Mohon tunggu...
Annisa Malchan
Annisa Malchan Mohon Tunggu... -

Tuan atas pikiranku. Learning how to learn. UIN SUKA | Fishum | Psycho '16

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Kau Membuat Pesta Terbaik yang Takkan Kau Hadiri

6 Maret 2017   21:24 Diperbarui: 6 Maret 2017   22:15 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selamat hari Senin. Selamat hari Selasa. Selamat hari Rabu. Begitu seterusnya. Perempuan bertubuh mungil itu meletakkan kepalanya di meja. Tangan kanannya terlipat menahan agar kepalanya tidak menyentuh meja kayu yang keras secara langsung. Tangan kirinya yang mengenggam secarik kertas terkulai ke depan tanpa daya.

Perempuan itu menghela napas berkali-kali tapi tak kunjung mengangkat kepalanya. Ia tampak seperti sedang mencari jawaban atas suatu pertanyaan tapi tak segera menemukannya. Ia tampak lelah dan kusut. Gelas berisi kopi dingin yang mengembun di bagian luarnya semakin lama semakin cair es batunya; membuat kopinya meluber dan membuat tanda basah di sekitar gelas.

Hari, rapalnya tanpa mengangkat kepala. Mengapa diantara tiga ratus enam puluh lima harii harus ada beberapa yang diistimewakan? Kenapa bahkan harus ada hari lahir? Kenapa bahkan hari itu dianggap begitu mistik dan sakral sehingga harus dirayakan setiap tahunnya?

Dia sama sekali tak sedang menyesali keberadaannya di dunia ini atau bagaimana dia mewujud sebagai manusia dan menjadi bagian dari semesta. Tidak. Sejujurnya, dia mensyukurinya. Bahkan dia mensyukuri kehidupannya lebih dari siapa pun atau apa pun. Itulah mengapa ia begitu membenci perayaan hari-hari tertentu. Mempersiapkan diri selama berbulan-bulan untuk membuat pesta ulang tahun ketujuh belas? Itu hal terbodoh yang pernah ditemuinya dan masih dilangsungkan smpai sekarang oleh orang-orang yang dikenalnya—bahkan mengundangnya!

Bukankah seharusnya orang mensyukuri setiaphari yang dimilikinya? Siapa yang pernah menjamin seseorang akan berumur tujuh belas tahun lebih? Bagaimana jika enam belas tahun lebih sebelas bulan dan dua puluh sembilan hari? Ia selalu membayangkan seseorang yang mempersiapkan pesta untuk dirinya sendiri yang bahkan takkan dihadirinya.

Perempuan itu merapal satu puisi ciptaan rekan seusianya, “Tetesan itu / tak / tergantung di sana.”

Perempuan itu mengangkat kepalanya dan aku segera tahu siapa dia: Harper Lee yang sangat kucintai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun