Mohon tunggu...
Annisa Nur Hidayati
Annisa Nur Hidayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Sedang menempuh pendidikan di prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Memiliki ketertarikan pada bidang opini, puisi, wisata, tradisi, kuliner, dan tanaman.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Tradisi Obrog Sarat Akan Makna

22 April 2021   21:43 Diperbarui: 22 April 2021   22:07 1747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : infopublik.id

Ramadan tahun ini, lebih tepatnya Ramadan 1442 H masih dalam keadaan pandemi Covid 19. Tahun lalu kegiatan Ramadan sama sekali hanya boleh diadakan dengan PSBB yang sangat ketat, namun pada saat ini sedikit ada kelonggaran dalam menyambut kedatangan Bulan Suci Ramadan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag) Fuad Nasar. Beliau mengatakan, ketentuan itu sesuai dengan Surat Edaran (SE) Menteri Agama tentang Panduan Ibadah pada Ramadan dan Idul Fitri 1422 Hijriah. "Shalat tarawih, witir, tadarus Al Quran, dan iktikaf hanya boleh dilaksanakan di masjid atau mushala yang berada di zona aman, yakni zona kuning dan zona hijau," ujar Fuad saat memberikan paparan secara virtual pada rapat koordinasi penanganan Covid-19 nasional yang ditayangkan YouTube Pusdalops BNPB pada Minggu (11/4/2021).

            TRADISI PENUH MAKNA

Dalam menyambut bulan suci penuh berkah ini, masyarakat di Indonesia memiliki berbagai macam tradisi. Mulai dari menyambut bulan Ramadan dengan padusan, bertukar apeman, obrog-obrog, ngabuburit, takbir keliling, hingga halal bihalal. Pada tiap daerah memiliki keunikan sendiri dalam menyebutkan tradisi-tradisi tersebut. Cirebon dan Indramayu memiliki sebutan obrog-obrog untuk serombongan orang yang akan berkeliling lingkungan tempat tinggal untuk membangun warga agar tidak terlambat sahur. Rombongan orang memiliki umur yang bermacam baik remaja hingga orang tua ikut andil dalam kegiatan tersebut. Biasanya mereka melakukan dengan berkeliling sembari memukul bedug atau galon dan berteriak "sahur sahur sahur". Selain untuk membangunkan warga, tradisi ini juga mampu membangkitkan semangat untuk berpuasa dan menjalin silaturahmi antar sesama.

Asal-usul tradisi membangunkan sahur sendiri telah ada dari zaman Rasulullah SAW, dahulu dilakukan dengan mengumandangkan azan sebagai pengingat waktu sahur. Tradisi tersebut dilanjutkan oleh Abdullah bin Ummi Maktum mengumandangkan adzan sebagai tanda berakhirnya waktu sahur. Setelah zaman Rosulullah, bangsa Arab menggunakan lentera dan gendang sebagai bunyi-bunyian untuk membangunkan orang makan sahur hingga akhirnya diadaptasi oleh masyarakat Indonesia dengan ngarak bedug untuk membangunkan masyarakat Betawi yang pada saat itu masih berbentuk rawa-rawa sulit ditembus suara manusia.

            PANDEMI, KESERUAN MEMUDAR ?

Berbeda dengan saat ini, kegiatan Ramadan tahun ini cenderung lebih mengikat masyarakat agar tidak berkerumun. Boleh melakukan sholat jamaah namun hanya untuk warga sekitar, pemberian jarak antar shaf untuk sholat, pengadaan pengajian yang hanya boleh didatangi 50% orang saja, pembatasan pengadaan pasar Ramadan, hingga meniadakan takbir keliling merupakan upaya untuk menghindari penyebaran virus Covid 19.  Namun apakah tersebut lantas mengurangi rasa kita dalam menyambut Bulan Suci? Jelas jawabannya adalah tidak. Beberapa masyarakat mulai berinovasi dengan mengandalkan teknologi, seperti mengadakan pengajian secara online melalui ruang virtual. Tidak hanya itu, bahkan pembagian takjil secara drive thru juga dilakukan untuk menghindari adanya kerumunan masa.

Hal ini juga mengubah tradisi obrog-obrog yang awalnya membangunkan orang sahur dengan berkeliling menjadi menggunakan pelantang suara masjid. Beragam cara dilakukan untuk membangunkan orang sahur, seperti hanya mengucapkan "sahur sahur sahur" hingga menggunakan nada maupun rekaman suara yang unik. Hal-hal tersebut diharapkan agar masyarakat juga bisa tetap merasakan vibes hadirnya Bulan Suci Ramadan. Jadi, bagaimana di lingkungan rumah sobat sekalian. Cara unik apa yang dilakukan dalam menyambut Bulan Suci Ramadan kali ini? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun