Kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan dari tahun 2020 hingga 2024, dengan jumlah kasus yang terus meningkat. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target untuk menurunkan insidensi TBC menjadi 65 per 100.000 penduduk pada tahun 2030, dengan rencana eliminasi TBC pada tahun 2030 dan pengakhiran epidemi pada tahun 2050. Namun, pencapaian ini terhambat oleh berbagai tantangan, termasuk kurangnya deteksi dini dan pengobatan yang berbasis bukti.
Pernyataan ini relevan dengan prioritas masalah kesehatan yang terjadi di UPTD Puskesmas Pandanaran Kota Semarang, yaitu Cakupan Keberhasilan Program Pengobatan Pasien Tuberkulosis Sensitif Obat (SO) di Wilayah Kerja yang belum mencapai target. Dari 54 orang yang ditargetkan, hanya 50 orang yang berhasil menyelesaikan pengobatan TBC nya hingga sembuh tuntas. Meskipun hanya 4 pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan, tetapi pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan tersebut dapat menjadi sumber penyebaran TBC di wilayah sekitarnya, sehingga akan meningkatkan prevalensi TBC yang sekaligus dapat menurunkan derajat kesehatan.
Maka dari itu, dalam program PKL MBKM SKM Penggerak ini, mahasiswa melakukan intervensi sebagai upaya mempengaruhi pemikiran populasi yang sehat untuk lebih sadar tentang bahaya TBC dan penderita TBC untuk semangat menjalani pengobatan hingga sembuh. Intervensi yang dilakukan berupa penayangan konten video yang berjudul "Ketus Puspa", yang artinya Kendalikan Tuberkulosis di Puskesmas Pandanaran. Video konten tersebut kemudian disebarluaskan melalui YouTube Puskesmas Pandanaran yang dapat diakses melalui @puskesmaspandanaran1514. Sasaran dari video konten ini adalah seluruh pengguna YouTube, khususnya masyarakat kota Semarang dan wilayah kerja UPTD Puskesmas Pandanaran yang dapat mengakses video konten melalui aplikasi YouTube.
Materi yang diulas dalam video seputar TBC Paru, meliputi sumber penyakit, cara penularan, gejala, faktor risiko, pencegahan, metode diagnosa, fase pengobatan, dan pentingnya menjalankan patuh pengobatan.Â
Dari penayangan video konten tersebut, terdapat orang-orang yang berkomentar bahwasanya video konten "Ketus Puspa" sangat informatif, bermanfaat, dan mudah dipahami. Dengan adanya video konten "Ketus Puspa" ini, diharapkan dapat mempengaruhi pemikiran seluruh populasi yang sehat untuk lebih sadar tentang bahaya TBC yang dibuktikan dengan perilaku sadar berobat hingga tuntas ke faskes terdekat jika mengalami gejala TBC, ataupun dengan mengetahui seberapa beratnya beban pengobatan TBC yang dijalankan, diharapkan dapat bersedia menjadi pengawas minum obat penderita TBC dan mendukung sepenuhnya hingga sembuh total. Selain itu, bermanfaat bagi penderita TBC untuk semangat menjalani pengobatan hingga sembuh.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H