Kawan musim liburan akan segera tiba, ini adalah kesempatan baik untuk menghilangkan penat setelah mencari ilmu, kerja, dan kegiatan lainnya. Destinasi yang menyenangkan dan menyejukkan mata, salah satunya ialah wisata Pulau Kemaro yang melegenda!
Delta kecil yang berupa pulau ini seolah-0lah terapung di tengah perairan Sungai Musi, pulau ini selalu kering bahkan ketika air Sungai Musi sedang pasang, itulah mengapa pulau ini akrab disebut dengan Pulau Kemaro. Hanya berjarak 6 km atau sekitar 1 jam perjalanan dari Jembatan Ampera menggunakan kendaraan roda empat, dan berjarak 40 km dari Kota Palembang. Pulau ini terletak di daerah industri, yaitu di antara Pertamina Plaju, Pabrik Pupuk Sriwijaa, dan Sungai Garong.
Kawan harus tau biaya penyebrangan dari dermaga ke Pulau Kemaro!
Dari daratan kawan bisa sewa perahu ketek di dermaga untuk ke Pulau Kemaro dengan harga berkisar Rp. 50.000-, atau Rp. 70.000-, selain perahu ketek juga ada perahu lainnya lohh! Saat menyusuri perairan Sungai Musi kawan semua akan disuguhkan dengan pemandangan tradisional, ada rumah apung tradisional dan keadaan masyarakat Kota Palembang.
Ada apa saja ya kawan di Pulau Kemaro?
Pagoda berlantai 9 menjulang tinggi di tengah Pulau Kemaro menjadi daya tarik pulau ini, Pagoda dibangun tahun 2006. Selain itu di Pulau Kemaro terdapat sebuah kuil Buddha yang sering dikunjungi umat Buddha untuk berdoa dan ziarah ke peninggalan  (Saudagar Tionghoa) Tan Bun An dan (Putri) Siti Fatimah, di tempat ini juga terdapat vihara Cina yang sudah dahulu kala ada, disebut dengan (Klenteng Hok Tjing Rio) atau lebih terkenal dengan sebutan (Klenteng Kuan Im) berdiri sejak tahun 1962. Kemudian terdapat sebuah legenda tentang (Saudagar Tionghoa) Tan Bun An dan (Putri) Siti Fatimah.
Siapakah (Saudagar Tionghoa) Tan Bun An dan (Putri) Siti Fatimah?
Ada sebuah legenda pada zaman kerajaan Palembang, seorang Putri raja bernama Siti Fatimah yang di sunting oleh Saudagar Tionghoa yang bernama Tan Bun An. Siti Fatimah diajak kedaratan Tiongkok untuk melihat orangtua Tan Bun An, setelah disana beberapa waktu Tan Bun An beserta istri pamit pulang ke Kota Palembang, dan di hadiahi 7 (tujuh) buah guci oleh sang ibu.
Sesampai di perairan Musi dekat Pulau Kemaro Tan Bun An ingin melihat hadiah yang diberikan oleh sang ibu, begitu dibuka Tan Bun An kaget sekali karena isinya hanya sawi-sawi asin, kemudian tanpa berfikir Tan Bun An langsung membuanya ke sungai. Tetapi guci yang terakhir jatuh dan pecah diatas dek perahu layar, ternyata ada hadiah tersimpan berupa emas di dalamnya, Tan Bun An tidak banyak berfikir lagi ia langsung melompat ke sungai untuk mencari guci-guci tadi, seorang pengawal juga ikut terjun untun membantu. Melihat 2 (dua) orang tersebut tidak muncul Siti Fatimah pun ikut melompat untuk menolong, tapi ternyata ketiganya tidak muncul lagi ke permukaan, penduduk sekitar  sering mendatangi Pulau Kemaro untuk mengenang ketiga tokoh tersebut dan tempat tersebut dianggap tempat yang keramat sekali oleh masyarakat Kota Palembang.
Saat perayan Cap Go Meh wisatawan domestik maupun asing banyak berkunjung ke Pulau Kemaro, apalagi mereka yang beretnis Tonghoa. Nah kawan! Selain itu pasangan muda juga tidak mau kalah untuk berkunjung ke Pulau Kemaro ini, karena sebagian dari mereka percaya bahwa hubunan mereka akan langgeng seelah berkunjung ke pulau tersebut.