Mohon tunggu...
Annisa Qothru Nada
Annisa Qothru Nada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kata adalah Jiwa Sastra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Haru Puteri Seloka Dalam Naskah "Syair Raja Damsyik" Jilid IV

24 Oktober 2022   12:30 Diperbarui: 24 Oktober 2022   13:26 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manuskrip merupakan dokumen dalam bentuk apapun yang ditulis dengan tangan atau diketik, dan belum dicetak atau dijadikan buku tercetak yang berumur 50 tahun lebih. Manuskrip atau naskah kuno mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah dan ilmu pengetahuan. Naskah kuno harus dijaga dengan baik karena rentan mudah rusak karena naskah-naskah tersebut ditulis menggunakan lontar, daun nipah, dluwang (kulit kayu), perkamen (kulit kambing), dan lain sebagainya.

Salah satu manuskrip yang masih terjaga keasliannya adalah manuskrip “Syair Raja Damsyik Jilid IV” yang penulis temukan di Perpustakaan Nasional RI. Memiliki Nomor koleksi (W.260), Judul (Syair Raja Damsyik), Jumlah halaman (222 halaman), Bahasa (Melayu), Aksara (Arab Jawi), Bahan (Kertas Eropa), Cap kertas (Pro Patria Eiusque Libertate), Bentuk (Syair), Keadaan naskah baik, tulisan terbaca, dan ditulis dengan tinta hitam.

Syair Raja Damsyik merupakan saduran dari Hikayat Raja Damsyik, yang menceritakan seorang Raja yang bernama Ahsan al-Hasan, yang mempunyai dua orang putera Syah Firman dan Shayf al-Kamar. Diceritakan bahwa kedua putranya mengalami peristiwa tersesat di dalam hutan dan terpisah ke arah yang berbeda, dengan penuh perjuangan dan rintangan kedua putra Raja tersebut mencari arah jalan keluar dan diharuskan melewati berbagai tempat, ujian, dan orang-orang baru. Pada akhirnya kedua putra Raja bertemu kembali dengan membawa pengalaman, kisah, dan orang baru yang ditemuinya.

Dikisahkan dalam pengembaraannya di dalam hutan, Shayf al-Kamar bertemu dengan seorang putri dari suatu negeri yang dipimpin oleh Raja Salasila, karena kecantikan dan keelokan rupa yang dimiliki sang Puteri, Shayf al-Kamar tertarik dan memutuskan untuk mempersunting putri Raja Salasila. Pernikahan keduanya pun dilakukan, setelah memperistri Puteri Seloka, Shayf al-Kamar memutuskan untuk membawa sang istri bertemu ayah dan bundanya di Damsyik. Maka, Shayf al-Kamar meminta izin dan restu kepada Raja Salasila untuk membawa putri tercintanya, tertulis dalam syair “Shayf al-Kamar menjawab madah / Pertanyaan adinda puteri yang indah / Kakanda berniat lamalah sudah / Janganlah tuan berhati gundah / Abang bermohon kehadhirat ayahanda / Hendak membawa paduka adinda / Ke negeri Damsyik berjumpa bunda / Serta dengan duli baginda / “ (hlm. 169)

Puteri seloka tidak dapat menahan rasa sedih dan perihnya harus meninggalkan ayah dan bundanya, sebagaimaan tertulis dalam syair “Ketika didengar tuan puteri / Tidak menangis tiada terperi / Belum bercerai barang sehari / Dengan ayah bunda sendiri /” (hlm. 169). Shayf al-Kamar terus mencoba untuk membujuk Puteri Seloka agar tidak tenggelam dalam kesedihannya, begutu pula dengan Raja Salasila, ia terus membujuk dan menasihati Puteri Seloka untuk mengikuti perintah suaminya sebagaimana yang telah diajarkan oleh Syari’at, tertulis dalam syair “Nasihat ayahanda tuan dengarkan / Perkataan suami jangan dilalukan / Laku pekerti jangan yang bukan / Syariat nabi wajib diikutkan / Demikianlah orang laki isteri / Hendaklah taat setiap hari / Jangan sekali takaburkan diri / Syara’ manakah tiada memberi / Demikianlah fardhu di atas perempuan / Tegah suaminya jangan dilawan / Jika terungkap tidak ketahuan / Hilanglah nama anak bangsawan /” (hlm.171)

Mendengar petuah dan nasihat ayahanda, puteri Seloka pun mengikuti kehendak suaminya untuk pergi ke Damsyik, tempat raja Damsyik sang ayah mertua berada. Dengan penuh rasa pilu dan air mata Puteri Seloka, Shayf al-Kamar, dan Syah Firman pergi meninggalkan negeri Salasila dan menuju negara Damsyik, dengan diiringi beratus-ratus ribu pasukan rombongan pun sampai ke tempat tujuan, dan disambut oleh Raja Damsyik dengan penuh suka cita dan kebahagaiaan dalam menyambut kedua puteranya yang telah lama meninggalkan kerajaan.   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun