Mohon tunggu...
Annisa Hidayah Miladia
Annisa Hidayah Miladia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa jurusan ekonomi syariah dan saya memiliki minat dalam menulis artikel ilmiah, meskipun saya tidak sering membaca buku, saya suka mencari informasi terbaru lewat media sosial

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Opini : Keterbatasan Lapangan Kerja Yang Tersedia, Serta Pendidikan Yang Rendah Menjadi Faktor Utama Pengangguran di Indonesia

13 Desember 2024   00:34 Diperbarui: 13 Desember 2024   00:53 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pengangguran di Indonesia (Sumber : Medcom.id)

Keterbatasan lapangan kerja dan pendidikan yang rendah di Indonesia bukan hanya sekadar masalah sosial, tetapi sebuah krisis yang mengancam masa depan bangsa. Jika kita tidak segera menyadari bahwa pengangguran yang tinggi adalah cerminan dari kegagalan sistemik dalam menciptakan peluang kerja dan meningkatkan kualitas pendidikan, maka kita hanya akan melihat generasi muda kita terjebak dalam siklus kemiskinan dan ketidakpastian.


Keterbatasan lapangan kerja yang tersedia, dikombinasikan dengan rendahnya tingkat pendidikan, menjadi faktor utama pengangguran di Indonesia. Data menunjukkan bahwa pada Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia mencapai 4,91%, dengan jumlah pengangguran mencapai 7,47 juta orang (Tim Media Akses, 2024). Meskipun ada penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, angka ini masih jauh dari ideal dan menunjukkan bahwa banyak individu terjebak tanpa pekerjaan yang layak. 

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2021-Agustus 2024 (Sumber : Badan Pusat Statistik  (BPS))
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2021-Agustus 2024 (Sumber : Badan Pusat Statistik  (BPS))

Salah satu penyebab utama dari keterbatasan lapangan kerja adalah pertumbuhan ekonomi yang melambat. Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi global yang hanya mencapai 2,7% pada 2023 berdampak langsung pada kemampuan Indonesia untuk menciptakan lapangan kerja baru. Selain itu, peningkatan otomasi di berbagai sektor pekerjaan telah mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia. Diperkirakan bahwa pada tahun 2025, sekitar 85 juta pekerjaan akan hilang akibat otomatisasi dan kecerdasan buatan. (Puspita, 2024)

Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini.

1. Reformasi Pendidikan
Pendidikan yang berkualitas dan relevan sangat penting untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja. Pemerintah perlu melakukan reformasi mendalam dalam sistem pendidikan untuk memastikan bahwa kurikulum mencakup keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Ini termasuk peningkatan pendidikan vokasional dan pelatihan kerja yang lebih terarah, sehingga lulusan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri (Elfariani, 2023). Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan.
- Pendidikan Vokasional: Mendorong pengembangan program pendidikan vokasional yang lebih baik, dengan fokus pada keterampilan praktis yang dibutuhkan di sektor industri.
- Kurikulum yang Relevan: Mengembangkan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan industri untuk memastikan lulusan siap kerja.
- Pembelajaran Sepanjang Hayat: Mendorong masyarakat untuk terus belajar melalui kursus online, seminar, dan workshop.
2. Pembangunan Infrastruktur
Investasi dalam infrastruktur dapat menciptakan lapangan kerja baru secara langsung dan memicu pertumbuhan ekonomi di sektor terkait. Pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas publik lainnya tidak hanya menciptakan pekerjaan selama fase konstruksi tetapi juga meningkatkan aksesibilitas bagi bisnis dan industri. (Muallif, 2024)
3. Dukungan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
UKM merupakan salah satu pilar penting dalam menciptakan lapangan kerja. Pemerintah perlu memberikan insentif pajak, akses keuangan yang lebih baik, dan pelatihan kewirausahaan untuk mendorong pertumbuhan UKM. Dengan mendukung UKM, lebih banyak peluang kerja dapat tercipta di tingkat lokal. (P, 2024)
4. Investasi di Sektor Potensial
Pemerintah harus mendorong investasi di sektor-sektor yang memiliki potensi untuk pertumbuhan, seperti teknologi informasi, pariwisata, dan energi terbarukan. Kebijakan pro-bisnis, seperti penyederhanaan proses perizinan, dapat menarik investor untuk membuka usaha baru yang akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja. (Shofa, 2024)
5. Program Magang dan Pelatihan Kerja
Mendorong program magang yang terstruktur dapat memberikan pengalaman praktis bagi pencari kerja dan membantu mereka mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Selain itu, pelatihan kerja harus disesuaikan dengan kebutuhan industri untuk memastikan relevansi.
6. Penyuluhan Informasi Lowongan Kerja
Penyuluhan tentang informasi lowongan kerja harus dilakukan secara menyeluruh, terutama di daerah terpencil. Menyelenggarakan bursa tenaga kerja secara reguler dan mengembangkan portal pekerjaan online dapat membantu pencari kerja menemukan peluang dengan lebih mudah.
7. Peningkatan Literasi Teknologi
Dengan kemajuan teknologi yang pesat, penting bagi masyarakat untuk memiliki literasi digital yang baik. Penyuluhan tentang penggunaan teknologi dan akses ke pelatihan digital dapat membantu individu mempersiapkan diri untuk pekerjaan di era digital. (Grab, 2023)
8. Kebijakan Makroekonomi
Pemerintah dapat memberikan stimulus ekonomi untuk mendorong konsumsi dan investasi, serta menerapkan kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Subsidi untuk penciptaan lapangan kerja baru juga bisa menjadi langkah efektif dalam mengurangi pengangguran.


Di sisi lain, rendahnya kualitas pendidikan juga berkontribusi besar terhadap masalah ini. Banyak lulusan pendidikan menengah kejuruan (SMK) tidak memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), mayoritas pekerja di Indonesia masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan rendah, dengan 35,8% dari total pekerja tidak memiliki pendidikan lebih dari SD (Jelita, 2024). Hal ini menciptakan kesenjangan antara kualifikasi pencari kerja dan persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan.
1. Kesenjangan Keterampilan: Banyak lulusan baru tidak siap untuk memasuki dunia kerja karena ketidaksesuaian antara keterampilan yang diajarkan di sekolah dan kebutuhan industri. Survei menunjukkan bahwa banyak perusahaan mencari kandidat dengan keterampilan spesifik yang tidak diajarkan dalam kurikulum pendidikan formal.
2. Faktor Demografis: Dengan lebih dari dua pertiga populasi Indonesia berada dalam usia kerja, pertumbuhan angkatan kerja yang pesat tidak diimbangi dengan penciptaan lapangan kerja baru. Hal ini menyebabkan persaingan yang sangat ketat di pasar tenaga kerja.
3. Minimnya Investasi: Meskipun ada peningkatan investasi di Indonesia, banyak investasi tersebut masih berfokus pada sektor sumber daya alam dan ekstraktif, bukan pada sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat (Tim Media Akses, 2024). Ini menunjukkan perlunya perencanaan industri yang lebih baik untuk menciptakan peluang kerja yang berkelanjutan.
4. Kondisi Ekonomi Global: Ketidakpastian ekonomi global juga berperan dalam membatasi penciptaan lapangan kerja. Ketika perusahaan menghadapi tantangan ekonomi, mereka cenderung mengurangi perekrutan atau bahkan melakukan PHK.
5. Ekonomi Informal: Tingginya jumlah pekerja di sektor informal menunjukkan bahwa banyak orang terpaksa menerima pekerjaan dengan upah rendah dan tanpa jaminan sosial. Data menunjukkan bahwa sekitar 59% tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor informal. (Sulistyo, D. P., & Rebiyyah, S, 2024)
6. Keterbatasan Akses Pendidikan: Masyarakat miskin sering kali tidak memiliki akses ke pendidikan berkualitas, sehingga sulit bagi mereka untuk bersaing dalam pasar tenaga kerja. Kementerian Keuangan mencatat bahwa sekitar 25 juta orang hidup dalam kemiskinan. (Tim Media Akses, 2024)


Keterbatasan lapangan kerja dan rendahnya kualitas pendidikan adalah dua sisi dari koin yang sama dalam krisis pengangguran di Indonesia. Jika kita ingin mengubah nasib bangsa ini, kita harus berani mengambil langkah konkret untuk memperbaiki sistem pendidikan dan menciptakan peluang kerja yang lebih banyak dan lebih berkualitas. Pemerintah perlu fokus pada pengembangan program pelatihan keterampilan dan mendukung investasi di sektor-sektor yang dapat menyerap tenaga kerja secara efektif.

Mengatasi keterbatasan lapangan kerja di Indonesia memerlukan pendekatan multi-faset yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan. Dengan reformasi pendidikan, pembangunan infrastruktur, dukungan terhadap UKM, serta investasi di sektor potensial, Indonesia dapat menciptakan lebih banyak peluang kerja.

Langkah-langkah ini tidak hanya akan membantu mengurangi angka pengangguran tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Jika kita ingin melihat perubahan nyata dalam perekonomian Indonesia, maka kolaborasi antara semua pemangku kepentingan adalah kunci utama untuk mencapai tujuan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun