalam sistem keuangan mereka. Karena keuangan syariah menciptakan keberagaman lembaga keuangan yang kian besar dan menarik sumber dana lebih luas, terutama dari Timur Tengah.



Kesimpulan

Dengan belajar dari kejujuran dan kemandirian rakyat Qatar, peningkatan literasi keuangan, pemberdayaan zakat dan wakaf, dan pengembangan industri keuangan syariah di Indonesia kita harapkan bisa menjadi salah satu solusi dari sekian banyak solusi lainnya yang tentunya telah disiapkan oleh Bank Indonesia dalam menciptakan stabilitas sistem keuangan di Indonesia.



[caption id="attachment_377238" align="aligncenter" width="300" caption="Quote of The Day"]

14165861621700621338
14165861621700621338
[/caption]

Sumber Referensi:

-Buku Pintar Keuangan Syariah oleh Daud Vicary Abdullah dan Keon Chee, 2012.

-Narasumber Bapak Hartomo Darso Sumarto untuk cerita gambaran kondisi di Qatar.

-http://finance.detik.com/read/2014/11/20/193607/2754827/5/bi-punya-mimpi-indonesia-jadi-pusat-keuangan-syariah-dunia

-http://finance.detik.com/read/2014/11/07/134143/2741947/5/ekonomi-syariah-bisa-jadi-alat-pemberantas-kemiskinan

-http://id.wikipedia.org/wiki/Qatar

-http://keuangan.kontan.co.id/news/bi-dorong-uu-jpsk-untuk-terbit

-http://www.google.com/maps/place/Qatar

-http://www.rimanews.com/read/20110616/31898/data-fakta-sby-boed-neolib-inilah-solusi-rizal-ramli-untuk-indonesia-lebih-baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun