Mohon tunggu...
Annisa Nafira
Annisa Nafira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa PGSD Universitas Pendidikan Indonesia yang memiliki minat khusus dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis ICT (Information and Communication Technology). Memiliki keyakinan yang kuat bahwa teknologi dapat menjadi alat efektif dalam meningkatkan pengalaman belajar siswa dan memfasilitasi pemahaman yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Transformasi Penerbitan Buku: ESBN Sebagai Alternatif Modern untuk ISBN

11 Oktober 2024   16:31 Diperbarui: 11 Oktober 2024   16:50 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di era digital yang semakin berkembang ini, industri penerbitan buku mengalami transformasi besar-besaran seiring dengan perkembangan teknologi digital. Salah satu perubahan yang signifikan yang muncul ialah pengenalan  tidak terlepas dari perubahan besar. Salah satu perubahan signifikan yang muncul adalah Educational Serial Book Number (ESBN) sebuah inovasi yang menawarkan alternatif modern terhadap International Standard Book Number (ISBN).  Sistem ESBN hadir untuk menjawab tantangan penerbitan buku digital yang lebih fleksibel dan efisien. Salah satu lembaga yang turut memfasilitasi pengajuan ESBN ini adalah Virtual Education Academy (VEA), yang menjadi jembatan bagi penulis dan penerbit mandiri di Indonesia dalam memanfaatkan sistem ESBN.

Mengenal ESBN: Solusi Modern Penerbitan Digital

ESBN merupakan sistem pengkodean buku digital yang mirip dengan ISBN, namun dirancang khusus untuk penerbitan digital. Jika ISBN selama ini digunakan untuk memberi identifikasi unik pada buku cetak dan beberapa buku elektronik, ESBN difokuskan pada media digital, khususnya e-book, yang berkembang pesat di pasar literasi global.

ISBN memerlukan proses registrasi yang lebih panjang dan biaya yang tidak sedikit. Di Indonesia, ISBN hanya bisa diperoleh melalui Perpustakaan Nasional, yang sering kali memerlukan waktu pengurusan dan biaya administrasi. ESBN, di sisi lain, memungkinkan penulis dan penerbit untuk mendapatkan kode pengenal secara cepat dan mudah, terutama untuk publikasi digital.

Perbedaan mendasar antara ISBN dan ESBN terletak pada kemudahan proses dan fleksibilitas penggunaan. ISBN mengharuskan penerbit atau penulis individu untuk mendaftar melalui lembaga resmi seperti Perpustakaan Nasional atau agensi ISBN setempat. Proses ini terkadang memerlukan biaya yang tidak sedikit serta waktu yang cukup lama. Di sisi lain, ESBN menawarkan proses yang lebih cepat dan sering kali tanpa biaya, sehingga sangat cocok untuk penerbit independen dan penulis yang ingin memasarkan karya mereka secara digital.

Mengapa ESBN Diperlukan?

Kebutuhan akan ESBN semakin mendesak dengan pertumbuhan pesat penerbitan digital. Banyak penulis yang kini memilih untuk menerbitkan karya mereka dalam bentuk e-book tanpa melalui penerbit tradisional. Dalam konteks ini, ESBN memberikan solusi dengan menyediakan identifikasi unik yang mudah diakses, tanpa melalui birokrasi yang kompleks.

Selain itu, ESBN memberikan akses yang lebih inklusif bagi penulis dan penerbit di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Dengan ISBN, sering kali ada batasan dari segi biaya dan akses, yang membuat penerbitan buku digital menjadi lebih sulit bagi penulis mandiri. ESBN, yang dirancang untuk mengakomodasi pasar global, mengatasi hambatan tersebut dan membuka kesempatan lebih luas bagi kreativitas.

Virtual Education Academy (VEA): Mitra Fasilitator ESBN

Sebagai lembaga yang berfokus pada pendidikan dan literasi digital, Virtual Education Academy (VEA) turut berperan penting dalam memfasilitasi penulis dan penerbit lokal untuk mengajukan ESBN. VEA telah membantu banyak penulis, khususnya yang belum memiliki pengalaman dalam mengurus penerbitan digital, dengan memberikan pendampingan dan layanan pengajuan ESBN yang mudah dan cepat.

Melalui VEA, penulis tidak hanya mendapatkan nomor ESBN untuk karyanya, tetapi juga panduan lengkap tentang cara memaksimalkan potensi publikasi digital. VEA membantu penulis memahami strategi penerbitan modern, termasuk cara menjangkau audiens global melalui platform e-book internasional.

Mengapa ESBN Semakin Diminati?

Beberapa faktor yang menjadikan ESBN semakin diminati di kalangan penulis dan penerbit, khususnya yang bergerak di dunia digital, antara lain:

1. Proses yang Mudah dan Cepat

Tidak seperti ISBN yang memerlukan waktu pengurusan beberapa minggu hingga bulan, ESBN dapat diperoleh dengan proses yang jauh lebih cepat, bahkan dalam hitungan hari. Dengan bantuan VEA, penulis dan penerbit dapat segera mendaftarkan karyanya tanpa harus terjebak dalam birokrasi yang rumit.

2. Biaya yang Lebih Terjangkau
ISBN umumnya memerlukan biaya registrasi yang bisa memberatkan penulis mandiri atau penerbit kecil. ESBN, di sisi lain, sering kali tersedia tanpa biaya atau dengan biaya yang jauh lebih rendah, membuatnya lebih terjangkau bagi penulis yang ingin menghemat anggaran.

3. Fleksibilitas untuk Penerbitan Digital
ISBN dirancang untuk buku cetak, sementara ESBN dikhususkan untuk publikasi digital. Ini menjadikan ESBN lebih relevan bagi penulis e-book atau penerbit konten digital yang berkembang pesat di era internet ini. ESBN memberikan penulis identifikasi unik yang mudah diintegrasikan ke platform digital.

Peran Virtual Education Academy dalam Transformasi Penerbitan

Virtual Education Academy (VEA) berkomitmen untuk memberdayakan penulis lokal di Indonesia agar mampu bersaing di tingkat global melalui penerbitan digital. Selain memfasilitasi pengajuan ESBN, VEA juga menyediakan berbagai pelatihan dan edukasi seputar literasi digital, strategi pemasaran e-book, dan pemanfaatan teknologi dalam dunia penerbitan.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak penulis yang berhasil menerbitkan karya mereka melalui platform digital setelah mendapatkan dukungan dari VEA. Mereka tidak hanya dibekali dengan ESBN, tetapi juga dilatih untuk memanfaatkan media digital secara optimal. Dengan adanya dukungan seperti ini, penulis di Indonesia dapat memperluas jangkauan karya mereka ke pembaca internasional tanpa terhalang oleh kendala administrasi dan biaya.

Masa Depan Penerbitan Digital dengan ESBN

Keberadaan ESBN menjadi solusi bagi berbagai masalah yang selama ini menghambat penerbitan digital di Indonesia, terutama bagi penulis independen. Dengan adopsi ESBN yang semakin meluas, baik di kalangan penulis maupun penerbit, masa depan penerbitan digital tampak semakin cerah.

VEA, sebagai salah satu lembaga yang aktif memfasilitasi pengajuan ESBN, memegang peran penting dalam mendukung transformasi ini. Melalui layanan mereka, penulis dan penerbit di Indonesia bisa lebih mudah menavigasi dunia penerbitan digital yang dinamis. Dengan ESBN, penulis kini memiliki alat yang lebih praktis dan terjangkau untuk menerbitkan karya mereka, sekaligus memperluas dampak literasi di era digital.

Transformasi penerbitan buku menuju era digital semakin jelas terlihat dengan hadirnya ESBN sebagai alternatif modern untuk ISBN. Dibantu oleh Virtual Education Academy (VEA), proses pengajuan ESBN menjadi lebih mudah dan cepat, membuka peluang lebih luas bagi penulis dan penerbit lokal untuk bersaing di kancah global. Dengan adopsi ESBN, masa depan penerbitan buku digital di Indonesia semakin cerah, membawa harapan baru bagi literasi dan pendidikan di era teknologi ini.

Annisa Nafira - Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun