Pendidikan di Indonesia sering kali menjadi topik perdebatan yang hangat. Salah satu kritik yang sering muncul adalah bahwa sistem pendidikan kita lebih banyak menghasilkan orang pintar dari pada orang terdidik. Apa maksud dari pernyataan ini?
Dewasa ini, banyak orang ditangkap atas kasus besar seperti korupsi, suap dan masih banyak lagi. mirisnya, orang - orang ini adalah orang - orang yang pintar. orang - orang yang lulus dari nama sekolah besar dan memiliki ilmu yang tinggi. Namun sayang, orang - orang inilah yang membuktikan pendidikan Indonesia perlu dikaji ulang.
contohnyaÂ
Kasus Korupsi Surya Darmadi, Kasus korupsi yang satu ini bisa dinobatkan sebagai mega korupsi terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. Pelaku korupsi ini merupakan bos produsen minyak goreng merek Palma, Surya Darmadi yang melakukan korupsi dan pencucian uang yang merugikan negera hingga Rp78 triliun. Praktik korupsi ini sudah dilakukan PT Darmex Group/PT Duta Palma bersama Bupati Indragiri Hulu sejak 1999-2008. Berkat praktik korupsinya itu, Surya Darmadi sempat tercatat sebagai orang terkaya ke-28 di Indonesia versi majalah Forbes tahun 2018 dengan total kekayaan Rp20,73 triliun.Â
kasus-kasus yang melibatkan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan ini menunjukkan pentingnya pendidikan karakter dan etika dalam sistem pendidikan. Kasus-kasus seperti ini menggambarkan bagaimana kurangnya pemahaman tentang moral dan hukum dapat berdampak negatif pada individu dan masyarakat.
Orang Pintar VS Orang Terdidik
Orang pintar biasanya diukur berdasarkan kemampuan akademis dan prestasi dalam ujian. Â Mereka mungkin memiliki nilai tinggi, mampu menghafal banyak informasi, dan lulus dengan predikat yang baik. Namun, menjadi pintar tidak selalu berarti seseorang memiliki keterampilan hidup yang baik, etika yang kuat, atau kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif. Padahal, dengan ilmu yang tinggi dan pendidikan yang cukup, seharusnya mereka bisa menjadi pemimpin dan orang yang bermanfaat.
Di sisi lain, orang terdidik tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai moral, etika, dan sosial. Mereka mampu berpikir kritis, berinovasi, dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Pendidikan yang baik seharusnya tidak hanya fokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan hidup.Â
Begitu mendengar tentang kurikulum merdeka awal 2022 lalu, saya merasa mungkin ini awal titik balik dunia pendidikan kita. walau mungkin pada praktinya tidak sempurna. paling tidak rancangnya menawarkan konsep pendidikan yang  punya daya  tawar tinggi terhadap para peserta didik, para pendidik, dan masyarakat.Â
Dalam kurikulum merdeka, pendidikan karakter memang menjadi bagian penting. Kurikulum ini dirancang untuk tidak hanya meningkatkan kemampuan akademis siswa, tetapi juga untuk membentuk karakter yang kuat dan kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan masa depan.