Mohon tunggu...
Annisa Malchan
Annisa Malchan Mohon Tunggu... -

Tuan atas pikiranku. Learning how to learn. UIN SUKA | Fishum | Psycho '16

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selembar Roti dan Susu Hangat

22 November 2016   19:12 Diperbarui: 22 November 2016   19:19 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku ingat, hari biru yang meninggalkan tinta menyala warna merah di hati siapa saja yang ada. Lambaian tangan terasa terlalu berat. Semuanya tampak sakit. Semuanya terasa sakit. Kakiku mendadak hilang kekuatan, tak mampu lagi menopang tubuhku yang bobotnya turun. Hujan menyamarkan darah yang keluar dari sayatan di tanganku. Bahkan hujan pun ikut berduka dan sedih.Kalut yang akut. Aku berduka atas nama cinta. Kau pejamkan mata dan tiada. Kabut tebal merenggutmu dari apa-apa yang nyata. Kau bahkan tak berusaha meraih tanganku sebelum jatuh. 

Kau hanya pergi, bersama bau hujan yang hilang. Kubilang selamat jalan, tapi kau jawab kau pun akan datang.

Selembar roti dan susu hangat. Parthenon Athena runtuh. Apa yang tersisa dari sejarah hanyalah cerita. Itu pun tak akan bertahan lebih dari seabad. Tidak ada lagi bukti bahwa cerita-cerita itu benar. Tak bakal ada yang percaya bahwa sejarah itu pernah terjadi.Kau bersikap terlalu jauh. Menarik diri dan menghancurkan kepercayaanku. Membuat selubang luka di jantungku, lalu kau melebarkannya. Seperti Judas yang merogohkan tangannya ke dalam dada Al-Masih yang koyak, kau memukulku tepat di sana. Jika Judas melakukannya sebagai tanda penyesalan, kau melakukannya untuk membuatku menyesal menganggapmu ada.

Rikuh yang bergemuruh. Sesuatu terlepas dan aku tak tahu apa; dari apa atau bagaimana. Kurasa aku pernah mengenalnya tapi aku lupa. Jika kau mau menyebutnya rasa percaya, aku akan bilang kau bohong. Iya, aku tak percaya.

Selembar roti dan susu hangat. Kau tak berhenti belajar bagaimana membuatku begitu jatuh hati. Pun aku yang tak berhenti memperhatikan. Kau selalu bercerita ini-itu soal selembar roti dan susu hangat pagi hari—berapa banyak gigitan untuk menghabiskannya dalam sekian menit saja, berapa banyak gula dan mentega yang perlu ditambahkan, berapa derajat suhu pemanggang seharusnya, dan banyak hal remeh-temeh lainnya.Kau selalu bilang tidak ingin begitu, tetapi lingkunganlah yang membentuk. Kubilang itu aneh, kau bilang itu bentuk lain dari kecerdasan perasa.

Tapi apapun, kita menikmati setiap lembar roti panggang dan susu hangat pagi hari kita. Meja kayu ceri kita beraroma manis. Lampu gantung sedikit remang ketika kita sarapan pagi buta untuk mengejar jadwal. Tapi apa pun, kita menikmatinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun