HARI BAHAGIAKU
Terdengar suara mobil masuk pekarangan rumah, bersaama rintik hujan malam ini. Aku segera meraih kerudungku, lalu berlari bergegas membuka pintu. Karena tak akan salah lagi, mas Indra ku yang datang.
“Kok ga ngomong sih mau kesini?” Tanyaku saat ia baru menginjakkan kaki di teras rumah.
“Kalo engga ngomong, ga boleh kesini nih?” Ledeknya sambil menyodorkan plastik berisi martabak telor.
“Habis, udah lama ndak kesini, senja pikir nyasar ke rumah siapa” Jawabku membuka candaan, dia hanya geleng-geleng kepala, lalu mengikuti ku masuk ke ruang tamu.
Mas Indra sudah dekat dengan keluargaku, begitupun aku, juga sudah sering bertamu ke rumahnya, sudah kenal dengan ibu dan adik-adiknya. Hubungan kami sudah masuk tahun ke-5. Jadi seharusnya jika tidak ada halangan, pertengahan tahun depan kami berencana untuk menikah. Awal tahun menjadi rencana acara lamaran kami.
“Gimana kerjaan, aman Ndra?” Tanya Bapak yang baru selesai sholat isya
“Alhamdulillah Pak, lagi dikasih banyak rejeki untuk lembur” Mas Indra menjawab sembari mencium tangan bapak.
“Alhamdulillah, tapi inget, tetep jaga kesehatan Ndra, kalo kamu sakit anak Ibu sedih, Ibu jadi ikut sedih” Guyon ibu yang datang membawa teh hangat dan martabak yang dibeli mas Indra.
“Jadi gimana, kalian sudah persiapa apa saja?” Ibu memulai pembicaraan tentang rencana cara lamaran kami, yang kurang lebih satu bulan lagi.