Mohon tunggu...
Annisa Nurul Insani
Annisa Nurul Insani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hobi make up

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Puisi "Cermin 1" Karya Sapardi Djoko Damono yang Penuh Makna

5 November 2024   07:11 Diperbarui: 5 November 2024   07:18 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang penyair ulung, Sapardi Djoko Damono punya kemampuan luar biasa dalam mengubah hal yang rumit menjadi sederhana dan mudah dipahami. Puisinya merupakan cerminan kehidupan yang menyentuh hati banyak orang.
Salah satu puisi Sapardi Djoko Damono yang penuh makna yaitu berjudul "Cermin 1", berikut puisi serta makna yang terdapat pada puisi "Cermin 1"

Cermin (1)
Cermin tak pernah berteriak;
ia pun tak pernah meraung, tersedan, atau terhisak,
meski apa pun jadi terbalik di dalamnya;
barangkali ia hanya bisa bertanya:
mengapa kau seperti kehabisan suara?
(Damono 1994)
Pada larik pertama "Cermin tak pernah berteriak"

Memiliki makna Cermin hanya memantulkan apa yang ada di depannya, tanpa suara. Meski kita berteriak di depannya, bayangan kita hanya akan meniru ekspresi kita, tidak ikut bersuara. Cermin adalah benda mati, tugasnya hanya memantulkan, walau ia harus memantulkan barang yang ia tidak suka, dan cermin tidak akan pernah merespon.
Pada larik kedua dan ketiga " ia pun tak pernah meraung, tersedan, atau terhisak, meski apa pun jadi terbalik di dalamnya; "

Memiliki makna Cermin itu tak pernah meraung, terisak, atau menunjukkan kesedihan, meski apa pun yang terlihat di dalamnya terbalik. Sifatnya sebagai benda mati membuatnya tak mampu merasakan atau mengekspresikan apa pun. Walau kita membuat goresan kepadanya, ia tak akan meraung, dan ia tak dapat mengungkapkan perasaan serta emosi karena sudah dilukai. Ia hanya memantulkan apa yang ada di depannya, tanpa bisa memberikan komentar atau reaksi.
Pada larik empat dan lima " barangkali ia hanya bisa bertanya: mengapa kau seperti kehabisan suara? "

Memiliki makna: Ketika cermin seakan bertanya, "Mengapa kau seperti kehabisan suara?", kita melihat cermin diibaratkan sebagai manusia. Padahal, cermin hanya benda mati yang memantulkan. Jadi Sapardi ingin kita menyadari bahwa manusia seringkali merasa terbatas dan tidak berdaya, seperti bayangan yang tak bisa berbuat apa-apa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun